Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dana, Simpen Swie King

Ketua Umum PBSI, Sudirman, di depan Komisi IX DPR menyampaikan keluhan mengenai sulitnya mencari dana. Sejak Nopember 1978 digalakkan penjualan kertas berharga PBSI kepada para donatur.(or)

3 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SOAL dana selalu merundung PBSI. Di depan Komisi IX DPR, pekan lalu Ketua Umum PBSI, drs. Sudirman tak kurang menyampaikan keluhannya mengenai betapa sulitnya mengisi kocek PBSI. Antara lain sejak Nopember 1978 digalakkan penjualan kertas berharga PBSI kepada para donatur. Sertifikat itu dijual dalam nilai Rp 10.000, Rp 15.000, dan Rp 25.000. Gagasan itu ternyata belum begitu menggugah hati masyarakat. Dari 400 orang yang diharapkan, sampai pekan lalu, baru 19 donatur yang menyatakan bersedia menyumbang selama 1 tahun. Sumbangan dipungut setiap bulan. Sebagai Imbalan, para donatur memperoleh tiket gratis untuk menonton setiap pertandingan yang diselenggarakan PBSI. Jika target 400 orang ini terpenuhi, PBSI akan mengantongi sekitar Rp 6 sampai Rp 9 juta per bulan. "Sekarang ini, hasilnya baru 5 prosen," kata Bendahara PBSI, Titus Kurniadi tanpa menyebutkan angka. Dari pintu lain, PBSI menggali pula dana lewat apotik. Caranya, dari setiap resep dipotong Rp 10 untuk PBSI, tanpa menaikkan harga obat. "Baru 7 apotik yang menyatakan kesediaan," tambah Titus. "Targetnya, 20 apotik." Ditaksirnya tiap bulan rata-rata tiap apotik menampung 2.500 resep. Menjelang perebutan lambang supremasi bulutangkis beregu putera di Jakarta Mei depan, PBSI membujuk Postel untuk mengeluarkan seri perangko Piala Thomas 1979. Tanggal 24 Pebruari diedarkan Sampul Hari Pertama dari perangko yang bernilai Rp 100 (dua seri dan Rp 40 itu. Masing-masing seri dicetak 1,2 juta eksemplar. Nilai seluruhnya Rp 288 juta. Dari jumlah ini, PBSI mendapat 4%. "Kalau semua perangko itu terjual habis, maka PBSI akan mengantongi Rp 11,5 juta," ujar Titus. "Menurut pengalaman, tak pernah semua itu laku." Titus memperkirakan sedikitnya akan terkeduk juga Rp 9 juta. Sebelum ini, Postel pernah menerbitkan perangko turnamen Piala Thomas 1958, 1961, 1964, 1967, 197 an 1976. Yang absen adalah tahun 1970, ketika tim Indonesia merebut kembali Piala Thomas dari Malaysia di Kuala Lumpur. Dalam seri penerbitan 1973 dan 1976, PBSI mengantongi dana sebesar Rp 4,7 juta dan Rp 5,5 juta. Pada periode sebelumnya tak ada pemotongan dana. Untuk menggalakkan masyarakat supaya membantu dunia olahraga di Indonesia, menurut Titus, masih susah. "Mereka umumnya hanya tergugah oleh kasus-kasus yang menyentuh hati nurani," katanya sambil mencontohkan sukses dompet amal Ni Nyoman Simpen, seorang puteri keluarga miskin dari Bali yang menderita kelainan pada matanya. "Apa perlu kita membalut muka Lim Swie King supaya orang jatuh kasihan pada PBSI?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus