Ketua Umum PB PASI, Bob Hasan, terpilih sebagai ketua Asosiasi Atletik Amatir Asia. Apa saja programnya? BERKAT lobi kuat, akhirnya Bob Hasan, orang nomor satu di PB PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), terpilih sebagai Ketua AAAA (Asosiasi Atletik Amatir Asia), Jumat pekan lalu. Ia mengungguli jago Singapura, Lo Lin Kok, 44 tahun. Sedang calon dari Korea Selatan, Park Jung Ki, menarik diri sebelum pemilihan. Bob ke Kuala Lumpur membawa 15 orang pengurus PASI. Tujuannya, untuk mem-back-up pemunculannya. Negara-negara Arab diyakinkannya, juga negara-negara Asia Tenggara. Korea Utara dan Selatan juga "dijinakkan", agar berpihak kepadanya. "Berdasar lobi yang saya lakukan, saya sudah perkirakan bisa memperoleh sokongan besar," kata Bob. "Saya ikut kampanye di kawasan Asia Selatan untuk Bob," kata Umrao Singh dari India. Itu tak lain karena ia yakin Bob orang yang tepat memajukan organisasi ini. "Apalagi organisasi ini tidak punya sumber keuangan. Kami percaya Bob bisa bekerja untuk itu," katanya. Hal senada juga dikatakan ketua umum atletik Yaman, Ahmad Ahmed. "Bob itu suka bekerja keras dan pintar mencari uang," katanya. Tapi, yang lebih penting lagi, ia merasa cocok dan sejiwa dengan Bob. Semua itu, katanya, merupakan inspirasi baginya untuk kerja keras. "Bob itu orangnya dinamis," tambah Lou Dopeng dari persatuan atletik RRC. Sikap dan harapan besar menjagokan Bob itu ternyata berbuah. Pemilihan secara bebas dan rahasia di Hotel Hilton Kuala Lumpur yang diikuti 31 negara itu akhirnya menjaring suara 21 untuk Bob. Sedang Lo Lin Kok mendapat 10 suara. Kepengurusan ini dilengkapi tujuh komisi -enam di antaranya dari Indonesia. "Saya harus berpikir meningkatkan atletik di Asia agar tidak lagi ketinggalan," janji Bob, yang akan menjabat ketua AAAA periode 1991-95. Di kawasan Asia, baru Cina dan Jepang yang bisa berbicara di tingkat dunia. Selebihnya masih cecere. Dengan Afrika saja, peta kekuatan atletik Asia masih kalah standar. Penonton kurang partisipatif, dan media pun dianggapnya kurang mendukung. "Kritiklah pengurusnya, bukan atletnya," kata Bob. Sebelum ke Kuala Lumpur, Bob sudah bertekad akan membenahi AAAA. Pertandingan tingkat dunia dengan mengundang atlet Afrika, Eropa, dan Amerika akan digalakkannya. Ia menyebut jadwalnya: 20 September 1992 akan bikin maraton di Bandung. November 1992 bikin kejuaraan yunior Asia ke-4 di India, lalu tahun berikutnya di Filipina. Juga bikin kejuaraan cross country Asia. "Program lain, saya akan mencetak pelatih sebanyak mungkin," katanya. Bob merasa betah di atletik karena organisasi ini dianggap bidang yang tak pernah bikin ribut. Ia berpendapat-bahwa olahraga atletik harus dipimpin seorang industrialis, bukan orang teknis. Tapi, di tanah air sendiri, Bob menghadapi kritik. Dana yang keluar kelewat besar, tak sebanding dengan prestasi. Apa jawab Bob? "Mencetak atlet butuh waktu. Coba lihat Belanda. Apa dia merebut medali atletik di Olimpiade? Lihat juga Jepang. Ini malah negara supermodern, dan toh masih gagal juga. Lha, kok, kita yang di Indonesia maunya melihat langsung berhasil, tanpa mau tahu prosesnya. Ya, nggak bisa," katanya. Hambatannya macam-macam. Antara lain postur atlet yang kecil. Di samping itu juga gizi yang kurang. "Banyak atlet datang ke Senayan, kita kasih susu, eh, malah mencret. Atlet-atlet kita di daerah itu kan kebanyakan kurang gizi. Jadi, begitu dia keluar pelatnas, gizinya anjlok lagi," katanya. Widi Yarmanto, Iwan Qodar, dan Ekram H. Attamimi (Kuala Lumpur)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini