PEPATAH "Bola itu bundar" kembali menunjukkan tuahnya di arena kejuaraan sepak bola Piala Eropa yang kini tengah berlangsung di 8 kota di Jerman Barat. Inggris, yang dinilai banyak pengamat bakal mengguncang persepakbolaan Eropa lewat kejuaraan ini, di luardugaan kalah dari Irlandia 1-0, Minggu petang pekan lalu, di Stadion Nectar, Stuttgart. Hanya selisih beberapa jam kemudian, nasib serupa juga dialami tim favorit lainnya, Belanda. Ruud Gullit dkk. dibungkam pasukan glasnost Uni Soviet dengan skor yang sama, di Koln. Padahal, dua kesebelasan yang menderita kalah itu semula diunggulkan akan lolos dari grup II dan maju ke semifinal . Lain halnya den~gan grup I yan~g terdiri atas Jerman Barat, Italia, Spanyol, dan Denmark. Melihat komposisi itu, kelompok ini dijuluki "grup neraka". Masing-masing hampir memilik~ peluang yang sama untuk menempati dua teratas dan merebut tiket 4 besar. Dalam partai perdana yang berlangsung di Dusseldorf Jumat pekan silam, tuan rumah Jerman Barat harus puas bermain seri 1-1 melawan Italia. Sedangkan kuda hitam Spanyol mengantungi dua angka, hasil kemenangan 3-2 atas Denmark lewat pertarungan seru. Kekalahan Inggris dan Belanda itu memang mengejutkan setidaknya merusakkan pasar taruhan yang ada. Malah Inggris difavoritkan pelatih Jerman Barat, ~Franz Beckenbauer, bakal menjuarai turnamen sepak bola yang paling bergengsi ini, setelah Piala Dunia. Inggris memang pantas difavoritkan. Apalagi dalam babak penyisihan, negeri yang mengklaim sebagai tempat lahirnya sepak bola modern itu mencatat prestasi yang paling bagus di antara delapan kesebelasan yang maju ke putaran final. Kesebelasan yang diasuh Bobby Robson ini menyingkirkan Yugoslavia, Irlandia Utara, dan Turki. Mereka mengumpulkan 11 angka - dari 12 angka maksimal - dan memasukkan 19 gol serta kemasukan hanya 1 gol. Karena itu, kekalahan Bryan Robson dkk. dari Irlandia sepertinya sulit dipercaya. Apalagi dalam 39 tahun terakhir, kesebelasan Inggris tak pernah kalah dari saudara serumpunnya itu. "Sayalah yang bertanggung jawab atas kekalahan ini," komentar Bobby seusai pertandingan. Namun, ia tetap optimistis. "Saya yakin, Inggris tetap berpeluang maju ke babak semifinal," katanya. Peluang itu memang ada. Secara statistik, Inggris masih unggul ketimbang dua calon l~awan lainnya yang berada di grup II: Belanda dan Uni Soviet. Partai Inggris vs. Belanda yang dijadwalkan Rabu malam pekan ini adalah pertandingan yang kesembilan. Dalam 8 pertemuan sebelumnya, sejak 1935, Inggris menang 4 kali, sedangkan Belanda hanya sekali menang dan slsanya berakhir seri. Begitu juga partai Inggris vs. Uni Soviet yang sejak 1958 sudah memainkan 9 pertandingan. Inggris mencatat 4 kemenangan dibanding Soviet, yang baru menang 2 kali. Sisanya berakhir seri. Dua kesebelasan itu di jadwalkan bertarung pada Sabtu pekan ini. Tak pelak lagi, partai Inggris vs. Belanda - juga disiarkan secara langsung oleh TVRI pada Rabu malam - akan menjadi pertarungan "hidup mati" bagi dua kesebelasan itu. "Siapa yang kalah pasti tersingkir dari turnamen," ujar Robson. Tapi begitulah. Statistik kemenangan Inggris atas lawan-lawannya itu cuma bisa dijadikan pegangan, tapi tak bisa diandalkan, apalagi dipercaya. Sepak bola bukan matematik. Belanda, yang tak terkalahkan dari Uni Soviet, dalam dua pertandingan sebelumnya - menang 3-1 (1967) dan seri 0-0 (1977) - toh akhirnya har~us bertekuk lutut dalam pertemuan yang ketiga. Ruud Gullit dkk. tak mampu mengungguli Uni Soviet. Padahal, hampir sepanjang babak pertama kesebelasan berkostum oranye itu terus menggempur pertahanan pasukan Beruang Merah. Gawang Soviet yang dikawal Rinat Dasayev, 33 tahun, harus bekerja keras menahan sejumlah tembakan kanan libero Ronald Koeman dan tandukan maut Gullit. Belanda memang terlalu asyik menyerang. Koeman dah Frank Rijkaard - duet yang bertanggung jawab atas jantung pertahanan Belanda - kemudian lengah. Tak ayal lagi, Soviet, yang ngotot bertahan dan mengandalkan serangan balik, akhirnya membobol gawang Breukelen lewat tendangan first time Vasily Rats yang menyusur tanah. Breukelen sia-sia menubruk angin, dan bola sebelum bersarang sempat membentur pojok kanan tiang gawang. Tapi pahlawan Rusia adalah kiper veteran Dasayev, yang juga bertindak selaku kapten kesebelasan. Ia sudah mendapat perhatian dunia ketika tampil cemerlang di arena Piala Dunia 1982 di Spanyol. Kemampuannya mengantisipasi datangnya bola dan gerakannya yang efisien mengingatkan ia seolah reinkarnasi kiper legendaris Soviet, Lev Yashin, yang mengantarkan negeri ini menjuarai Piala Eropa tahun 1960. Kemenangan manis Soviet atas Belanda itu bisa jadi merupakan kemenangan semangat glasnost, yang kini tengah berkibar di Negeri Tirai Besi itu. Pasukan Soviet tak lagi bermain bola seperti mesin: hanya mengandalkan kerja sama antarblok. Tapi mereka juga bebas berbuat aksi perseorangan dan melakukan improvisasi. Gaya mereka persis seperti orkes yang memainkan partitur Tsaikovsky - ada irama dan tempo yang semuanya bermuara kepada klimaks terciptanya gol. Siapa pun tahu bahwa selama turnamen berlangsung, arena ini juga menjadi ajang bursa transfer pemain. Barangkali itu sebabnya pemain-pemain Soviet bermain seperti "kesetanan". Mereka tentu ingin memperoleh tawaran bermain di k1ub Eropa Barat, yang bergelimangan dolar. Maklum, pemerintahan Gorbachev tampaknya bakal melonggarkan ketentuan yang ada selama ini. Yaitu pemain Soviet diizinkan main di luar negerinya tanpa lagi harus menunggu usia 30 tahun. Turnamen ini juga tak luput dari ulah holiganisme - pencandu sepak bola yang punya ulah membuat kerusakan dan melakukan vandalisme. Peri laku brutal yang dilakukan para suporter itu - khususnya yang berasal dari Inggris - membuat sibuk sejumlah polisi dari berbagai negara Eropa yang melakukan kerja sama. Sejumlah tokoh perusuh ditahan, bahkan ada yang langsung dipulangkan ke Inggris, sebelum pertandingan dilakukan. Minuman keras, mabuk-mabuk, dan kemudian berkelahi dan membikin kerusakan tampaknya dianggap sejumlah anak-anak muda itu bagian dari ritual sepak bola. Rudy Novrianto (Frankfurt) dan Ahmed K. Soeriawidjaja (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini