BEBERAPA mahasiswa masih tampak ~ bergerombol di sudut-sudut jalan di sekitar Lapangan Merah, Beijing, pekan ini. Mereka menunggu seorang pelopor yang sanggup meniadi penggerak gelombang demonstrasi, menembus pagar betis tentara Cina yang berjaga-jaga di sekitar lapangan yang biasanya untuk bermain layang-layang. Mereka ingin mengulang demonstrasi yang berlangsung pekan lalu. Dalam 6 hari itu, lebih dari 1.000 mahasiswa Universitas Beijing berdemonstrasi di kampus perguruan tinggi yang paling berwibawa di Cina. Gelombang demonstrasi terbesar yang terjadi sejak tahun 1986 ini tersulut gara-gara seorang alumnus Universitas Beijing mati terbunuh dalam sebu~h pergumulan dengan sekelompok pemuda nonmahasiswa di sebuah toko minuman keras, dekat kampus. Akhirnya, peristiwa dijadikan ajang untuk mengeluarkan serangkaian protes yang menyerang Partai Komunis Cina. Beberapa diantara mereka menyatakan tuntutan lama: kebebasan demokrasi dan pers. Yang paling menarik adalah bunyi sejumlah dazibao, poster besar, bernada provokatif yang tertempel di dinding kampus. Di sana tertulis kritik bagi sejumlah orang yang melakukan korupsi. Deng Pufang, anak Deng Xiaoping yang pincang kakinya garagara dilempar dari atas jendela oleh Pengawal Merah di zaman Revolusi Kebudayaan dituduh menghimpun kekayaan melalui sebuah perusahaannya di luar negeri. Deng Lin, anak perempuan Deng Xiaoping, yang pelukis itu, dikecam gara-gara menjual beberapa lukisannya "yang paling jelek di Cina" dengan harga tinggi di Hong Kong. Sementara itu, poster lain menanyakan, "Apakah kalian masih percaya pada ajaran Marxlsme/Leninisme yang omong kosong itu ?" Ratusan rakyat Cina, yang biasanya tak peduli, kini mulai membicarakan demokrasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini