Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Browne, anak pemalu itu

Turnamen catur grandmaster 1982 berlangsung di sala & denpasar. walter browne dari as berhasil menjuarai, dan memboyong piala ibu tien soeharto. pemain-pemain indonesia tersisih. (or)

20 Maret 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU hari di musim dingin 1962, seorang bocah berusia 13 tahun, agak pemalu, melangkah masuk ke gedung Perkumpulan Catur Manhattan (MCA), New York. Tak ada yang mempedulikan kehadirannya. "Nama saya Walter Shawn Browne. Saya mau belajar catur di sini," katanya pada resepsionis MCA. Ia lalu diantar ke ruang berlatih bagi anak-anak sebayanya. Di MCA, prestasi Browne, kelahiran Australia, tak terlalu menonjol. Ia lebih banyak kalah ketimbang menang. Kegagalan Browne umumnya karena ia suka mengulur waktu. Untuk satu langkah, terutama dalam posisi terjepit, bisa ditekuninya sampai puluhan menit. Tak heran bila dalam langkah lanjutan Browne sering main tergesa-gesa--diuber tempo yang tersisa. UnNk satu partai, waktu yang tersedia bagi masing-masing pemain 150 menit. Ketika Browne terdaftar dalam Turnamen Catur Grandmaster (TCG) 1982 di Sala dan Denpasar, dari 8 Februari sampai dengan 12 Maret, tak banyak orang yang menjagoinya. Penonton umumnya memilih Grandmaster (GM) Larry Chrishansen dari Amerika Serikat sebagai kandidat utama pemenang kejuaraan. Alasannya: Chrishansen peserta yang memiliki ELO Rating tertinggi -- 2.585. Nilai ini dicapai berdasarkan angka kemenangan dalam suatu turnamen. Sikap meremehkan Browne mulai berubah ketika satu per satu lawan dipecundanginya. Seusai babak ke-12 di Sala, Browne berhasil menempati kelompok 5 Besar. Ketika itu urutan teratas diduduki oleh GM Vlastimil Hort dari Cekoslowakia. "Turnamen, belum berakhir," kataBrowne menjelang bertolak ke Denpasar. "Saya masih punya peluang untuk menjadi juara." Kegagalan di Sala berangsur ditebus Browne di Denpasar. Tak ada lawan yang diberinya ampun. Terakhir yang dikalahkannya adalah Master Nasional (MN) Jacobus Sampouw dari Indonesia. Dari 25 partai Browne mengantungi angka kemenangan 17,5--pemain lain yang mendapat nilai sama adalah Ronald Watson Henley dari AS. Tapi Browne unggul dalam perhitungan Sonneborn Berger (SB), hingga otomatis jadi juara. Ia mengantungi SB 202,75. Sedang Henley cuma 196,75. (SB dipakai untuk menentukan urutan juara bila beberapa pemain mengantungi angka kemenangan yang sama. Caranya dengan menambahkan nilai dari partai lawan yang ditahan remis, maupun dikalahkan). Untuk mendapatkan Piala Ibu Tien Soeharto yang diperebutkan dalam TCG 1982, bersaing dengan 25 peserta, Browne bukan tak melalui karir yang panjang. Waktu di MCA belum ada gelar yang disandangnya. MN baru direbutnya 1968 -- tahun kepulangannya ke Australia. Tahun 1969 ia meraih Master Internasional (MI) dari Turnamen Catur Zone Asia di Singapura. Sedang titel GM disabetnya di San Juan, AS, di tahun yang sama. Faktor X Tahun 1974 Browne hijrah lagi ke AS. Sejak itu permainannya makin mantap. Ia pernah menjuarai Turnamen Hoogoven di Wijk aan Zee--salah satu kejuaraan yang dinanti-nantikan para pemain catur dunia. Di tingkat nasional AS, dominasinya hampir tak tergoyahkan oleh pemain top dan bertitel GM seperti Chrishansen, Larry Evans, maupun Yasser Seirawan--sejak 1974. Tak aneh jika sekarang Browne mulai dijagoi untuk menantang kampiun dunia Anatoly Karpov dari Uni Soviet. Di mata peserta TCG 1982, yang lebih dari separuh bergelar GM, Browne dipuji sebagai pemain luar biasa--bertahan maupun menyerang sama baiknya. Ia cuma lemah dalam masalah non teknis. Browne dikenal sebagai atlet bertemperamen tinggi, dan sering ribut dengan panitia penyelenggara turnamen. Di Sala, misalnya, Browne memprotes Panitia TCG 1982 atas pemakaian papan catur yang mengkilap dan sistem penerangan yang tak sempurna. Akibatnya: pertandingan terpaksa ditunda satu hari. Browne, 33 tahun, selain memboyong Piala Ibu Tien Soeharto dari TCG 1982, juga mengantungi hadiah uang sebesar US$ 15.000 -- sama dengan hakdiah turnamen untuk meraih tiket kandidat penantang gelar dunia. Ia menilai TCG 1982 takkalah beratnya dibandingi Turnamen Hoogovens. Atlet Indonesia, jumlahnya enam orang (lima diantaranya menempati urutan paling bawah), tak kebagian gelar dalam TCG 1982. Semula Persatuan Catur Indonesia (Percasi) ingin mengorbitkan MI Ardiansyah dan MN Eddy Handoko mencapai titel GM dan MI. Hal ini karena TCG 1982 termasuk pertandingan kategori IX--kriteria ini ditentukan berdasarkan ELO Rating peserta. Angka rata-rata pemain tercatat 2.500. Untuk mendapatkan titel GM di sini cuma diperlukan 75% kemenangan. Mengapa gagal? "Gangguan faktor X," kata Ardiansyah, yang menduduki urutan ke-14. Ia, misalnya, mempersoalkan uang saku yang kecil dan fasilitas yang kurang dibandingkan peserta asing. Belum lagi curiga sesama teman. "Bagaimana bisa berkonsentrasi," lanjutnya. Satu-satunya atlet yang berhasil mencapai GM adalah Henley--sebelumnya MI. Suguhan Tamu Ketua Panitia Penyelenggara TCG . 1982, Begug Purnomodisi SH, membantah adanya perbedaan pelayanan antara atlet lokal dan asing. "Tujuan TCG 1982 justru untuk mengangkat atlet nasional," katanya. Kabarnya, agar pemain nasional bisa mengkonsentrasikan diri, Begug bahkan mengulurkan bantuan pada keluarga atlet yang di rumah. Untuk menyelenggarakan TCG 1982 ia mengeluarkan dana sebesar Rp 220 juta. Pemain tarnu menilai penyelenggaraan TCG 1982 justru sangat baik. Selama di sini mereka juga diberi kesempatan meninjau objek pariwisata dan disuguhi kesenian daerah Jawa dan Bali. "Daftarkan nama saya untuk TCG yang akan datang," kata GM Raymond Keene dari Inggris kepada panitia TCG 1982. Ia adalah sekondan Viktor Korchnoi dalam dua kali kejuaraan dunia 1979 dan 1981. Tercatat 15 GM yangjuga mengikuti jejak Kavaleri untuk kembali ke Indonesia mengikuti TCG 1984.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus