Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Catatan Bersih <font color=#CC3300>Si Centeng Tua</font>

Edwin van der Sar menjadi kiper paling hebat di Inggris Raya. Kurang tujuh pertandingan untuk rekor dunia.

16 Februari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CHRISTOPHER Woods tak hen­tinya bersungut-sungut. Bekas penjaga gawang Glasgow Rangers ini kesal karena banyak orang meramalkan Edwin van der Sar, penjaga gawang Manchester United, akan segera menggantikannya sebagai penjaga gawang paling hebat di Britania Raya.

Woods adalah kiper paling bersih di Inggris Raya, yang terdiri atas Wales, Skotlandia, Irlandia, dan tentu saja Inggris sendiri. Rekornya luar biasa. Saat tampil pada musim 1986-1987 di Liga Skotlandia, dia berhasil menjaga ga­wangnya bebas dari gol selama 1.196 menit atau dalam 13 pertandingan.

Publik pun membicarakan peluang Van der Sar memecahkan rekor Woods. Seusai pertandingan melawan West Bromwich Albion, kiper berusia 38 tahun itu mencatat rekor kiper paling bersih di Liga Inggris dengan catatan waktu 1.032 menit tak kebobolan. Rekor baru ini mengalahkan hasil yang dibuat Petr Cech dari Chelsea, yang tak kebo­bolan selama 1.025 menit pada musim 2004-2005.

Rekor Woods pun tinggal sepelemparan batu. Namun Woods seperti tak rela. ”Betul, Edwin baru saja mencetak rekor di Liga Primer. Tapi, untuk menjadi pemegang rekor di sepak bola Inggris, belum saatnya,” katanya.

Apes bagi Woods. Ocehannya sama sekali tak terbukti. Dalam pertandingan Selasa pekan lalu di kandang West Ham United, Van der Sar kembali berhasil menjaga gawangnya. Alhasil, catatan rekor clean sheet alias tanpa kebobolan kian komplet.

Dia berhasil mempertahankan ga­wangnya tak terbobol hingga 13 pertandingan atau selama 1.212 menit, mele­bihi catatan Chris Wood. Kubu Old Trafford pun berpesta. Setelah klub itu makin mantap di puncak, keberhasilan kiper yang punya tinggi badan 1,97 meter ini makin melengkapi keceriaan.

Menjaga gawang agar tak diseruduk bola selama mungkin menjadi satu-satunya ukuran yang paling pas bagi seorang kiper. Itu berbeda misalnya dengan pemain depan, yang diukur dari jumlah gol yang dibuat, atau pemain tengah yang memberikan umpan matang bagi seorang striker. Kalau kiper, ukurannya ya clean sheet itu.

Penjaga gawang memiliki posisi yang sangat unik. Selama 90 menit, dari tribun, dia seperti tengah memainkan peran mudah. Berdiri di antara tiang yang berjarak 7,32 meter dan tinggi 2,44 meter, seorang kiper boleh menggunakan tangannya, dan dalam mencegah lawan mencetak gol, dia dibantu setidaknya empat pemain belakang.

Namun sesungguhnya dia menjalankan tugas yang berat sekaligus menjadi orang yang paling sunyi di lapangan—persis seperti centeng yang harus siap siaga dalam berbagai suasana. Saat permainan berlangsung, dia hanya bisa memandang dari kejauhan para pemain lain berusaha menjebol gawang lawan. Begitu gol tercipta, dia hanya melompat-lompat sendiri.

Saat perayaan kemenangan, misalnya, penjaga gawang hanya sesekali disorot kamera. Lihat saja yang terjadi di Rusia, Mei tahun silam. Saat Manchester United menjadi juara Liga Champions untuk ketiga kalinya, kamera lebih banyak menangkap Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo. Padahal Van der Sar menjadi pahlawan tim itu saat—salah satunya—berhasil memblok tendangan penalti Nicholas Anelka.

Di waktu lain, bencana bisa datang. Bisa jadi dia kena omel semua pemain, bahkan pendukung klub. Massimo Taibi, penjaga gawang yang dipinjam Manchester United dari AC Milan, pernah mengalami hal itu. Entah apa yang terjadi, sebuah bola pelan tiba-tiba nyelonong santun di antara kedua kakinya.

Penonton menyorakinya dengan kata makian yang menyakitkan. ”Saat melakukan kesalahan, itu akan sangat berat. Secara fisik mungkin tidak berat, tapi sangat berpengaruh terhadap mental,” kata Van der Sar suatu ketika.

Alhasil, menjadi seorang penjaga gawang butuh kelebihan dibanding pemain lain. Bukan saja keberanian menyerobot bola dari kaki pemain lawan atau melompat setinggi mungkin, dan tidak cukup hanya dengan akselerasi dan refleks.

Ray Clemence, pelatih kiper tim nasional Inggris, suatu ketika pernah menunjuk soal karakter yang harus dimiliki seorang penjaga gawang. ”Harus lebih dari pemain di posisi mana pun,” katanya. Kekuatan mental inilah yang menjadi bekal penjaga gawang untuk bisa tampil lebih lama di lapangan.

Nah, Van der Sar memiliki bekal itu. ”Dia bisa mengkoordinasi empat pemain belakang dengan baik,” kata Rio Ferdinand, pemain yang selalu berada paling dekat dengannya.

Bagi Ferdinand, Van der Sar merupakan kiper terbaik selama dia bermain sepak bola. Fer­dinand ­memang tidak semba­­rang ucap. Di tim nasional, dia se­ring was­­was dengan penampilan David James, yang acap membuat blunder. Di klub sebelumnya, Leeds United, sama saja.

Ryan Giggs, pemain senior yang pernah bermain dengan legenda Peter ­Schmeichel, tak ­habis memuji kiper dari ­Belanda itu. ”Semakin tua, dia malah kian oke,” katanya. Menurut Giggs, Van der Sar memiliki karakter yang lebih tenang ketimbang Schmeichel—kiper dari Denmark.

Keduanya­ memang ­ber­beda. Schmeichel terkenal dengan sikapnya yang meledak-ledak. Suaranya menggelegar saat menghadapi tendangan bebas lawan. Sebaliknya, Van der Sar lebih tenang. ”Dia hanya meminta kami membuat pagar hidup. Setelah itu, dia melakukan tindakan yang tepat,” kata Giggs.

Kehebatan ini tentulah bukan didapat seketika. Van der Sar mendapatkannya melalui jalan nan panjang. Kiper ini berlaga di Inggris setelah terdepak dari Juventus, Italia, karena kalah bersaing dengan Gianluigi Buffon—kiper nomor satu Italia. Dia kemudian malah berlabuh di sebuah klub tak terkenal: Fulham.

Namun justru di klub itu Sir Alex Ferguson bisa melihat kehebatannya. Ferguson memang belum mendapatkan kiper sehebat Schmeichel. Beberapa kiper sebelumnya, dari Fabien Barthez, yang bersinar di Piala Dunia 1998, Mark Bosnich, asal Australia, Tim Howard, penjaga gawang asal Amerika Serikat yang hanya bersinar di babak awal, sampai Roy Carroll, semuanya di mata Ferguson masih jauh panggang dari api.

Nah, pada Edwin Van der Sar, harap­an ini disampirkan ketika pelatih gaek itu merekrutnya pada musim 2005-2006. Kali ini, Ferguson tak salah. Betul saja, penampilannya kian lama makin bagus saja. Setelah kontraknya habis, pihak klub menambahkan durasi kerja Van der Sar setahun lagi. Begitu yang terjadi pada awal musim silam. Van der Sar, yang masih betah, manut kontraknya diperpanjang 12 bulan lagi.

Kini apa yang akan dikejar Van der Sar? Menjadi pemegang rekor dunia? Rasanya itu sulit. Maklum, menurut International Federation of Football History & Statistics yang diakui FIFA, sampai saat ini rekor lama kebobolan masih dipegang Mazaropi, penjaga gawang Vasco da Gama, Brasil, yang berhasil mengamankan gawangnya selama 1.816 menit.

Di urutan kedua Thabet El-Batal dari Mesir, yang punya catatan waktu 1.442 menit berhasil menjaga gawangnya. Disusul Dany Verlinden (Club Brugge), Belgia, yang punya catatan 1.390 menit.

Nah, Van der Sar sendiri menurut catatan itu berada di posisi ke-13. Jadi, lumayan sulit. Bukan apa-apa, untuk mengejar itu, setidaknya dia harus menempuh tujuh pertandingan lagi dan ini harus dilakukan dengan sempurna alias tanpa kebobolan. Terang itu bukan perkara mudah, mengingat Liga Inggris merupakan salah satu liga terkeras di Eropa.

Ketimbang membicarakan rekor, Van der Sar lebih banyak membenamkan diri dalam latihan. Tak terkecuali latihan fisik yang berat, untuk tetap membuatnya lentur dan lincah. Baginya, terus bermain jauh lebih penting. ”Waktu cepat sekali berlalu. Saat berusia 24, saya cukup sampai umur 34. Eh, ternyata saat berusia lebih dari 34 tahun saya masih fit dan masih terus ingin bermain,” katanya.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus