Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aldila Sutjiadi terlahir dari keluarga yang gemar bermain tenis. Ayahnya, Indriatno Sutjiadi, suka bermain tenis. Kesukaaan itu pun yang mendorong Indriatno untuk mengarahkan anak-anaknya menekuni tenis. Selain Aldila, kakaknya, Adrianus Jonathan Amdanu Sutjiadi juga merupakan petenis. "Papaku main tenis, kakakku main tenis. Semua bisa main tenis, dulu kakakku itu mantan atlet junior Indonesia dan cukup bagus," kata Aldila kepada Tempo, Selasa, 21 Juli 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berawal dari melihat sang kakak bertanding, Aldila pun jatuh hati kepada olahraga tenis. Perempuan kelahiran 2 Mei 1995 pun mulai berlatih tenis sejak usia 5 tahun. Aldila bergabung dengan klub Kampus Tenis Kelapa Gading (KTKG). "Waktu itu mainnya buat fun, memang aku sudah suka tenis dari awal, jadi ya sudah aku nyemplung," ucap dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bakat Aldila terpantau oleh sejumlah legenda tenis Indonesia yang juga menjadi pelatihnya di klub KTKG. Ia pun berlatih lebih intensif lagi dengan durasi bermain tenis 3 kali setiap pekan. "Terus aku mulai bertanding sejak umur delapan tahun, itu pertandingan Sabtu-Minggu dan itu kayak buat fun aja sih," ucap peraih medali emas Asian Games 2018 dari sektor ganda campuran ini.
Setelah mengikuti Persami, Aldila pun mulai bertanding pada level lebih tinggi yakni kejuaraan nasional junior. Peraih medali emas SEA Games 2019 ini melebarkan sayap dengan mengikuti Kejuaraan Asia Junior U-14 pada usia 12 tahun. Penampilan menawan di level junior menarik minat Federasi Tenis Asia atau ATF mengirimkannya bertanding ke turnamen di Eropa. "Waktu itu untuk U-14, U-16 dan juga U-18, aku juga terpilih. Waktu itu dikirim ke Rolland-Garos (Perancis Terbuka) dan Wimbledon," ucap dia.
Sebelum serius memilih tenis, Aldila juga pernah menekuni basket ketika masih menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Don Bosco, Pulo Mas, Jakarta. Ia pun pernah mewakili tim basket putri SD Don Bosco berlaga di kompetisi antar sekolah. "Jadi waktu pas SD itu mungkin bisa dibilang setengah-setengah, antara main tenis dan basket," kata dia. "Tapi setelah lulus SD, aku pindah sekolah ke SMP Jubilee, Sunter dan setelah itu tidak pernah main basket lagi," ucap Aldila.
Petenis yang mengidolakan Roger Federer ini menuturkan punya cita-cita sejak kecil berkiprah di dunia model. Namun, petenis bertinggi 170 sentimeter ini mengurungkan niatnya itu setelah rutin berlatih tenis yang membuat kulitnya terbakar matahari dan banyak bekas luka akibat terjatuh. "Jadi enggak mungkin deh jadi model karena kulitku sudah terbakar matahari, sudah banyak bekas luka jatuh," kata dia menjelaskan alasannya tidak lagi mengejar impian menjadi model dan berfokus di dunia tenis.