Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Ciao, italia

Karier sepak bola diego armando maradona, 30, diambang runtuh. ia dituntut pengadilan karena penggunaan kokain. juga skandal seksnya dengan cristniana sinagra. tapi masih punya simpanan rp 80 milyar.

13 April 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SKANDAL kokain tentu tak akan membuat Diego Armando Maradona jatuh melarat. Mahabintang bola berusia 30 tahun itu masih punya simpanan US$ 40 juta alias hampir Rp 80 milyar. Harta Diego diinvestasikan di berbagai usaha, baik di Italia maupun di Argentina. Masalahnya bukan duit, tapi karier bolanya -- yang mendatangkan duit itu. Karier anak Villa Fiorito, Buenos Aires, ini mungkin segera tamat. Berawal 17 Maret lalu, setelah Napoli mengalahkan Bari dengan 1-0, Diego terpilih untuk tes anti-doping. Tes semacam ini dilakukan seperti mencabut lotere di antara pemain Napoli. Malam itu giliran Maradona sebagai "lotere". Hasil tes diumumkan Jumat dua pekan lalu: positif ada kokain dalam urine Maradona. Kabarnya, istri Maradona, Claudia Villafane, menangis seharian dan Diego sendiri tak tidur semalaman. Diperkirakan Maradona memakai kokain 18 sampai 30 jam sebelum tes. Artinya, menurut para ahli Liga Italia, Diego tak bermaksud memakai kokain untuk memperkuat diri sebelum bertanding. Kokain itu dipakainya secara teratur di luar lapangan sebagai kebiasaan. Mara-crack begitu pers Italia menyebut kasus ini -- crack sama dengan drug. Mara-crack ini segera jadi isu nasional di Italia. Wali Kota Napoli Nello Polese mengeluarkan pernyataan bahwa tak hanya Maradona yang memakai kokain, tapi banyak lagi pemain Italia yang memakai obat haram itu. Pemain klub AS Roma Andrea Carnevale dan Angelo Peruzzi setahun tak boleh main, gara-gara tes doping-nya positif. Apa pun yang terjadi, gara-gara kokain ini Diego Maradona akan diseret ke pengadilan, seperti halnya Carnevalle dan Peruzzi. Dalam sebulan terakhir, paling tidak sudah tiga kali ini nama Diego dihubung-hubungkan dengan drug. Ketika delapan tokoh camorra -- mafia Italia yang beroperasi di Napoli -- ditangkap, nama Diego disebut-sebut dalam pembicaraan antar tokoh camorra dan dicurigai sering membeli kokain serta terlibat jaringan prostitusi (TEMPO, 6 April 1991). Awal Maret lalu, Diego diperiksa soal keterlibatannya dengan perdagangan kokain. Ketika itu, Maradona dipanggil ke Procura, kantor hakim di Napoli. Seseorang bernama Pietro Pugluese -- kawan akrab Maradona -- adalah yang melapor ke polisi antinarkotik Italia bahwa ia pernah ditawari Maradona dan Francis Ford Coppola, manajer Maradona ketika itu, untuk membawa kokain dari Argentina ke Italia. "Saya ditawari membawa bungkusan drug, dan sesampainya di Italia akan diberi imbalan 25 juta lira," begitu pengakuan Pugluese. Maradona menolak tuduhan ini dan berkata keras, "Saya tak pernah membayar sejumlah uang pada dia." Selain pengadilan soal kokain, masih ada pengadilan lain untuk Diego: urusan seks. Beberapa bulan setelah Maradona membawa Argentina menjuarai Piala Dunia di Meksiko 1986, Cristiana Sinagra, seorang gadis Napoli, membocorkan pada media massa bahwa dia melahirkan seorang anak laki-laki dari sang superstar. Anak itu dinamainya Diego Armando Junior. Sampai sekarang kasus yang terjadi sebelum Diego menikah ini masih disidangkan, tanpa kehadiran Diego Maradona. Sebenarnya, Maradona sudah bermaksud meninggalkan Italia, Ahad dua pekan lalu. Sore hari itu, Claudia Villafane dan dua anak wanitanya, Giannina dan Dalma, serta pembantu dan ipar Claudia, bersiap berangkat. Bersama mereka masih akan ikut pelatih pribadi Diego, Fernando Signorini. Mereka berangkat dengan mobil besar dengan 20 kopor menuju Roma dan merencanakan terbang ke Buenos Aires dengan pesawat Aerolinas. Ternyata, Diego, yang ditunggu-tunggu di bandara, tak muncul. Akhirnya, atas saran pengacara Siniscalchi, rombongan keluarga Diego ini mengundurkan keberangkatannya. Jadi, Minggu sore itu, mereka balik lagi ke rumah mewah Diego di Jalan Scipione Capece, di kawasan Posillipo, daerah paling mahal di Napoli yang miskin. Itulah saat-saat terakhir Diego Maradona menikmati pemandangan Kota Napoli yang indah dengan laut biru dan latar belakang Gunung Visuvius yang terkenal di sana. Sebelum berangkat ke Buenos Aires, dua hari kemudian, Maradona sempat menerima teman-teman seklubnya. Ada Francini, Fernando de Napoli, Ciro Ferrara, dan Incocciati. Fernando de Napoli kelihatan agak sedih waktu Maradona hanya mengantar sampai jendela rumah seraya mengucapkan selamat tinggal: ciao. Di bandara Roma, Diego sempat menyampaikan selembar surat untuk para tifosi Napoli. "Sekarang ini saya di Buenos Aires. Sebelum berangkat, saya tak bisa menahan untuk menyampaikan pesan dari lubuk hati yang paling dalam. Tujuh tahun di Napoli adalah bagian paling hebat dan paling sulit dari hidup saya. Saya cinta Napoli. Saya akan kembali walau hanya untuk sepuluh atau seratus orang Napoli yang masih mencintai saya. Saya tak melarikan diri dari Napoli. Karena itu, saya akan kembali. Salam pada Kaus Biru (seragam Napoli). Saya tunggu putusan hakim dengan tenang. Di sini ( maksudnya Argentina) ada tifosi Boca Junior, tapi tifosi San Paolo (stadion Kota Napoli) tak pernah saya lupakan," begitu surat Diego. Ada yang benci, tapi memang ada yang berdiri di sisi Diego. Martino Bartoletti, editor majalah Guerin Sportivo yang terbit di Italia, termasuk pendukung fanatik Maradona. Dia adalah satu-satunya wartawan Italia yang diundang hadir pada pesta kawin Maradona yang meriah di Buenos Aires, 7 November 1989. Pesta itu dihadiri 1.100 orang dan menghabiskan US$ 1 juta. "Saya mendukungnya dalam keadaan apa pun," kata Bartoletti. Dia juga wartawan Italia yang pertama kali mewawancarai Diego. Dalam wawancara itu, Diego berkisah soal awal kariernya. "Saya mendapat bola sepak yang pertama dari Paman Cirillo, yang pernah jadi kiper di Villa Fiorito, tempat tinggal saya. Saya bermain di jalan-jalan kotor, dan malam harinya bola itu saya bawa tidur," kisah Diego. Ibunya, Dalma Franco de Maradona, ingin Diego jadi akuntan karena nilai rapornya bagus. Namun, darah bola lebih kuat menarik Diego. Apa yang terjadi atas Maradona kini? Ketika sanksi skors 15 bulan dijatuhkan oleh Liga Italia, Sabtu lalu, dia telah berada di Buenos Aires. Sesekali ia terlihat di jalanan dengan mercedesnya. Kamis lalu ia dicegat sekelompok wartawan begitu keluar dari rumahnya. Diego berucap, "Saya tak mau bicara lagi, saya sudah 25 kali tes dan hanya sekali itu positif. Lalu apa yang harus saya lakukan?" Sebagai superstar, Diego memang sudah kehilangan segalanya. Ia tak akan melarat walau gajinya setahun di Napoli yang US$ 2 juta amblas, begitu juga perolehan lain dari iklan yang setahun berkisar US$ 8 juta. Kalau vonis kokain nanti menamatkan kariernya, itulah tragedi paling besar baginya. Juga bagi dunia sepak bola. Entah kapan lahir Maradona baru. Toriq Hadad (Jakarta) dan Lisa Sallusto (Napoli)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus