Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Daerah menantang jakarta menggoda

Jeanny sumampouw dari ja-tim, memenangkan lomba lari 800 m pada pon ix, memecahkan rekor dalam tempo 2 menit 16,9 detik. melly moffu, irja, memecahkan re kor lomba 400 m gawang dalam waktu 52,9 detik.

13 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"SAYA sudah tahu cara mengalahkan Lelyana." Kalimat itu diucapkan pelari 800 M tim atletik PON IX Jawa Timur, Jeanny Sumampouw di tempat penginapannya, Hotel Hasta, Senayan dua hari sebelum perlombaan dimulai. "la akan saya tempel terus sampai jarak 700 meter. Baru kemudian saya melakukan dash. Karena saya tahu Lelyana tak punya kemampuan untuk melakukan itu," lanjut Jeanny. Ia menopang keyakinannya itu berdasarkan prestasinya di pusat latihan Jawa Timur yang sudah terpaut dekat dengan rekor nasional atas nama Lelyana: 2 menit 17,6 detik. Jeanny lupa catatan waktunya yang pasti. Di stadion utama, Senayan, Senin 1 Agustus petang Jeanny yang mengambil tempat di lintasan 2 memang melakukan apa yang direncanakannya. Ia tak membiarkan dirinya ditlnggalkan Lelyana dalam jarak yang panjang. 100 meter menjelang fnish, ia mulai mencoba menyalib lawannya dengan menambah kecepatan larinya. Ia berhasil setelah bersaing ketat sepanjang 20 M. Ia mencapai finish ketika stopwatch merekam tempo 2 menit 16,9 detik. Di belakangnya menyusul Lelyana dengan waktu 2 menit 17,3 detik. "Saya senang sekali bisa mengalahkan Lelyana dan sekaligus memecahkan rekor nasional," ujar Jeanny selepas pertandingan. Ini adalah kali pertama ia mengalahkan Lelyana. Untuk prestasi tersebut Jeanny mendapat imbalan dari Pemda Jawa Timur 150.000 rupiah - 100.000 rupiah atas keberhasilannya memecahkan rekor nasional, sedang sisanya penghargaan bagi medali emas yang diraihn,. Esoknya, di tempat yang sama 'kejutan' prestasi lain dicatat oleh pelari Irian Jaya, Melly Moftu, 28 tahun. Ia berhasil memecahkan rekor Abdus Saleh dalam mata lomba 400 meter gawang setelah prestasi nasional tersebut tak terlampaui selama 15 tahun. Prestasi Moffu terekam 52, detik (rekor lama 54,3 detik). Lompatan atlit pegawai Kantor Penerangan Propinsi Irian Jaya yang bertubuh jangkung - tinggi badan 180 Cm, berat 65 Kg - itu ternyata tidak terbatas dalam lingkup nasional. Ia sekaligus melewati rekor South East Asia Penninsula (SEAP) Games atas nama pelari gawang Malaysia, A.S. Nathan dengan ketajaman 0,1 detik. Ingin Hijrah Berbeda dengan Jeanny Sumampouw yang berlatih dengan fasilitas dan sarana yang baik - meski tidak serancak Jakarta - tidak demikian halnya dengan Moffu. "Ketiadaan fasilitas itu yang menyebabkan saya tidak mungkin mengambilnomor-nomor lain," keluh Moffu yang punya niat untuk hijrah ke Jakarta guna bisa mengembangkan kemampuannya. Ia juga pelari 400 meter putera yang tangguh. Di Jayapura, tempat ia berdiam, menurut Moffu, kekurangan yang dihadapinya bukan hanya soal fasilitas latihan. Penghasilannya yang minim - ia menerima honor cuma 15.000 rupiah per bulan -- juga tak memungkinkan dirinya mencapai prestasi yang lebih baik. "Bagaimana saya mampu kalau tiap latihan harus mengeluarkan uang 300 perak untuk transpor. Saya 'kan pegawai negeri," kata Moffu yang sehari-hari menghahiskan waktu untuk bekerja dan berdiam diri di rumah. Kecuali bila ia memasuki pusat latihan. Adakah ia mendapat imbalan atas prestasinya sebagaimana yang diterima atlit Jawa Timur atau daerah lainnya? "Kalau cuma buat beli bakso atau mentraktir cewek, ya ada," jawab Moffu tanpa menyebut angka. Ia hanya mengwlgkapkan bahwa imbalan itu diterimanya dari pelatihnya, Ule Latumahina. Moffu dalam PON IX ia meraih 2 medali emas dan 1 medali perak masing-masing dalam nomor 400 meter gawang, lari beranting 4 x 400 meter, dan lari 400 meter. Haruskah Moffu hijrah ke Jakarta hanya untuk mengejar prestasi? Fabanyo, Sekretaris KONI Irian Jaya memang mengakui fasilitas di daerahnya kurang. Tapi ia juga punya bukti bahwa Jakarta bukanlah jawaban bagi pemecahan rekor. Ia mengambil contoh dengan pelari jarak menengah puteri, Rika Warinussi yang telah lebih dulu pindah ke ibukota, namun tak memperlihatkan peningkatan yang drastis. Menurun, malah. Dulu Rika merupakan calon saingan berat bagi Lelyana. "Coba ia tidak pindah, saya yakin prestasinya akan lebih baik," ujar Fabanyo. Bagaimana Moffu? Apa sudah difikir matang-matang?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus