SIAPA bilang olah raga bukan termasuk kegiatan politik? Di abad modern ini olah raga tak lagi menjadi kegiatan steril semata-mata mengolah,raga untuk kesehatan dan prestasi. Contohnya banyak. Di akhir tahun 1960-an dua negara di Amerika Tengah, El Salvador dan Honduras, harus berperang gara-gara sebuah pertandingan sepak bola. Di awal tahun I970-an, dunia sempat tercengang ketika AS dan RRC menjalin hubungan diplomatik setelah melakukan "diplomasi ping-pong". Dalam empat penyelenggaraan Olimpiade terakhir ini, pesta olah raga itu sudah jadi arena boikot. Para atlet juga jadi sasaran teror. Beberapa atlet Israel tewas oleh serangan teroris Palestina sewaktu Olimpiade Munich 1972. Kamis pekan lalu, di markas besar PBB di New York, badan dunia itu mengumumkan sebuah rangkuman laporan berisi daftar hitam sejumlah 2.500 nama atlet dunia yang dianggap melakukan perbuatan "dosa". Mereka yang "berdosa" itu adalah para atlet yang pernah berkunjung dan bertanding di Afrika Selatan (Af-Sel). Itulah satu-satunya negeri di muka bumi ini yang masih membedakan kelas warganya berdasarkan pada warna kulit. "Daftar ini merupakan upaya PBB untuk menekan pemerintah Afrika Selatan, agar mereka segera menghapus politik perbedaan warna," tutur Sotirios Mousouris, Wakil Sekjen dari Pusat Antiapartheid di PBB. Ini merupakan tindak lanjut kesepakatan yang pernah tercapai dalam Majelis Umum PB,B-pada 10 November 1986 - yang menelurkan konvensi menentang politik pembedaan warna kulit. Ada 75 negara ikut menandatangani konvensi itu, termasuk Indonesia. Laporan setebal 92 halaman itu juga mengungkapkan ada 28 atlet yang dikeluarkan dari daftar hitam. Di antaranya adalah pegolf kawakan AS Jack Nicklaus serta tiga petenis dunia, Ivan Lendl (asli Cekoslovakia yang kini dalam proses menjadi warga negara AS), Paul McNamee (Australia), dan Manuel Orantes (Spanyol). Mereka ini sudah meminta maaf, dan berjanji kepada PBB tak lagi mengulang perbuatannya: bertanding ke Afrika Selatan. Atlet yang masuk daftar hitam ternyata sebagian besar adalah para olahragawan profesional terkenal. Dari cabang golf misalnya, Isao Aoki aepang), Severiano Ballesteros (Spanyol), Sandy Lyle (Inggris), atau Ben Crenshaw (AS). Di cabang tinju, tercatat, misalnya, si juara Olimpiade 1984 Los Angeles kelas welter yang kini beralih ke pro, Mark Breland, atau petinju kelas berat seperti Greg Page, Reynaldo Snipes, dan James "Quick" Tillis. Para pembalap mobil formula juga termasuk dalam daftar hitam ini. UmpamanyaNelson Piquet (Brasil) atau Alain Prost (Prancis). Sejumlah petenis juga tak luput dari daftar PBB itu, termasuk di antaranya Boris Becker aerman Barat), Jimmy Connors, Chris Evert (AS), dan Pat Cash (Australia). Di samping para atlet, terjaring juga oleh PBB sejumlah tokoh olah raga yang pernah membuka hubungan dengan Afrika Selatan. Misalnya pelatih atletik Dick Thomlinson Presiden Persatuan Golf AS P.J. Boatwright, promotor tinju Bob Arum, dan komentator TV bekas juara dunia kelas berat loyd Patterson. Mengapa mereka tetap berdatangan ke negeri rasialis itu? Penyebabnya tak lain adalah daya tarik dolar yang ditawarkan Pretoria. Rezim di Af-Sel - yang dipimpin PM Botha itu - menurut laporan PBB itu menyediakan dana US$ 100 juta setiap tahunnya. Tentu saja untuk mengiming-imingi atlet luar negeri agar bertanding di sana. Memang sejauh ini tak ada sanksi yang mengikat bagi atlet yang pernah meraup dolar di bumi Af-Sel itu. PBB tampaknya hanya ingin mengingatkan dunia secara moral bahwa apa yang selama ini dilakukan rezim Botha tak pernah berkenan dalam setiap sanubari manusia beradab. Sekalipun begitu, pukulan yang paling menyesakkan tampaknya telah menimpa pada diri Zola Budd - yang juga termasuk dalam daftar hitam PBB. Pelari cewek kelahiran Af-Sel itu - yang sejak empat tahun silam menjadi warga negara Inggris - ditindak oleh Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF) yang dikenal menganut garis keras antiapartheid. Di London, Sabtu pekan lalu, 23 anggota dewan tertinggi IAAF secara bulat memutuskan sanksi: setidaknya selama 1 tahun Zola tak diperkenankan bertanding. Pasalnya, pelari berpostur mungil dan berwajah kekanak-kanakan itu ternyata lebih banyak berdiam di Af-Sel. Dia berada di Inggris hanya pada saat-saat akan bertanding. Tahun silam Zola juga kepergok ketika menonton kejuaraan cross county di Brakpan, Af-Sel. Dalam kesempatan itu ia mengenakan pakaian latihan dan ikut berlari-lari kecil di tepi jalur sekaligus memberikan semangat kepada pelan yang bertanding. Soal pelaksanaan sanksi, IAAF memberikan waktu selama 30 hari kepada Dewan Atletik Amatir Inggris (BAAB) untuk menerima dan menjalankan keputusan ini. Kalau BAAB membangkang, IAAF akan menjatuhkan sanksinya kepada semua atlet yang berada di bawah naungan BAAB. Jalan yang ditempuh IAAF ini tampaknya untuk menyelamatkan Olimpiade di Seoul yang akan berlangsung September mendatang, dari ancaman boikot pelaripelari asal Afrika. "Saya merasa tak bersalah. Walau demikian, saya yakin keadilan akan berbicara," kata Zola memelas. Ia mendengar vonis IAAF ini di rumahnya yang terletak di Guildford, Surrey sekitar 48 km arah selatan dari London - lewat pesan telepon dari seorang pejabat BAAB. Kalau keputusan itu dijalankan, berarti Zola akan absen dalam pesta Olimpiade di Seoul mendatang. Kini BAAB berada dalam posisi yang sulit. Padahal, pelari cewek berusia 21 tahun itu diharapkan menjadi salah satu tambang emas Inggris di Seoul nanti - khususnya dari nomor lari jarak jauh. "Kami tetap berpendapat Zola tak melanggar peraturan. Namun, apa boleh buat jika IAAF melakukan interpretasi yang lebih luas atas peraturan yang sudah ada," kata Tony Ward, juru bicara BAAB. Para anggota Dewan Atletik Amatir Inggris, menurut rencana, akan mengadakan sidang pada hari Minggu mendatang. Di situlah langkah apa yang akan diambil BAAB untuk menyelamatkan Zola, dan sekaligus juga para atlet Inggris lainnya. Ahmed Kurnia Soeriawidjaja
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini