Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANSSUMANE “Ansu” Fati me--leng-gang ke tengah lapa-ngan kala pertandingan antara Barcelona dan Slavia Praha pada babak penyi-sihan grup Liga Champions Eropa tersisa 15 menit. Pelatih Ernesto Valverde me--masang pemain 17 tahun itu untuk menggantikan gelandang serang Ousmane Dembele. Beroperasi di sayap kiri, Ansu menunjukkan keahliannya mengecoh para pemain bertahan lawan.
Kolaborasi Ansu-Lionel Messi pada menit ke-78 menjadi peluang terbaik Barcelona. Bola umpan dari Ansu disambar Messi, yang lolos dari penjagaan bek lima meter di depan gawang Slavia Praha. Tim itu selamat karena kiper Ondrej Kolar mementahkan bola tembakan Messi. Laga yang digelar di Camp Nou pada Selasa, 5 November lalu, itu memang berakhir imbang 0-0, tapi Barcelona memperpanjang rekor tak ter-kalah-kan di kandang dengan 30 kali menang dan 4 kali seri.
Lini depan Barcelona sejauh musim ini dikuasai trio Lionel Messi, Luis Suarez, dan Antoine Griezmann. Ansu berhasil mendobrak kemapanan dan mencatatkan namanya sebagai penyerang yang patut diperhitungkan. Ini kedua kalinya Valverde memasang Ansu di Liga Champions setelah debutnya dalam turnamen itu pada 17 September lalu. Dia menjadi pemain termuda yang diboyong Barcelona ke kompetisi antarklub Eropa tersebut.
Dua Dunia Pemain Muda/Reuters/Albert Gea
Valverde sejak awal mempercayai Ansu sebagai pelapis lini depan Barcelona. Saat Suarez harus absen akibat cedera, Valverde langsung memasukkan nama Ansu ke daftar 18 pemain untuk menghadapi Slavia Praha. Pilihannya sempat dikritik karena performa Ansu dinilai belum stabil. “Aku tak pernah menyesal memilih Ansu Fati,” kata Valverde seperti dilaporkan Goal.
Ansu adalah fenomena di Camp Nou. Dia pemain termuda kedua yang mencetak debut di tim senior Barcelona dengan usia 16 tahun 298 hari pada 25 Agustus lalu. Ia hanya 18 hari lebih tua dari Vicenç Martínez, pemegang rekor pemain termuda yang menjalani debut di Barcelona 80 tahun silam.
Enam hari setelahnya, Ansu membuat rekor sebagai pemain paling belia yang mencetak gol untuk Barcelona dalam laga melawan Osasuna, yang berakhir imbang 2-2. Dua pekan kemudian, dalam kemenangan 5-2 atas Valencia, Ansu men-jadi pemain termuda di sejarah La Liga yang bisa mencetak gol dan umpan menghasilkan gol (assist) pada pertan-dingan yang sama.
Ansu mengenal sepak bola dengan ber-main di ruas-ruas jalan di kota kela-hiran-nya di Guinea-Bissau, negara berpopulasi sekitar 400 ribu jiwa di pesisir barat Afrika. Peluang Ansu kian terbuka lebar ketika ayahnya, Bori Fati, memboyong keluarga-nya berimigrasi ke Spanyol. Keluarga imigran itu menetap di Herrera, kota kecil berpopulasi 6.500 jiwa di Provinsi Sevilla.
Ansu lantas mengasah bakatnya di akademi sepak bola Barcelona, La Masia, sejak berusia 10 tahun. Dia sempat ber-gabung dengan tim di bawah usia 11 tahun Sevilla. Manajemen tim mencoret namanya begitu tahu Bori membuat kesepakatan dengan Barcelona untuk me-masukkan Ansu ke La Masia.
Dua Dunia Pemain Muda/Tempo
Direktur akademi sepak bola Herrera di Sevilla, Jose Luis Perez Mena, menyebut Ansu sebagai pemain terbaik yang pernah dilihatnya selama 50 tahun berkecimpung di dunia sepak bola. Selain bertalenta, Ansu ia nilai memiliki karakter yang kuat. “Setiap kali aku berbicara dengannya sebelum pertandingan, dia tak pernah gugup,” ujar Perez Mena seperti dilaporkan situs olahraga AS.
La Masia merupakan fondasi penting dalam perkembangan sepak bola keluarga Fati. Brahima, kakak tertua Ansu, juga anggota tim Barcelona. Namun pemain 21 tahun tersebut tengah dipinjamkan ke klub Calahorra. Adik Ansu, Miguel, juga masuk La Masia dan bermain bersama anak-anak Messi. Tidak aneh jika Messi akrab dengan Ansu dan keluarganya. Messi bahkan merangkul Ansu seusai debut pemuda itu di Barcelona. “Dia memiliki apa yang dibutuhkannya untuk meraih sukses,” ucap Messi.
Berkongsi dengan La Masia adalah keputus-an terbesar yang diambil Bori dan Ansu. Meski demikian, Barcelona menga-jukan persyaratan ketat untuk menjaganya dari incaran klub lain. Keluarga Ansu memiliki latar belakang berkaitan dengan rival Barcelona, Real Madrid. Sahabat Bori adalah ketua grup suporter Real Madrid di Herrera. Ansu bahkan pernah mengikuti pertandingan ekshibisi futsal mengenakan seragam Real Madrid pada Juni 2012.
Rivalitas dengan Real Madrid itu mem-buat Barcelona harus lebih berhati-hati menjaga Ansu. Tandem Ansu di La Masia, Kubo Takefusa, memilih Real Madrid pada Juni lalu saat usianya genap 18 tahun. Padahal remaja yang dijuluki “Lionel Messi dari Jepang” itu menghabiskan tiga musim di La Masia. Seperti dilaporkan Marca, Kubo memilih bergabung dengan Real Madrid karena klub itu memiliki rencana yang lebih meyakinkannya.
Pemain muda berbakat seperti Ansu dan Kubo menjadi incaran klub besar. Kontrak dan gaji dengan nilai selangit mem-buntuti mereka. Demi menga-mankan Ansu, yang kontraknya bakal habis pada 2022, Barce-lona menawarkan kontrak jangka pan-jang dengan klausul harga pelepasan sebesar 100 juta euro atau sekitar Rp 1,5 triliun.
Popularitas dan bakat ternyata tak menjamin perjalanan karier para pemain muda bakal mulus. Giovani dos Santos adalah contoh pemain jenius yang kariernya macet gara-gara “salah jalan”. Masuk daftar 50 pemain muda paling menakjubkan versi World Soccer Magazine pada 2007, Giovani terperosok menjadi pemain semenjana yang nyaris dilupakan.
Giovani juga salah satu lulusan terbaik La Masia. Ia menjalani debut profesionalnya di Barcelona sebagai pemain pengganti. Kala itu, Barcelona menang 3-1 atas Athletic Bilbao di Camp Nou. Baru berusia 18 tahun, Giova-ni dinilai punya masa depan cerah di Barcelona. Tapi, tak sampai setahun kemu-dian, dia malah hijrah ke Tottenham Hotspur, Inggris, karena ingin lebih sering bermain.
Permainannya di Liga Primer Inggris justru tak konsisten dan akhirnya gembos. Giovani tak mampu me--nunjukkan kemam-puannya se-bagai penyerang dan sulit menye-suaikan diri dengan posisi lain yang diminta pelatih. Cuma 17 kali bermain tan-pa mencetak gol, dia dilepas Spurs. Pada 2011, ia kembali ke Spanyol dan bermain di tiga tim.
Empat tahun lalu, dia mencoba perun-tungan-nya di kompetisi sepak bola Amerika Selatan. Karier Giovani di tim nasional Meksiko masih lumayan dengan membukukan 19 gol dalam 109 pertan-dingan. Dia mengantongi satu medali Olim-piade pada 2012 dan tiga medali juara Gold Cup. “Potensinya sangat besar, tapi ia tak bisa memanfaatkannya,” kata Jesus Ramirez, pelatih Giovani dalam Piala Dunia U-17 2005.
Dua Dunia Pemain Muda/Tempo
Bintang muda lain yang akhirnya teng-gelam adalah Freddy Adu. Talenta pemuda kelahiran Ghana yang hijrah ke Amerika Serikat pada 1997 ini kerap disejajarkan dengan pemain legendaris, Pele. Dia men-jadi sorotan setelah direkrut klub Liga Utama Sepak Bola Amerika Serikat (MLS), DC United, pada 2004 kala berumur 14 tahun.
Adu gagal mengembangkan potensinya. Dia tak pernah bertahan lama di satu klub. Selama 14 tahun kariernya, dia bermain di 14 klub di delapan negara. Adu tak ingin membicarakan masa kelam dalam kariernya, ketika dia harus berpindah-pindah tim. Telah berusia 30 tahun, Adu masih menyimpan mimpi kembali bermain apik. “Semua berlalu begitu cepat, tapi aku tak ingin menyerah,” katanya seperti dilaporkan ESPN.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA (FC BARCELONA, BLEACHER REPORTS, GOAL, THE GUARDIAN, THE NATIONAL)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo