KEDUA pemain kidal dari Jakarta itu bertemu di firial. Set
pertama Rendy Pangerapan unggul 7:6, set kedua angka untuk
Yosafat Sihombing 6:2. Tapi ketika kedudukan 4:4 di set
penentuan, Rendy tiba-tiba tergeletak di tengah lapangan. Kedua
kakinya kejang.
Apa boleh buat, Yosafat, 19 tahun, dinyatakan sebagai juara
kejuaraan nasional tenis junior ke-28 yang berakhir Minggu lalu
di lalang. Piala bergilir Menko Kesra Surono tahun ini
berarti ada di tangannya. "Yosafat memang bermain bagus, saya
kurang tahan bermain di lapangan keras," kata Rendy mengakui --
meskipun dalam turnamen Thamrin Cup di Jakarta, seminggu
sebelumnya, ia menang atas Yosafat.
Sama-sama kidal, kedua pemain ini mempunyai kekuatan
masing-masing. Yosafat memiliki banyak variasi pukulan,
volleynya susah diterka, antisipasinya bagus, selalu tenang dan
dengan daya juang tinggi. Dengan servis selalu keras, Rendy
bermain cepat, dengan pukulan volley yang mantap. "Permainan
mereka juga setingkat," komentar Ny. Yolanda Sumarno, pemain
nasional wanita yang menyaksikan pertandingan itu.
Dalam kejuaraan di Malang itu, dua kali Rendy kejang kaki.
Pertama dalam final ganda putra yang dimenangkan pasangan
Rendy/Totok atas pasangan Yosafat/Peter. "Barangkali karena
Rendy kurang berlatih di lapangan keras," Yolanda menilai lagi
"apalagi menghadapi permainan Yosafat yang banyak variasi."
Yosafat, putra seorang purnawirawan ABRI di Jakarta itu, bermain
tenis sejak berusia 9 tahun. Baru saja ia mengikuti ujian
perintis, meski belum menetapkan fakultas apa yang hendak
dipilihnya. "Tapi kalau gagal masuk perguruan tingi, saya akan
memilih bermain tenis saja," tuturnya.
Dengan tinggi tubuh 172 cm, anak ke-5 dari 6 bersaudara ini,
sejak berusia 10 bulan mempunyai tangan kanan yang lebih kecil
dari tangan kiri -- karena terjatuh. Namun telah berkali-kali ia
menjuarai berbagai turnamen. Pada 1972 misalnya, ia memegang
juara (ganda) dalam kejurnas tenis junior Malang. Tahun-tahun
berikutnya sebagai juara tunggal anak-anak, remaja dan taruna.
Tahun lalu ia muncul sebagai juara 2 junior dewasa.
Pemain muda yang mengagumi pemain kidal Argentina, Guerelmo
Vilas, ini, setiap sore tak kurang dari tiga setengah jam
berlatih tenis. Pagi hari ia gunakan untuk berlari pagi dan
bersenam. Sejak 1978 Yosafat termasuk salah seorang yang masuk
proyek peningkatan prestasi/Pemda DKI Jaya di Ragunan. Kini ia
tergabung dalam UMS '80/Astra.
Kejuaraan nasional tenis junior ke-28 (15-20 Juni lalu) diikuti
hampir 700 pemain -- satu jumlah yang meningkat hampir dua kali
lipat dibanding 1981. Para pemain secara perseorangan dan dengan
akomodasi sendiri-sendiri datang dari Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Bali, NTB dan sebagian daerah Sumatera. Tapi
sebaliknya, minat para penonton mengikuti
pertandingan-pertandingan amat kurang. Dalam pertandingan final
dan sekaligus penutupan misalnya, penonton yang datang tak
sampai 1.000 orang termasuk para peserta yang datang bersama
keluarga masing-masing.
Kejuaraan Malang yang menjadl kegiatan rutin PB Pelti ini,
diadakan setiap tahun dalam musim liburan sekolah. Pemain-pemain
yang menonjol kemudian ditawari masuk ke proyek peningkatan
prestasi di Ragunan, Jakarta. Kejuaraan sekali ini dinilai
Yolanda "tidak menggambarkan juara junior sebenarnya." Sebab
beberapa pemain ranking tidak ikut serta karena sedang berlatih
di luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini