Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kejutan anak-anak hitam

Beberapa kejutan yang terjadi pada perebutan piala dunia '82 di spanyol: aljazair mengalahkan jer-bar 2-1, kuwait menahan ceko 1-1, kamerun yang berhasil menahan peru & polandia, dituduh punya ilmu hitam. (or)

26 Juni 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEREBUTAN Piala Dunia belum pernah membuat begitu banyak kejutan seperti yang terjadi di Spanyol sekarang ini. Sepanjang sejarah Piala Dunia yang dimulai tahun 1930 tercatat Korea Utara yang membikin dunia tercengang ketika mengalahkan Italia di Inggris tahun 1966 dengan skor 1-0. Sebelumnya Amerika Serikat yang dianggap anak bawang mengagetkan dunia dengan mengalahkan Inggris di Brazil tahun 1950 dengan angka 1-0. Tetapi di Spanyol sekarang, sekurang-kurangnya ada tiga kejutan. Masing-masing oleh Aljazair yang mengalahkan Jerman Barat 2-1, Kuwait menahan Ceko 1-1 dan Kamerun menahan Peru dan Polandia dengan 0-0. Tak ada orang yang berani meramalkan kemenangan bagi Aljazair ketika akan berhadapan dengan tim tangguh, pemenang dua kali Piala Dunia, Jerman Barat. Jutawan karena bola, Pele, yang menulis komentar mengenai Piala Dunia untuk sebuah sindikat persurat-kabaran, sengaja tidak mau menonton pertandingan yang berlangsung di Gijon 16 Juni itu. "Saya kira tak ada guna menonton pembantaian yang dilakukan Jerman Barat," katanya dalam sebuah komentarnya. Tetapi yang paling banyak membuat gol itulah yang menang. "Saya tidak percaya kami dikalahkan Aljazair. Saya tidak mengerti kami bermain begitu buruk, terutama di babak kedua," ujar manajer Jupp Derwall. Caci-maki dan kekecewaan melanda Jerman Barat. Telepon di kantor surat-surat kabar berdering. Si penelepon meminta supaya tim Jerman Barat pulang saja. Malahan ada yang meminta supaya penyerang tengah Horst Hrubesch yang gagal mencetak gol, dilemparkan saja ke Laut Tengah. Keadaan itu membuat Menteri Dalam Negeri, Gerhart Baum, merasa perlu mengirimkan telegram. "Tegakkan kepala -- jangan putus asa. Segala sesuatu masih bisa terjadi," katanya membesarkan hati. Menurut pelatih, sekaligus manajer, Aljazair, Mahieddiene Khalef, dia sendiri tak terkejut dengan kemenangan itu. Keberhasilan mereka katanya, karena strategi yang tepat. "Kami telah menganalisa permainan Jerman Barat dan tahu bagaimana menghentikan Hrubesch dan Rummenigge agar jangan sampai mendapat bola," katanya. Lakhdar Belloumi, penyerang yang menjadi pahlawan Aljazair dengan mencetak gol kedua dan membantu Rabah Madjer menciptakan gol pertama, menganggap kemenangan itu sebagai hal yang "memang pantas." Pemain terbaik Afrika yang berusia 23 tahun itu menilai kemenangan atas Jerman Barat itu menjadi lebih penting artinya karena dipetik bertepatan dengan ulangtahun kemerdekaan negerinya. Bertanding di Spanyol merupakan kesempatan pertama bagi Aljazair untuk ikut dalam perebutan Piala Dunia. Kesempatan itu diperoleh setelah 12 tahun berjuang untuk lulus dari babak penyisihan. Tunisia, Nigeria, Guinea dan Libya merupakan negara-negara yang selalu menghalangi kesempatan Aljazair ke Piala Dunia. Federasi Sepakbola Aljazair sendiri berdiri tahun 1962. Tapi baru tahun 1970 negara itu ambil bagian dalam babak penyisihan Piala Dunia berbarengan dengan negara-negara Afrika lainnya. Sebagai bekas jajahan Prancis, hubungan persepakbolaan antara Aljazair dengan negara Eropa Barat itu tampak membekas. Dalam tim Aljazair sekarang ini terdapat 6 pemain yang dikontrak klub-klub sepakbola Prancis. Mereka antara lain Faouzi Mansouri dari Montpellier, Nourdine Kourichi dari Bourdeaux, Abdel Djaadaoui dari Sochaux, Mustapha Dahleb dari Paris Sain-Germain dan Rabah Gamouh dari Nimes. Bertulangpunggungkan pemain-pemain yang dikontrak klub-klub sepakbola Prancis itu, ditambah Lakhdar Belloumi yang digambarkan sebagai perpaduan Maradona dan Michael Platini, bintang Prancis, dari sinilah klub yang membuat kejutan itu disusun. KEBERHASILAN Kuwait menahan Ceko dimulai dengan parade yang cukup unik di luar stadion Jose Zo, sebelum pertandingan dimulai. Seluruh anggota tim berpawai dengan membawa maskot unta. Sementara ratusan suporter negara kaya minyak itu dengan jubah dan kopiah khas Arab, menari-nari mengikuti gendang tarian a la samba dari Brazil. Banyak di antara para suporter itu memakai jaket yang bertuliskan: "Unta kami adalah si pemenang." Orang yang paling gembira atas hasil seri itu adalah Ketua Persatuan Sepakbola Kuwait, Al Sheik Fahad Al-Sabah. Dia menjanjikan bonus US$ 200.000 kalau tim Kuwait bisa maju ke putaran kedua. Sekalipun tak bisa lulus, ia tetap menjanjikan hadiah US$ 10.000 untuk tiap pemain. Cuma satu yang membuat dia kecewa. Ia tak senang dengan kepemimpinan wasit Kwabena Dwomoh dari Ghana yang memberi hadiah penalti untuk Cekoslowakia. Melihat permainan Kuwait ketika menahan tim tangguh Ceko, orang teringat pada pola permainan Amerika Latin, terutama Brazil. Penguasaan bola mereka secara individual memikat. Mungkin gaya itu memang cocok untuk pemain di negara beriklim tropis, seperti Kuwait. Gaya itu terutama ditempa oleh para pelatih yang sengaja didatangkan dari Brazil. Mulai dari Didi dan Mario Zagalo yang pernah memperkuat tim Brazil di Piala Dunia. Tetapi penanganan yang paling membekas datang dari pelatih Carlos Alberto Parreira, 39 tahun. Dalam sebuah pertandingan persahabatan, Kuwait mampu menahan klub Brazil, Flamengo. Dan dalam Olympiade Moskow 1980 menahan Kolumbia 1-1. Di situ untuk pertama kalinya Kuwait berhasil menahan Ceko 0-0. Orang-orang Eropa menganggap kemampuan Kamerun menahan Peru dan Polandia karena "ilmu hitam". Missimo Fenilli, pelatih berusia 47 tahun yang sudah bekerja sebagai pelatih selama 20 tahun di negara-negara Afrika, mengingatkan Italia agar berhati-hati dengan ilmu dukun Kamerun. "Enzo Bearzot (pelatih Italia) harus berjaga-jaga kalau dia menemukan ekor kucing atau tikus mati dalam ruangan ganti pakaian atau di pekarangan hotel. Dan hati-hatilah, mungkin ada orang yang melemparkan bulu ayam kepada tim Italia ketika mau memasuki lapangan pertandingan," katanya kepada sebuah koran di Milan. Dia malahan mengatakan sebelum bertanding, para pemain Kamerun mungkin sudah membacakan jampi-jampi di atas foto para pemain Peru dan Polandia. Tetapi yang nyata di lapangan, penyerang Roger Milla memang merupakan ujung tombak yang berbahaya dalam dua pertandingan itu. Begitu juga penjaga gawang Thomas N'Komo, dianggap oleh para pengamat sepakbola sebagai kiper paling baik selama putaran pertama Piala Dunia sekarang ini. Rentetan permainan Kuwait yang tak terduga-duga itu, juga Kamerun dan Aljazair, membuat televisi punya daya tarik tersendiri. Kantor-kantor di Indonesia mulai luntur semangat karyawannya menjelang dipertunjukkannya rekaman pertandingan. Perebutan Piala Marah Halim Cup di Medan kehilangan penonton dibuatnya. Bagi orang Medan, tontonan yang lebih asyik justru dengan menyetel siaran dari Malaysia, yang menyiarkan pertandingan-pertandingan dengan lengkap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus