PEREBUTAN Piala Dunia belum pernah membuat begitu banyak
kejutan seperti yang terjadi di Spanyol sekarang ini. Sepanjang
sejarah Piala Dunia yang dimulai tahun 1930 tercatat Korea Utara
yang membikin dunia tercengang ketika mengalahkan Italia di
Inggris tahun 1966 dengan skor 1-0. Sebelumnya Amerika Serikat
yang dianggap anak bawang mengagetkan dunia dengan mengalahkan
Inggris di Brazil tahun 1950 dengan angka 1-0.
Tetapi di Spanyol sekarang, sekurang-kurangnya ada tiga kejutan.
Masing-masing oleh Aljazair yang mengalahkan Jerman Barat 2-1,
Kuwait menahan Ceko 1-1 dan Kamerun menahan Peru dan Polandia
dengan 0-0.
Tak ada orang yang berani meramalkan kemenangan bagi Aljazair
ketika akan berhadapan dengan tim tangguh, pemenang dua kali
Piala Dunia, Jerman Barat. Jutawan karena bola, Pele, yang
menulis komentar mengenai Piala Dunia untuk sebuah sindikat
persurat-kabaran, sengaja tidak mau menonton pertandingan yang
berlangsung di Gijon 16 Juni itu. "Saya kira tak ada guna
menonton pembantaian yang dilakukan Jerman Barat," katanya dalam
sebuah komentarnya.
Tetapi yang paling banyak membuat gol itulah yang menang. "Saya
tidak percaya kami dikalahkan Aljazair. Saya tidak mengerti kami
bermain begitu buruk, terutama di babak kedua," ujar manajer
Jupp Derwall.
Caci-maki dan kekecewaan melanda Jerman Barat. Telepon di kantor
surat-surat kabar berdering. Si penelepon meminta supaya tim
Jerman Barat pulang saja. Malahan ada yang meminta supaya
penyerang tengah Horst Hrubesch yang gagal mencetak gol,
dilemparkan saja ke Laut Tengah. Keadaan itu membuat Menteri
Dalam Negeri, Gerhart Baum, merasa perlu mengirimkan telegram.
"Tegakkan kepala -- jangan putus asa. Segala sesuatu masih bisa
terjadi," katanya membesarkan hati.
Menurut pelatih, sekaligus manajer, Aljazair, Mahieddiene
Khalef, dia sendiri tak terkejut dengan kemenangan itu.
Keberhasilan mereka katanya, karena strategi yang tepat. "Kami
telah menganalisa permainan Jerman Barat dan tahu bagaimana
menghentikan Hrubesch dan Rummenigge agar jangan sampai mendapat
bola," katanya.
Lakhdar Belloumi, penyerang yang menjadi pahlawan Aljazair
dengan mencetak gol kedua dan membantu Rabah Madjer menciptakan
gol pertama, menganggap kemenangan itu sebagai hal yang "memang
pantas." Pemain terbaik Afrika yang berusia 23 tahun itu menilai
kemenangan atas Jerman Barat itu menjadi lebih penting artinya
karena dipetik bertepatan dengan ulangtahun kemerdekaan
negerinya.
Bertanding di Spanyol merupakan kesempatan pertama bagi Aljazair
untuk ikut dalam perebutan Piala Dunia. Kesempatan itu diperoleh
setelah 12 tahun berjuang untuk lulus dari babak penyisihan.
Tunisia, Nigeria, Guinea dan Libya merupakan negara-negara yang
selalu menghalangi kesempatan Aljazair ke Piala Dunia.
Federasi Sepakbola Aljazair sendiri berdiri tahun 1962. Tapi
baru tahun 1970 negara itu ambil bagian dalam babak penyisihan
Piala Dunia berbarengan dengan negara-negara Afrika lainnya.
Sebagai bekas jajahan Prancis, hubungan persepakbolaan antara
Aljazair dengan negara Eropa Barat itu tampak membekas. Dalam
tim Aljazair sekarang ini terdapat 6 pemain yang dikontrak
klub-klub sepakbola Prancis. Mereka antara lain Faouzi Mansouri
dari Montpellier, Nourdine Kourichi dari Bourdeaux, Abdel
Djaadaoui dari Sochaux, Mustapha Dahleb dari Paris Sain-Germain
dan Rabah Gamouh dari Nimes.
Bertulangpunggungkan pemain-pemain yang dikontrak klub-klub
sepakbola Prancis itu, ditambah Lakhdar Belloumi yang
digambarkan sebagai perpaduan Maradona dan Michael Platini,
bintang Prancis, dari sinilah klub yang membuat kejutan itu
disusun.
KEBERHASILAN Kuwait menahan Ceko dimulai dengan parade yang
cukup unik di luar stadion Jose Zo, sebelum pertandingan
dimulai. Seluruh anggota tim berpawai dengan membawa maskot
unta. Sementara ratusan suporter negara kaya minyak itu dengan
jubah dan kopiah khas Arab, menari-nari mengikuti gendang tarian
a la samba dari Brazil. Banyak di antara para suporter itu
memakai jaket yang bertuliskan: "Unta kami adalah si pemenang."
Orang yang paling gembira atas hasil seri itu adalah Ketua
Persatuan Sepakbola Kuwait, Al Sheik Fahad Al-Sabah. Dia
menjanjikan bonus US$ 200.000 kalau tim Kuwait bisa maju ke
putaran kedua. Sekalipun tak bisa lulus, ia tetap menjanjikan
hadiah US$ 10.000 untuk tiap pemain. Cuma satu yang membuat dia
kecewa. Ia tak senang dengan kepemimpinan wasit Kwabena Dwomoh
dari Ghana yang memberi hadiah penalti untuk Cekoslowakia.
Melihat permainan Kuwait ketika menahan tim tangguh Ceko, orang
teringat pada pola permainan Amerika Latin, terutama Brazil.
Penguasaan bola mereka secara individual memikat. Mungkin gaya
itu memang cocok untuk pemain di negara beriklim tropis, seperti
Kuwait. Gaya itu terutama ditempa oleh para pelatih yang sengaja
didatangkan dari Brazil. Mulai dari Didi dan Mario Zagalo yang
pernah memperkuat tim Brazil di Piala Dunia.
Tetapi penanganan yang paling membekas datang dari pelatih
Carlos Alberto Parreira, 39 tahun. Dalam sebuah pertandingan
persahabatan, Kuwait mampu menahan klub Brazil, Flamengo. Dan
dalam Olympiade Moskow 1980 menahan Kolumbia 1-1. Di situ untuk
pertama kalinya Kuwait berhasil menahan Ceko 0-0.
Orang-orang Eropa menganggap kemampuan Kamerun menahan Peru dan
Polandia karena "ilmu hitam". Missimo Fenilli, pelatih berusia
47 tahun yang sudah bekerja sebagai pelatih selama 20 tahun di
negara-negara Afrika, mengingatkan Italia agar berhati-hati
dengan ilmu dukun Kamerun.
"Enzo Bearzot (pelatih Italia) harus berjaga-jaga kalau dia
menemukan ekor kucing atau tikus mati dalam ruangan ganti
pakaian atau di pekarangan hotel. Dan hati-hatilah, mungkin ada
orang yang melemparkan bulu ayam kepada tim Italia ketika mau
memasuki lapangan pertandingan," katanya kepada sebuah koran di
Milan. Dia malahan mengatakan sebelum bertanding, para pemain
Kamerun mungkin sudah membacakan jampi-jampi di atas foto para
pemain Peru dan Polandia.
Tetapi yang nyata di lapangan, penyerang Roger Milla memang
merupakan ujung tombak yang berbahaya dalam dua pertandingan
itu. Begitu juga penjaga gawang Thomas N'Komo, dianggap oleh
para pengamat sepakbola sebagai kiper paling baik selama putaran
pertama Piala Dunia sekarang ini.
Rentetan permainan Kuwait yang tak terduga-duga itu, juga
Kamerun dan Aljazair, membuat televisi punya daya tarik
tersendiri. Kantor-kantor di Indonesia mulai luntur semangat
karyawannya menjelang dipertunjukkannya rekaman pertandingan.
Perebutan Piala Marah Halim Cup di Medan kehilangan penonton
dibuatnya. Bagi orang Medan, tontonan yang lebih asyik justru
dengan menyetel siaran dari Malaysia, yang menyiarkan
pertandingan-pertandingan dengan lengkap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini