Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dua Pelatih Mundur, Atik Muncul

Tan yoe hok & tahir djide menolak menjadi pelatih untuk menghadapi kejuaraan di muangthai & malaysia. atik jauhari ditunjuk sebagai pelatih nasional. liang chiu-xia dipersiapkan untuk melatih tim piala uber.

30 Juni 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PELATIH kembali menjadi masalah dalam pemusatan latihan nasional bulu tangkis. Tan Yoe Hok, yang menggembleng tim Piala Thomas, dan Tahir Djide, yang melatih tim Piala Uber, ke Kuala Lumpur Mei lalu, tidak bersedia menjadi pelatih menjelang berbagai kejuaraan yang mendesak, seperti Muangthai Terbuka (4-8 Juli), Malaysia Terbuka (11-15 Juli), dan Indonesia Terbuka (18-22 Juli). "Saya ingin dibebaskan dari tugas sebagai pelatih dalam Pelatnas. Sebab, saya sudah lebih dari sepuluh tahun melatih. Barangkali ada pelatih lain yang lebih baik. Saya ingin memberikan kesempatan," ujar Tahir Djide selesai menghadiri pertemuan antara KONI dan PBSI 18 Juni lalu di Jakarta. Sebagai pelatih fisik tim Piala Uber, Tahir rupanya merasa ikut "jatuh" dengan kekalahan Ivanna dan teman-teman di Kuala Lumpur. Dia juga gagal membangkitkan kembali juara dunia Icuk Sugiarto, yang menderita kalah melulu dalam beberapa pertandingan. Icuk yang, menjelang Piala Thomas, menuntut Tahir sebagai pelatihnya untuk menghadapi kejuaraan itu ternyata kemudian tidak menunjukkan penampilan yang meyakinkan ketika berhadapan dengan pemain Cina, Yang Yang. Sekalipun Tahir Djide tak bersedia melatih lagi, pertemuan KONI-PBSI kemudian telah menunjuknya sebagai penyelia (supervisor). "Satu kedudukan yang saya sendiri belum tahu apa tugasnya, karena belum ada penjabarannya," katanya. Dia, katanya, ingin istirahat untuk memberikan lebih banyak perhatian bagi klub BM 77 di Bandung, yang menghimpunkan sekitar 150 pemain remaja. Sementara itu, Tan Yoe Hok, orang yang menentang gaya latihan fisik yang selama ini diterapkan di Pelatnas, juga ditetapkan dalam jabatan yang sama. Tapi, seperti Tahir, Yoe Hok sendiri belum mendapat keterangan yang jelas tentang kedudukan barunya itu. "Saya tahu ditunjuk sebagai sepervisor hanya dari koran," katanya. Orang yang bergerak dalan bisnis racun serangga itu sekarang ini sedang menghadapi keruwetan dalam mengurus kewarganegaraan putranya. Dia sering mundar-mandir Jakarta-Bandung. Dia sendiri kelihatannya memang tidak berkenan ditunjuk sebagai pelatih selama PBSI, katanya, belum memberikan perincian yang jelas mengenal tugas dan tanggung jawab pelatih ataupun pemain. "Mengapa harus ada pelatih teknik dan pelatih fisik segala," ujarnya. Sejak dulu Yoe Hok memang menganggap tidak perlu adanya pemisahan pelatih. Dia beranggapan, bulu tangkis harus dihadapi sebagai permainan yang utuh. Latihan fisik harus disesuaikan dengan kebutuhan permainan bulu tangkis. Dia juga menuntut perincian mengenai tugas dan tanggung jawab pemain. "Bagaimana knterla pemain nasional dan apa hak dan kewajibannya. Kalau ini semua sudah jelas, baru saya mau duduk sebagai pelatih. Sebab, jangan sampai terulang peristiwa menjelang Piala Thomas, ada pemain yang meminta pelatih yang macam-macam," katanya. Hal ini menurut Yoe Hok, penting untuk menghindari kesalahpahaman pemain dan pelatih dengan orang ketiga. Uraian tugas pelatih dan pemain itu, menurut Yoe Hok, penting karena menjadi pelatih sekarang ini berat. "Kalau menang, tak ada untungnya. Tapi kalau kalah, dicaci maki. Sebelum berangkat ke Piala Thomas di Kuala Lumpur, saya juga dikritik yang membuat hati saya keder. Tapi untung tim kita berhasil. Meskipun begitu, tak berarti saya tak mau membantu. Saya tetap mau berpartisipasi walau hanya dalam mendoakan agar bulu tangkis kita tetap jaya," katanya. Setelah pesta arak-arakan di berbagai kota menyambut kejayaan karena berhasil merebut kembali Piala Thomas, 13 Juni yang lalu para pemain sudah berkumpul lagi di Senayan. Tetapi keadaan mereka agak memprihatinkan, karena belum ada kepastian tentang pelatih yang bakal membimbing. Suasana latihan juga acak-acakan karena harus berbaur di Gedung C Senayan dengan pemain-pemain Jakarta, seperti Lius Pongoh, yang sedang bersiap-siap menuju kejuaraan Indonesia Terbuka. Baru lima hari kemudian PBSI menunjuk bekas pemain nasional Atik Jauhari, yang sekarang menjadi pelatih klub Pelita Jaya milik raja pipa Aburizal Bakrie. Atik sendiri sebagai pemain sedang bersiap-siap untuk terjun ke kejuaraan Indonesia Terbuka. Keputusan pengangkatannya sampai akhir pekan lalu belum keluar, tetapi Atik sudah mulai aktif di lapangan. "Dia pernah menangani Pelatnas. Dan sekarang ini kesempatan bagi dia untuk menjadi pelatih," kata Rudy Hartono, ketua bidang pembinaan PBSI. Sampai akhir pekan silam Atik masih seperti bola yang melayang di udara, tak tahu target apa yang akan dicapai. "Karena tugas yang diberikan kepada saya pun belum jelas," Jawabnya. Tetapi, katanya, dalam melatih dia akan menekankan segi fislk, karena penguasaan teknik para pemain sudah mencukupi. Pemain tampaknya bisa menyambut kedatangan Atik. "Bagi saya semua pelatih itu sama baiknya. Tak jadi soal," sahut Hastomo Arbi, pemain yang berhasil mencuri perhatian karena dia ikut menjadi penentu kemenangan Indonesia di Kuala Lumpur tempo hari. "Permainan saya tidak akan terpengaruh oleh Atik. Saya, sih, bagaimana PBSI saja," sambut Icuk Sugiarto. SUMBER di PBSI menyebutkan bahwa baik Muangthai Terbuka maupun Malaysia Terbuka tidak menjadi sasaran. Hastomo dan Liem Swie King tidak akan tampil di dua kejuaraan itu, karena kondisi mereka belum pulih. Mereka yang akan bertolak ke Bangkok dan Ipoh itu ialah Icuk Sugiarto, Christian Hadinata, Hadibowo, Bobby Ertanto, Hadiyanto, Sigit Pamungkas, Eddy Kurniawan, Eddy Hartono, dan Hafid Yusuf (semuanya pemain nasional) ditambah pemain daerah, seperti Hernawan Susanto, Pung Permadi, Hariyono, Peekling Wuryanto, dan Eddy Ismanto. Pemain putri hanya Elizabeth Latief, Rosiana Tendean, Ratih Kumaladewi, dan Merry Herliem yang akan berangkat ke Bangkok dan Ipoh. Sementara itu, pada tim putri, yang gagal dalam perebutan Piala Uber di KL Mei lalu, mulai ada perhatian khusus. Selesai pertemuan KONI Pusat dan Menpora dengan Presiden Soeharto di Bina Graha, ketua Bidang Luar Negeri KONI/PBSI Sumarsono mengemukakan, pemain putri akan mendapat latihan kemiliteran dan bela dili. Usaha ini dilakukan untuk menghindari kritik yang mengatakan pemain putri Indonesia "terlalu feminin, terlalu loyo". Pertemuan Sabtu pekan lalu itu juga telah memantapka langkah Abdul Gafur memanggil bintang bulu tangkis RRC (kakak kandung Tjuntjun) yang pindah ke Hong Kong, Liang Chiu-xia, 33, untuk melatih tim Piala Uber 1986. Pelatih tim ini sampai sekarang masih tercatat Minarni, pemain yang punya andil merebut Piala Uber 1975.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus