Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Wijarso pergi diganti soedarno

Penggantian pejabat dirjen migas, belum terlihat penggantian direktur dalam lingkungan pertamina. (eb)

30 Juni 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HANYA sepuluh hari setelah Joedo Sumbono diberhentikan sebagai direktur utama Pertamina, seorang pejabat penting lain di lingkungan minyak dan gas bumi menyusulnya. Wijarso, 54, Dirjen Minyak dan Gas Bumi, harus mengucapkan selamat tmggal kepada instansi penting yang selama 13 tahun lebih dipimpinnya. Ia digantikan oleh Brigadir Jenderal (pur.) Soedarno Martosewojo, juga orang lama di Pertamina, dan terakhir menjabat sebagai penasihat dirut Pertamina. Apa sebab tokoh minyak itu tiba-tiba diganti, hal itu pasti akan dikemukakan oleh Menteri Pertambangan dan Energi Subroto, dalam upacara pelantikan Dirjen Migas yang baru. Itu berlangsung pekan ini, di aula gedung baru Departemen Pertambangan dan Energi, tempat yang sama ketika Subroto melantik A. Rachman Ramly sebagai dirut Pertamina, dan Soedjatmiko, terakhir duta besar RI di Singapura, sebagai dirut PT Tambang Timah, meneruskan jabatan Ramly. Tapi, seperti kata Menteri Subroto ketika melepas Dirut Joedo Sumbono, "Pergantian pimpinan di dalam kehidupan suatu perusahaan merupakan suatu hal biasa." Belum jelas benar apa jabatan baru yang akan diberikan kepada Wijarso, yang kini masih menjabat sebagai ketua Dewan Gubernur OPEC. Tapi kalangan minyak asing yang dihubungi TEMPO menilai, insinyur lulusan Universitas Gadjah Mada itu sebagai tokoh yang "cukup disegani di dunia perminyakan internasional". Wijarso, yang tak suka publisitas, memang bukan orang kemarin dulu di dunia minyak Indonesia. Dialah yang setiap kali tampll, dan sering memlmpin perun ingan dengan perusahaan minyak asing, terakhir dengan PT Caltex Pacific Indonesia, ketika maskapai minyak Amerika itu diubah statusnya dari kontrak karya menjadi kontrak bagi-hasil (production sharing), dengan pembagian 88:12 untuk pihak Indonesia, setelah dipotong semua biaya. "Dia memang dikenal sebagai perunding yang ulet," kata seorang eksekutif minyak asing di Jakarta. Ketika Presiden Soeharto menginstruksikan pembentukan tiga kelompokkerja yang bertugas membuat tiga pola kerja untuk Pertamina, 7 April lalu, adalah Wijarso yang ditunjuk untuk mengetuai kelompok dua: mengenai pola pemasaran minyak dan gas bumi (LNG). Adapun kelompok satu, mengenai pola pengadaan minyak, pengangkutan dan distribusinya, diketuai Jusuf Suiud, yang sehari-hari wakil ketua Badan Pengawas Keuangan dan Pernbangunan (BPKP), instansi yang ditugaSi menilai agar semua pengeluaran dan penerimaan Pertamina bisa dipertanggung-jawabkan (di-account) dan di teliti asal usulnya (di-audit). Sedangkan kelompok tiga yang oleh Presider ditugasi membua pola kerja untuk meningkatkan secara optimal kilang-kilang minyak di Indonesia, dipimpin Prof. Dr. Khoo, ahli perminyakan yang kini bekerja di BPPT. Berbicara soal LNG, Wijarso-lah yang sejak zaman Ibnu Sutowo menjadi dirut Pertamina ikut merintis lahirnya proyek LNG Arun dan Badak. Pada tahun 1975, sewaktu merangkap sebagai direktur umum Pertamina, sesaat setelah pecah krisis utang besar US$ 10 milyar, ia juga yang diutus ke Tokyo, guna mencari tambahan dana sebanyak USS 240 juta untuk menyelesaikan proyek LNG. Tapi pengganti Wijarso, oleh kalangan minyak di sini, juga dianggap pilihan yang tepat. Soedarno Martosewojo, pejabat Pertamina yang pendiam itu, bukan sekali inl meneruskan tongkat jabatan yang tadinya dipegang Wijarso. Sewaktu Wijarso kembali sepenuhnya di Migas, waktu itu masih sebagai direktur Ditjen Migas, adalah Soedarno yang ditunjuk dirut Pertamina Piet Haryono untuk memegang kendali direktur umum suatu pos yang praktis membawahkan hampir semua bidang di Pertamina - "semacam kepala staf," kata seorang pejabat minyak. Soedarno, alumni ITB, dan Universitas Brunswick di Jerman Barat, juga dikenal sebagai orang yang banyak makan garam di bidang LNG. Mudah diduga, insinyur kimia itu pula yang akan diserahi tugas mengetuai kelompok pemasaran minyak dan LNG, dari Instruksi Presiden 7 April itu. Laki-laki kelahiran Purbolinggo, Jawa Tengah, itu pernah memegang berbagai jabatan dalam perusahaan minyak dan gas bumi negara, sejak tahun 1960. Ketika PN Pertamin dan PN Permina disatukan di bawah payung Pertamina, Agustus 1968, adalah Soedarno yang ditunjuk sebagai direktur muda Pengolahan, sedang Drs. Joedo Sumbono, oleh Dirut Ibnu Sutowo ditunjuk sebagai direktur muda Pembekalan Dalam Negeri. Di antara lapisan direksi di zaman Ibnu Sutowo, Soedarno-lah satu-satunya yang masih tinggal, dan kini naik bintangnya sebagai Dirjen Migas. Para direktur Pertamina dalam periode Joedo Sumbono boleh dibilang semuanya berasal dari orang "dalam" Pertamina, sekalipun ada juga yang kemudian bekerja di luar Pertamina. Sampai sekarang belum terdengar siapa saja dl antara lima direktur Pertamina yang akan diganti. Dalam wawancara khusus dengan TEMPO, Menteri Subroto mengatakan, "Direksi Pertamina harus merupakan suatu kesatuan yang kompak. Dan pimpinan Pertamina yang baru, sebagai orang yang pertama, punya wewenang untuk memilih anggota direksi yang dapat menjamin kerja sama dengan direktur utama." Selesai acara pelantikan dirut PT Tambang Timah, pekan lalu, dirut Pertamina yang baru, A.R. Ramly, tetap belum bersedia untuk membuka suara. Calon direktur yang baru, kalaupun ada, belum terdengar beredar di "luaran". Konon, menurut sebuah sumber TEMPO, para direktur yang akan mendampingi Dirut Ramly akan terdiri dari beberapa wajah baru, di samping wajah lama, yang dianggap mampu mendukung Instruksi Presiden 7 April itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus