SEJAK kecil mereka dicomot dari desanya. Kemudian hidup mereka hanya latihan, latihan, dan latihan. Nyeri dan sakit, itu saja yang mereka "lahap" sehari-hari. Lihat mereka sekarang: gadis-gadis itu menjadi pasukan angkat besi superhebat yang mengharumkan nama Cina di berbagai kejuaraan dunia.
Di Busan, dari tujuh kelas yang dipertandingkan, mereka hanya kehilangan satu medali emas. Bahkan mereka memecahkan 12 kali rekor dunia di delapan nomor. Di antara empat putri perkasa itu, Sun Ruiping paling meyakinkan. Gadis berusia 21 tahun ini lima kali mengoreksi tiga rekor dunia untuk kelas 75 kilogram, Senin pekan lalu.
Itu artinya saat ini semua rekor dunia angkat besi putri dipegang atlet Cina. Padahal gadis-gadis yang dibawa ke Busan kali ini hanyalah atlet kelas dua. Empat lifter Cina yang menyumbangkan emas di Olimpiade Sydney lalu tidak ikut kali ini. "Target utama kami adalah Olimpiade 2004 di Athena," kata Li Shunzu, pelatih gadis-gadis perkasa itu.
Itu target yang tampaknya mudah dicapai dengan atlet sedahsyat Sun Ruiping—gadis yang tak pernah merasa menyangka peruntungannya bagus di angkat besi. Mahasiswa Beijing Sports University ini merupakan hasil kejelian para pembina olahraga di Negeri Tirai Bambu itu. Sejak 1984, mereka mulai melirik atlet-atlet wanita. Program ini dicoba setelah mereka melihat wanita-wanita Cina lebih berpeluang sukses bersaing di jenjang dunia ketimbang atlet putranya. "Wanita Cina lebih tahan menjalani penderitaan," kata Wei Di, pemimpin program angkat besi ini.
Mereka memulai dengan membentuk satu tim di Provinsi Shandong. Saat ini Cina memiliki lebih dari 300 sekolah angkat besi dan sedikitnya 1.000 pelatih. Mereka menjaring gadis berbakat di sekolah-sekolah di pedesaan. Mengapa anak desa? Gadis kencur dari desa biasanya sudah terbiasa "menderita" dan bekerja keras sejak usia awal.
Misalnya pengalaman Sun Ruiping. Dia dijaring pencari bakat ketika usianya masih 12 tahun. "Pencari bakat itu memeriksa lengan saya, lalu lutut," kenang Ruiping. Setelah itu, dia masuk ke sekolah olahraga di tingkat provinsi. Lima tahun dihabiskannya di sana. Menunya sehari-hari adalah latihan beban, lari, dan renang.
Barulah setelah itu Ruiping menjalani seleksi untuk masuk tim nasional di Beijing—tempat berkumpulnya hampir semua atlet kelas dunia milik Cina. Mereka digembleng oleh pelatih berpengalaman lebih dari 30 tahun, Zhang Ke Dao. Di Beijing, porsi latihan lebih berat. Sehari mereka digembleng tiga hingga lima jam. Mereka harus mengangkat barbel berulang-ulang, sampai jumlah angkatan totalnya sehari 15 ribu kilogram.
Berat badan dan makanan pun menjadi perhatian penting. Di pusat pelatihan itu, atlet makan empat kali sehari. Mereka boleh makan cemilan sebanyak mungkin, terutama bagi gadis yang disiapkan untuk kelas dengan berat badan lebih besar. Hasilnya? Mereka adalah gadis yang kekar, dengan lengan seperti batang singkong mukibat dan paha laksana pemain bola Maradona.
Latihan yang berat itu diimbangi penjagaan kesehatan yang prima. Selama beberapa jam setiap minggu, gadis-gadis itu mendapat latihan meditasi dan pernapasan. Gunanya agar konsentrasi mereka prima—suatu hal yang penting untuk mendongkrak jumlah beban yang diangkat. Tim nasional ini didampingi ahli pengobatan Cina modern. Setiap atlet harus menelan pil yang terbuat dari ginseng dan tanduk rusa untuk memperkaya energi dalam darah.
Jelas, bagi kebanyakan orang, proyek Cina ini tak ubahnya menciptakan wanita bionik atau superwoman yang kerap kita tonton dalam tayangan gulat smack down gaya Amerika itu. Tapi, bagi gadis desa itu, inilah cara untuk hidup lebih baik di Cina. Jika mereka meraih medali emas di Olimpiade, imbalannya sekitar US$ 10 ribu. Duit yang jumlahnya dengan kurs sekarang sekitar Rp 90 juta itu setara dengan penghasilan kebanyakan petani Cina selama 20 tahun kerja.
Tapi, sebagai wanita, mereka juga kerap "menyesali" penampilannya yang bagai karung beras itu. Dengarlah penuturan Ding Meiyuan, peraih medali emas Olimpiade Sydney. Meiyuan, yang berlaga di kelas di atas 75 kilogram, mengaku sangat malu untuk keluar rumah. "Awalnya berat saya cuma 40 kilogram," katanya. Beratnya bertambah lebih dari 35 kilogram setelah menjadi atlit kelas dunia. Meiyuan, 23 tahun, yakin bahwa berat badannya akan kembali "normal" setelah ia pensiun nanti—tentu dengan diet yang superketat.
Di tangan atlet seperti Meiyuan dan Ruiping-lah Cina meraih kejayaan di cabang angkat besi ini. Negeri itu sekarang punya 40 orang lifter putri yang siap datang, bertanding, dan menang.
AR (dari berbagai sumber)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini