Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Gala yang tumbuh dari bawah

Pembibitan pemain di tingkat bawah melalui kompetisi antardesa (galadesa) telah berlangsung di surabaya dan sumatra barat.(or)

9 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI tengah ricuhnya kepengurusan PSSI dan merosotnya pamor sepak bola nasional akhir-akhir ini kegiatan sepak bola dari bawah, diam-diam tetap berjalan di beberapa pelosok. Olah raga rakyat yang sering berupa kompetisi antardesa itu, sekalipun sering berjalan seret, berlangsung tanpa hingar-bingar. Ada 2 daerah yang paling galak dalam kegiatan itu untuk mencari bibit pemain. Surabaya dan Sumatera Barat. Orang barangkali belum pernah mendengarkannya, tetapi di Surabaya gelanggang pembibitan itu disebut Galadesa. Sebanyak 19 kecamatan di kota madya itu mengirimkan timnya untuk merebut kejuaraan yang diadakan tiap tahun. Sedangkan di Sumatera Barat gelanggang itu belum disebut Galadesa. Orang-orang awak di sana cukup menamainya Harun Zain Cup. Pesertanya terdiri dari desa yang di sana disebutkan nagari. Dan sebanyak 543 nagari ambil bagian tiap tahun. Di Surabaya, Galadesa itu muncul di benak beberapa orang pecandu sepak bola di akhir 1970. Waktu itu Persebaya sedang jatuh pamor dalam percaturan sepak bola nasional. Kelompok yang dipimpin Koesbandi, salah seorang pengurus komisariat daerah PSSI, menelurkan gagasan menyelenggarakan turnamen antar-anak-anak belasan tahun (tertinggi 19 tahun) antardesa yang terdapat di kota itu. Tetapi karena kekurangan dana, baru tahun 1979 Galadesa itu bisa berlangsung. Dikaitkan dengan peringatan hari jadi Kota Surabaya. Diselenggarakan tiap tahun, Galadesa model Surabaya ini berhasil menghidupkan roda kompetisi sepak bola di tingkat paling bawah. Sebelum dikirim ke Galadesa, semua desa di tiap kecamatan (19 jumlahnya) mengadakan kompetisi dulu untuk memilih desa mana yang berhak mewakili masing-masing kecamatan. Sebanyak 19 kesebelasan dari berbagai kecamatan itulah kini yang sedang bertanding di Stadion Gelora 10 November, untuk, memperebutkan Piala Walikota. Kompetisi Galadesa yang berlangsung sejak 20 Mei dan berakhir 10 Juli itu dibuka Menpora, Abdul Gafur. Buat kecamatan di kota seramai Surabaya membina pemain bukanlah masalah enteng. Karena semakin sulitnya menemukan lapangan. "Maklum di desa (kota) kan nggak ada lapangan," cerita Seger Suhartono, pelatih dari Kecamatan Rungkut. Anak-anak hanya bermain di tempat seadanya. Sehingga susah menerapkan permainan bola yang standar. Dalam penyisihan pertandingan antarkecamatan pun pertandingan sering dilangsungkan di lapangan yang sempit. Tim Kecamatan Rungkut sendiri beruntung dapat pinjaman lapangan dari klub Liga, Niac Mitra, yang punya lapangan di situ. Untuk cadangan pemain mudanya, Niac, rupanya turut memanfaatkan untuk mencari bibit dari Galadesa ini. Menurut pelatih Basri, sudah ada 300 pemain asal kompetisi tingkat desa yang dites untuk dimasukkan dalam tim yunior Niac. Dari jumlah itu, katanya, terpilih 28 orang. Selain Niac, klub sepak bola Petro Kimia juga mencari bibit pemainnya lewat Galadesa ini. Menurut kabar beberapa pemain yang turut dalam kompetisi tahun ini sudah diincar Persebaya Yunior. Fauzi Barmen, putra bos klub Assyabab, termasuk yang dipilih. Di Sumatera Barat, kompetisi antarnagari itu dimulai sejak 1975. Pencetus idenya Azwar Anas yang ketika itu direktur PT Semen Padang dan Hasan Basri Durin, walikota Padang. Mereka bercita-cita untuk memassalkan sepak bola. Harun Zain yang waktu itu gubernur Sumatera Barat menyambut ide tersebut dengan menyediakan piala. Kompetisi bergerak dari tingkat kecamatan. Camat bersama perserikatan yang ada di situ sebagai motor penggerak. Kesebelasan nagari yang menang mewakili kecamatan untuk merebut Piala Bupati. Dari tingkat ini kompetisi kemudian dilanjutkan ke kompetisi puncak yang diikuti 14 daerah tingkat II. Di tingkat ini kompetisi dengan batas umur 25 itu memperebutkan tempat dalam Harun Zain Cup yang diselenggarakan untuk menyambut Hari Kemerdekaan. Si ujang dari ratusan nagari gairah benar menyambut kompetisi a la Padang ini. Soalnya kalau terpilih dalam tim nagari dan mewakili kecamatan, berarti mereka bisa mengenakan kaus yang cantik dan tampil untuk ditonton orang di stadion. "Malahan ada yang belum pernah melihat Kota Padang, lewat kesebelasan nagarinya mereka bisa sampai ke Padang," begitu kata seorang wartawan olah raga yang berpangkalan di Padang. Kompetisi di tingkat kecamatan biasanya dimulai sejak Mei. Pemuda bertelanjang kaki sampai wasit yang pakai sarung mulai menampakkan diri di berbagai nagari. Tetapi di luar lapangan, mereka harus bekerja keras juga untuk mengumpulkan uang bakal membeli bola dan pakaian tim. Ada yang menjadi buruh mencangkul. Ada pula yang meminta bantuan dari orang di rantau dan para dermawan. Kesebelasan Nagari Koto Nan Ampek Kota Madya Payakumbuh yang meraih Piala Harun Zain tahun kemarin membayar mahal untuk kemenangan itu. Hampir seluruh pemain yang berjumlah 22 orang sudah loyo dulu sebelum bertanding karena harus mencangkul untuk membeli bola. "Bantuan dari pemerintah jangan diharap. Mereka hanya mau menganjur," tutur Ramzi Zainuddin, pelatih tim Koto Nan Ampek. Klub perserikatan, PSP Padang menangguk pemain dari kompetisi antarnagari ini. Salah seorang bintangnya, Aprius, 21 tahun, dijaring dari Nagari Baringin oleh klub Liga, Semen Padang. Tak ada tim yang bisa bertahan lama di pucuk kejuaraan. Kecuali Nagari Koto Tangah Koto Madya Padang yang bertahan hingga 2 tahun. Selebihnya rontok tahun berikutnya, antara lain, karena semangat merantau Urang Awak. Banyak yang meninggalkan nagarinya merantau ke mana-mana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus