Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Halal Atau Haram

Perenang Indonesia dituduh mencuri umur dalam kejuaraan kelompok umur di Bangkok. Tuduhan ini menimbulkan marah tokoh renang, Buchori Nasution. Di harapkan peran PPKORI dapat mengatasi masalah ini.

15 September 1973 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WALAUPUN Kejuaraan Renang se Dunia di Beograd awal bulan ini diwarnai oleh supremasi perenang Amerika Serikat, namun peristiwa berubahnya warna rambut perenang-perenang Australia yang pirang menjadi kehijau-hijauan sehabis acara latihan, sempat pula mengejutkan para pesertanya. "Ternyata perubahan itu disebabkan oleh air kimia yang tidak membahayakan", kata Radio Australia pekan lalu. Memang mustahil jika induk-organisasi renang se dunia seperti FINA (Fedration Internationale de Vatation Amaeurs) nyaris memeriksa segi kesehatan air kolam tempat perlombaan itu berlangsung. Terlebih lagi jika diingat Federasi Renang ini mempunyai reputasi yang paling menonjol dalam mengamankan peraturan-peraturan perlombaan maupun organisasi. Putusannya bambaru ini untuk menskors Afrika Selatan dan Rhodesia dari keanggotaan Federasi, disebabkan politik perbedaan warna kulit yang tidak memungkinkan perenang-perenang kulit hitam berlatih dan berlomba bersama-sama dengan perenang kulit putih di sana, menampilkan FINA sebagai pelopor pertma dalam menembus rintangan rasial sampai menjunjung tinggi martabat olahraga yang tak mengenal diskriminasi asal keturunan dan keyakinan manusia. Meskipun ditolaknya perenang-perenang Taiwan oleh pemerintah Yugoslavia - dengan alasan tldak ada hubungan diplomatik -- untuk memasuki Ibukota negeri Tito itu, dapat ditolerir sejauh ini. Universiade. Bagi Indonesia prestasi satu-satunya perenang loncat indah Myrna Hardjolukito yang mengambil bagian di universiade 1973 Moskow - ke-10 dari 14peserta nampaknya tidak lebih menarik dari pada issue-issue yang sedang tersebar luas di kalangan masyarakat. Konon dalam Kejuaraan Kelompok Umur di Bangkok bulan Juli lalu, seorang perenang kelompok umur yang berhasil menggondol dua medali emas sekaligus dituduh telah mn1curi umur. Dan tuduhan semacam itu tentu saja menimbulkan amarah Bucham Nasution, tokoh renang dan ketua Panpel Renang PON VIII. "Apakah saudara berani menentang legalitas yang diberikan Departemen Kehakiman?", tanya Buchori mengenai soal umur yang sebenarnya dari perenal1g tertentu, (yang karena alasan umur pula lebih baik dinyatakan off the-record. Tapi, apa yang dinyatakan sah oleh instansi pemerintah tidak jarang menjadi bahan tertawaan sementara perenang cilik yang nampaknya lebih dewasa dalam hal kejujuran. Dan andaikata pemalsuan umur ini sampai ke telinga FlNA siapakah yang harus bertanggungjawab. Sementara itu Darmadji, salah seorang pengasuh Tirta Taruna, memulangkan soal itu kepada orang-tua masing-masing. Sebab, "pemalsuan usia justru bisa mengucilkan anak itu sendiri dari pergaulan rekan-rekannya. Malahan bisa menjadi beban yang menekan batin si anak, di samping mengurangi penghalang bagi mereka yang sebenarnya termasuk kelompok umur tersebut", kata Darmadji. Tapi kalau hal pemalsuan umur itu dilakukan dengan sengaja untuk memperjuangkan target medali, kata Buchori, maka pengamanannya tidak bisa lain "kecuali setiap orang tua diwajibkan mendaftarkan kelahiran anaknya untuk memperoleh surat lahir". Secara administratif nampaknya cukup merepotkan bagi orang-tua yang pribumi yang menang tidak sengaja melahirkan anak untuk dijadikan perenang. "Soal kejujuran umur tidak lepas dari mentalitas" Buchori mengakhiri komentarnya. Bom waktu. Issue pemalsuan usia yang nampaknya masih merupakan bom waktu yang bisa meledak setiap saat diikuti pula oleh issue tentang penggunaan doping (obat perangsang) oleh perenang tertentu dalam PON Prestasi yang haru lalu. Diawali di rublik "surat pembaca harian Kompas, menulis Hartantho bertanya, apa tindakan PRSI terhadap soal yang perenang pria yang seharusnya mendapat medali emas, tapi ternyata batal karena terlibat obat perangsang Regu renang DKI Jaya yang merajai kolam Senayan dalam PON VIII lewat Drs A.R. Nasution, Ketua I PRSI Jaya, kontan mengatakan rasa tersinggungnya. Ia minta agar penulis "surat pembaca" itu mau "memperinci berita dimaksud agar kami dari PRSI Jaya khususnya dan dunia renang umumnya dapat meneliti serta mentrapkan suatu kebijaksanaan yang tepat apabila berita di juarai tersebut merupakan suatu kenyataan". Tapi dalam catatan redaksi Kompas, rupanya surat Hartanto baru bersipat pertanyaan berdasarkan berita yang didengar dari "orang dalam" sehingga ia mengharapkan penegasan dan penjelasan dari fihak yang berwenang. PP KORI. Siapa yang berwenang" untuk menyalahkan seorang perenangg terlibat dalam doping? tentu tema yang ditugaskan untuk urusan itu. Dan pemeriksaan terhadap urine atlit yang baru saja selesai berlomba bukan tidak dilakukan dalam PON VIII. Hanya hasil pemeriksaan yang tidak diumumkan itu tidak otomatis menghapus kecurigaan orang terhadap kemungkinan doping paling tidak menurut sumber "surat pembaca" Kompas itu. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan wartawan TEMPO, bahwa para perenang Jaya memang diberi "obat kuat" dalam bentuk vitamin Supradine atau Nutrotal 55. Kedua macam vitamin-vitamin tersebut menurut keterangan dokter Suhantoro anggota team dokter PSSI - tidak mengandung unsur-unsur doping. Tapi bagaimana pendapat PP KORI dalam soal doping - mngingat perhimpunan pembinaan kesehatan olahraga sejak olimpiade Meksiko sampai Olimpiade Munchen tidak pernah absen mengirimkan teamnya untuk mengikuti perkembangan kedokteran olahraga? Berita partisipasi anggota KONI yang satu ini dalam PON VIII kecuali dalam seminar-seminar, kesibukan di balik laboratorium dalam arti yang lebih luas, nampaknya kurang mengimbangi aspirasi PON Prestasi. Dalam dunia olahraga nasional PRSI mempunyai ciri-ciri tersendiri. Meski belum mencapai sukses seperti yagn diraih bulutangkis misalnya sistim pembinaan kelompok umur yang sedang ditrapkan di kolam renang, boleh diangkat sebagai contoh buat induk-induk organisasi lainnya. Tapi kemajuan di satu sektor nampaknya masih membutuhkan pengembangan di sektor lainnya agar secara integral pembinaan olahraga renang Indonesia dapat mengikuti derap langkah FINA yang menjadi induk federasinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus