KEJUARAAN Nasional Atletik (2-5 September) di Senayan boleh
dikatakan sebagai gelanggang pesta para pejalan cepat. Empat
dari 5 rekor nasional yang berhasil diperbaiki dalam kejuaraan
itu, datang dari nomor jalan cepat. Masing-masing 5 km dan 10 km
jalan cepat putri. Ditambah 10 km dan 20 km putra. Satu lagi
dari sapu lomba, oleh Irawati Subiono (DKI).
Jumlah pemecahan rekor nasional itu kedengarannya cukup besar.
Tetapi sayang, semua nomor yang ditumbangkan itu justru
nomor-nomor yang baru dipertandingkan sekitar 1 tahun. Sedangkan
nomor-nomor "keras" di lapangan, maupun di lintasan, yang sudah
berumur dua dasawarsa, seperti lari 100 m, 1.500 m, 5.000 m dan
10.000 m serta lompat jauh putra, belum tergoyahkan oleh 25
kontingen peserta. Termasuk tim Angkatan Darat, Laut, Udara dan
Polri. Begitu juga untuk putri. Lemparan lembing Karnah (46,48
m) yang sudah berusia 22 tahun belum bisa didekati. Apalagi
dilampaui.
Pemassalan atletik, seperti yang dikejar Bob Hasan selaku Ketua
Persatuan Atletik Seluruh Indonesia, memang terlihat dari
peserta yang berjumlah hampir 500 atlet. Tetapi upaya itu
kelihatannya masih harus menunggu untuk melihat tumbangnya
rekor-rekor yang sudah bertahan begitu lama.
Moh. Sarengat, ketua bidang pembinaan PASI menganggap musim
kemarau yang panjang ditambah kejuaraan yang berlangsung tidak
bertepatan pada hari libur sekolah, sebagai faktor yang antara
lain menghambat para atlet menunjukkan kemampuan puncak.
Pemegang rekor nasional untuk 100 m dan 100 m gawang itu
menyangsikan manfaat pertandingan atletik yang berlangsung
begitu berdekatan waktunya. "Baru saja ada PON, SEA Games, dan
Sirkuit se-Jawa. Masalah-masalah tadi yang mungkin mengakibatkan
para atlet kurang bisa berprestasi -- akan kita pelajari," ujar
dokter pribadi Wakil Presiden itu.
Jawa Timur keluar sebagai juara umum dengan mengumpulkan medali
terbanyak (10 emas, 10 perak, 5 perunggu). Disusul DKI (7, 8,5)
dan Irian Jaya (7, 6, 6). Sedangkan bintang kejuaraan adalah
letje Louise Magdalena.
Pejalan cepat dari Jawa Barat yang berusia 21 tahun itu tidak
hanya menyumbangkan 2 emas untuk daerahnya, dia juga berhasil
memperbaiki rekor nasional 5 km dan 10 km jalan cepat. Untuk
jarak 5 km ia tempuh dalam 29 menit 19,49 detik. Satu menit
lebih cepat dari rekor yang dipegang Justina Rollin.
Dalam jarak 10 km, karyawan pabrik kertas itu tidak saja
melampaui rekor nasional. Ia juga berhasil mempertaam rekor SEA
Games di Mamla tanun 1981, atas nama pejalan kaki Malaysia,
Sakhtirani (55 menit 11,5 detik).
Bersimbah keringat. Dengan ayunan tangan, pinggul dan kaki,
seperti orang diuber setan mengelilingi Parkir Timur Senayan,
Ietje menempuh jarak 10 km daLam 54 menit. Tujuh menit, 45 detik
lebih cepat dari rekor lama, juga atas nama Justina Rollin
(Jakarta). Lebih tajam 1 menit dari rekor Sakhtirani.
Anak Tangerang yang bekerja di Jakarta itu semula adalah
sprinter untuk 100 m. Tetapi dia tak maju-maju. "Cuma bisa
mencapai ranking ke-3 di Tangerang," kata gadis itu.
Prestasi yang dibuatnya sekarang tidak lepas dari anjuran
kakaknya untuk pindah dari lari jarak pendek ke jalan cepat.
Sejak tahun 1980 dia tekun berlatih. Termasuk ikut ambil bagian
dalam lari jarak jauh (sampai 28 km) yang diselenggarakan tiap
bulan di Jakarta. "Lari jauh seperti itu untuk mempertinggi daya
tahan," katanya.
Setelah penampilannya yang meyakinkan dalam kejuaraan atletik
se-Jawa di Bandung beberapa waktu yang lalu, Ietje kemudian
menyerahkan dirinya untuk dibimbing pelatih Asro dari klub
Indonesia Muda di Jakarta. Dia berlatih saban sore sampai malam
di Senayan. Buat Ietje, berlatih di Jakarta sebenarnya hanya
untuk mengejar waktu saja. Sebab kalau dia harus pulang ke
Tangerang yang berjarak 25 km dari Jakarta, berarti dia harus
berlatih malam hari. "Saya merasa fit sekali untuk 10 kilometer
ini. Waktu 5 kilometer perut saya sakit," katanya setelah
upacara penghargaan pemenang.
Johanes Bakiro yang berambisi menyamai rekor SEA Games untuk 10
km jalan cepat ternyata mengecewakan daerah yang diwakilinya
(Yogyakarta). Sekitar 200 meter menjelang finish, bekas loper
film itu "diambil" Rifai Raba dari Jawa Timur.
Ini merupakan pembalasan Rifai Raba atas rekor lamanya yang
dipecahkan Johanes Bakiro di Semarang, Maret yang lalu. Catatan
waktunya 47 24,80. Dua menit lebih baik dari rekor Bakiro. Dalam
nomor ini Bakiro hanya menempati kedudukan kedua.
"Tidak! Ini prestasi palsu. Banyak yang mencuri lari," gerutu
Bakiro setelah pertandingan. Bakiro juga tidak percaya pada
pemecahan rekor yang dibuat Jamaluddin.
Pejalan cepat dari Sulawesi Selatan itu, Jamaluddin, memecahkan
rekor lama atas nama Elbin Sinaga dari DKI (1 jam 54 menit 16,67
detik) dengan waktu 1 jam 32 menit 13,42 detik. "Mana ada
pemecahan rekor setajam itu. Mereka lari semua dan jaraknya saya
kira lebih pendek dari 20 kilo," celoteh Bakiro. Dia sendiri
nomor dua, kalah sedada saja dari sang juara.
"Ini hari ulang tahun yang tersiksa. Orang lain berulang tahun
memotong kue, kami berjuang mati-matian di jalan," kata Rifai
Raba pahit, tetapi bangga. Sekalipun banyak yang menuduh
jalannya kurang mulus dalam kejuaraan ini Rifai tetap orang
yang paling berbahagia dari semua. Baru 3 bulan jadi pengantin,
istrinya sendiri, Sri Rejeki, merebut medali perak dalam nomor 5
km jalan cepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini