JOHN McEnroe telah empat tahun berjuang. Akhirnya berhasil juga
dia mengukuhkan diri sebagai pemain tenis nomor 1 di gelanggang
Wimbledon -- kiblat para pemain top dunia. Kali ini dengan
berkelakuan baik ia menundukkan pemain legendaris Bjorn Borg
melalui pertarungan dramatis selama 3 jam 22 menit. Skornya 4-6,
7-6, 7-6 dan 6-4.
"Sulit untuk diungkapkan dengan kata perasaan di dada saya
sekarang ini," kata McEnroe seusai pertandingan final 4 Juli.
"Saya bangga sekali menjadi juara. Lebih dari itu saya amat
bangga karena akan tercatat sebagai orang pertama mengalahkan
pemain besar seperti Borg di gelanggang ini." Borg adalah juara
tak terkalahkan sejak 1976.
Sejak 1977 berpartisipasi di Wimbledon, McEnroe memang sudah
diramalkan bahwa ia akan menumbangkan supremasi Borg. Sebab ia
punya keistimewaan: ganas dalam serve, smas, dan pukulan volley
-- hal yang tidak begitu sempurna dikuasai Borg. Tapi ia lemah
dalam mengembalikan topspin.
"Saya sudah tahu kelemahan McEnroe," kata Brog. "Saya sudah
berusaha menempatkan bola di titik lemahnya. Ternyata kini
adalah saatnya saya harus kalah." la bermaksud akan kembali ke
Wimbledon tahun depan, dan bertekad meraih gelar juara lagi.
Terlambat
Tak banyak orang yang tahu latar belakang McEnroe. Ia adalah
pemuda Amerika Serikat kelahiran Wiesbaden, Jerman Barat. Walau
mulai main tenis pada usia enam tahun, ia agak terlambat sukses
di gelanggang internasional. Ia baru tercatat dalam daftar
pemain dunia sewaktu berumur 17 tahun. Borg pada usia yang sama
sudah ikut memperkuat tim Piala Dunia Swedia.
McEnroe yang sebelumnya jadi kampiun Turnamen Tenis Terbuka AS
1979 dan 1980, sekarang tinggal di Douglaston, New York. Kalau
mau mengirim surat, menurut ayahnya, tulis saja alamat itu dan
tukang pos akan menyampaikannya.
Terlambatnya McEnroe mengorbit, menurut pengamat tenis, mungkin
karena temperamennya yang tinggi. Ia dikenal gemar memprotes
wasit maupun penonton. Tapi tak tahan ia mendengar ejekan.
Selama pertandingan di Wimbledon terakhir ini ia berulang kali
dihukum karena sikapnya. Antara lain ia pernah mematahkan raket
dan melemparkannya ke arah penonton.
Akibat sikapnya yang tak terpuji selama kejuaraan itu, semuanya
terjadi sebelum final, McEnroe diharuskan membayar denda US$
14.750 -- sepertiga dari hadiah uang yang diterimanya.
Ketika 15.000 penonton memadati stadion Wimbledon, diduga
McEnroe akan bertingkah buruk pula di final. Ternyata tidak.
Wasit Bob Jenkins sama sekali tidak diprotesnya. Bila ia tak
tahan dengan call yang salah, ia hanya mendatangi tempat
jatuhnya bola, mengangkat muka ke arah wasit, lalu kembali ke
lapangan permainan. Mengapa? "Saya sangat respek pada Borg,"
kata McEnroe. "Itulah sebabnya saya tidak memprotes apa-apa.
Sekalipun mulut saya sudah gatal untuk bicara setelah melihat
ketidakcermatan wasit."
John McEnroe, 22 tahun, menyebut kemenangannya sebagai
kemenangan Amerika. Ia bertanding di final tepat perayaan ke 205
hari Kemerdekaan AS. Dalam wawancara televisi, yang disiarkan
juga secara langsung ke tanah airnya, McEnroe mengucapkan salam
untuk pirsawan: "Hallo Amerika". Dalam jumpa pers itu ia
mengenakan baju bergaris merah, biru, dan putih -- warna bendera
kebangsaan AS.
Tapi McEnroe -- juga menjuarai nomor ganda putra dengan
berpasangan Peter Flemming -- tak muncul dalam jamuan perpisahan
yang diselenggarakan panitia. Konon ia tengah membujuk pacarnya
Stacy Margolin yang ngambek selama di London. Margolin juga
seorang pemain tenis.
Di bagian putri Chris Evert Lloyd, juara Wimbledon 1974 dan
1976, kembali membuktikan diri sebagai ratu tenis dunia. Di
final, 3 Juli, ia menundukkan Hana Mandlikova dengan mudah 6-2
dan 6-2. Padahal waktu mengikuti Turnamen Tenis Terbuka Prancis
di Paris, dua minggu sebelumnya, Lloyd digulung Mandlikova di
semi final. "Hana kelihatan gugup waktu di final. Saya dapat
merasakan apa yang dialaminya. Ketika menghadapi (Billie Jean)
King dulu (1973 saya juga begitu." Lloyd 25 tahun, mengantungi
hadiah sebesar US$ 39.000.
Mandlikova membenarkan penilaian Lloyd. "Chris tidak mengalahkan
saya. Tapi saya mengalahkan diri sendiri," kata Mandlikova. Ia
menyebut dirinya terlalu bemafsu menjadi juara hingga menjadi
tegang di lapangan. "Coba waktu itu bermain santai. Hasilnya
akan lain," lanjut gadis Ceko ini. Kedua orang tuanya sengaja
datang dari Cekoslowakia untuk membangkitkan semangat
Mandlikova.
Tahun 1981 tampak merupakan uhun sukses bagi pemain tenis
Amerika di Wimbledon. Dari lima gelar yang diperebutkan hanya
satu yang lolos dari tangan mereka. Yaitu gelar juara ganda
campuran. Pasangan kakak beradik John/Tracy Austin dikalahkan
oleh finalis Fred McMillan/Betty Stove -- pasangan Afrika
Selatan dan Belanda. Empat gelar yang diboyong ke AS itu atas
nama McEnroe (tunggal putra), McEnroe/Flemming (ganda putra,
Lloyd (tunggal putri), dan Martina Navratilova/Pam Shriver
(ganda putri).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini