OLIMPIADE Barcelona tinggal enam bulan lagi. KONI pun sudah mulai mengelus jagonya. Dua belas cabang olahraga mendapat prioritas, yakni bulu tangkis, panahan, dayung, atletik, menembak, renang, angkat besi, anggar, tenis, judo, balap sepeda, dan tinju. "Prioritas itu bukan berarti lantas otomatis dapat tiket ke sana," kata Ketua Bidang Organisasi KONI Pusat, Basoeki. Para atlet di cabang itu masih harus digodok hingga benar-benar memenuhi syarat ke Barcelona. Pelatnas baru dimulai paling lambat pertengahan Februari. Dan akhir Juni nama-nama atlet bisa dipastikan untuk dikirim ke Barcelona, sesuai dengan batas yang dipersyaratkan. Siapa berhak dapat tiket? Kriterianya memang berat. Ada syarat minimum plus faktor X. Sebagai contoh, pelari Mardi Lestari. Dengan catatan waktu 10,4 detik (nomor 100 meter), ia sudah melewati persyaratan minimum. Namun, banyak negara yang mempunyai pelari dengan catatan waktu seperti itu. "Jumlahnya sebakul," kata Ketua Umum KONI Pusat Soerono. Dengan begitu, tidak ada artinya jika Mardi harus ke Barcelona. "Dulu, ke Olimpiade itu untuk cari pengalaman dan berpartisipasi. Sekarang, yang penting hasilnya," kata Soerono. Jadi, tak berlebihan jika KONI dan juga induk organisasi olahraga lainnya menyaring atlet secara ketat. "Dayung, misalnya. Saya malu kalau begitu masuk langsung tersingkir," kata Basoeki yang juga Ketua Umum Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI). Dayung memasukkan lima atlet ke pelatnas. Mereka adalah Anisi, Abdul Rozak, Abdul Karim, dan dua pedayung putri, Zulina dan Sofia. Tapi yang diandalkan adalah Anisi. Tidak lain karena di Kejuaraan Kano Asia di Jepang, Oktober lalu, ia menggondol emas. "Sasaran dayung adalah masuk final. Itu sudah hebat sekali," kata Basoeki. Target yang tak mengawang ini muncul setelah PODSI mengukur kekuatan pedayung Eropa dan Amerika. Di cabang atletik, pelempar lembing Frans Mahuse dan Timotius S. Ndiken dipastikan masuk pelatnas. Mereka memenuhi syarat B (lemparan lebih 73 meter) yang ditetapkan organisasi atletik dunia (IAAF). Namun, KONI akan memberi tiket hanya pada atlet yang menenuhi syarat A (lemparan 80 meter). Dengan syarat A itu saja, di atas kertas, baru bisa bicara di tingkat Asia. Sebab, atlet Cina, Zhang Lainbiao dan atlet Jepang, Yoshida Masami mengukir angka 81,52 meter dan 80,44 meter. Untuk menembak, Indonesia dipastikan dapat jatah satu lewat wild card -- pemberian jatah karena prestasi yang bagus. Adalah petembak Silvia Gani, yang menerima wild card tersebut. Namun, pemegang wild card pun tak otomatis ke olimpiade. Jika tak berprestasi di pelatnas ia bisa batal. "Tapi, biasanya tidak begitu. Karena prestasinya itu dicapai tidak secara kebetulan. Ia berprestasi karena pengalaman, latihan, dan kemahiran teknisnya," kata Soerono. Cabang renang termasuk yang belum memasukkan nama. Masalahnya, peringkat renang yang disusun FINA (organisasi renang dunia) baru akan keluar awal Februari. Adapun tinju, menurut Sekjen Pertina, Harmidy Haroen, mempunyai peluang besar ke Barcelona. Namun, KONI tetap memelatnaskan tinju dengan syarat. Yaitu, hanya petinju yang masuk semifinal di Kejuaraan Asia di Bangkok, Februari mendatang. Pelatnas memang belum dimulai. Namun, pihak KONI tampaknya sudah mantap bahwa bulu tangkis, panahan, tenis (khususnya pada Yayuk Basuki), dan menembak diberangkatkan. Di cabang bulu tangkis, dengan tiga pemain putra dan dua putri di urutan 10 dunia, medali emas sangat mungkin didapat. "Tapi jangan lupa, 10 besar itu kemampuannya merata. Cina, Korea, Malaysia, dan Eropa layak diwaspadai," kata Ketua Bidang Pembinaan PB PASI, M.F. Siregar. Di Olimpiade Seoul, medali yang kita dapat hanya perak dari panahan beregu putri. Di Barcelona, "Kami hanya mengharapkan melebihi Olimpiade sebelumnya. Apalagi sekarang ada bulu tangkis, syukur-syukur dapat emas. Namun, kita tak dapat mengatakan dengan sombong: harus dapat emas! Jangan. Kami hanya mengharapkan dan tidak menargetkan. Menargetkan itu kan malah memberi beban psikologis," kata Soerono. Namun, kalau ternyata ada atlet meraih medali, apakah tersedia bonus? "Ini bukan urusan dagang, ini urusan olahraga. Kita memberikan imbalan atau penghargaan atas prestasi. Kita bukan membayar bonus atas hasil sesuatu," kata Soerono. "Slogan kita kali ini sudah jelas. Berprestasi yang lebih tinggi. Di Olimpic Games kita harus bicara," kata Soerono lagi, dengan lebih bersemangat. Widi Yarmanto dan Ardian Taufik Gesuri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini