Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Hercules dan Xena dari Arena PON

Rekor nasional angkat besi bertumbangan. Ada yang dibuat oleh pendatang baru ataupun yang senior.

25 Juni 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUJAN rekor datang dari Gedung Kesatriaan Marinir, Surabaya. Di arena pelaksanaan kejuaraan angkat besi Pekan Olahraga Nasional (PON) XV, yang berlangsung sejak Selasa hingga Kamis pekan lalu, 21 rekor nasional (rekornas) diperbaiki. Ibarat tokoh legenda yang perkasa, Hercules, lifter putra menyumbangkan 13 rekor baru. Sedangkan lifter putri, bagaikan wanita perkasa Xena, menumbangkan delapan rekor lama.

Keperkasaan Xena bisa diwakili oleh Sri Yani. Lifter putri peraih emas SEA Games 1997 ini menyapu tiga emas PON XV di kelas 75 kilogram putri. Bahkan, sebelum pertandingan dimulai, nama Sri sudah membuat keder musuh-musuhnya di kelas yang sama. "Empat pesaing lari ke kelas di atas 75 kilogram," kata Sri Yani, yang mewakili Provinsi Lampung. Lifter Jawa Barat, Erna, satu-satunya pesaing yang tinggal, tak kebagian satu emas pun.

Sri Yani tercatat sebagai lifter putri tertua dan satu-satunya yang pernah tampil dalam empat kali PON. "Wasit dan tukang timbang badan bilang, kok, ini melulu yang ikut," kata Sri, 27 tahun. Selama empat kali pesta olahraga nasional, tak satu pun emas lolos dari angkatannya. Dalam PON XII, Sri bermain pada nomor 55 kilogram. Sedangkan di PON XIII dan XIV, dia tampil di kelas 63 kilogram. Dari angkatan clean and jerk, snatch, dan total, dia menyabet selusin medali emas.

Sebenarnya, setelah PON XIV, Sri berniat mundur. Mendadak surat dari Sekretaris Jenderal Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Bina Raga Seluruh Indonesia (PABBSI), Djoko Pramono, memaksanya kembali berlatih. Suami Sri, yang sebelumnya melarang, akhirnya merelakan istrinya berlatih. "Saya sudah dua kali keguguran," Sri mengeluh. Seharusnya emas ini ia persembahkan sebagai hadiah ulang-tahun-kedua perkawinannya kepada sang suami. Sayang, "Suami saya meninggal bulan lalu," kata Sri.

Sekarang, tekad Sri untuk mundur telah bulat. Meskipun Djoko memaksanya tampil dalam SEA Games tahun depan, ia tetap menolak. "Pundak saya sudah tak kuat lagi," katanya. Kamis lalu, saat melakukan angkatan snatch yang pertama, ia mendengar bunyi "kreeek" dari pundaknya. Untunglah, di angkatan pertama itu, rekornas sudah tumbang. "'Di usia sekarang, apa cedera saya bisa sembuh?" ujarnya. Yang menyamai keperkasaan Sri di pertandingan kali ini adalah lifter asal Jawa Barat, Mila Karmila, yang turun pada kelas di atas 75 kilogram, yang juga memecahkan tiga rekornas.

Sementara Sri berniat beristirahat, dari Kalimantan Selatan muncul jago baru, Lisa Rumbewas, yang baru berusia 19 tahun. Lifter yang tercatat sebagai yang termuda di PON XV ini menyabet tiga emas di kelas 48 kilogram. Di angkatan snatch dan total, Lisa berhasil menumbangkan rekor PON. Sedangkan pada angkatan clean and jerk, rekor nasional atas nama Indriyani empat tahun lalu dikoreksinya (100 menjadi 102,5 kilogram).

Keberhasilan Lisa ini tak urung membuat gondok pengurus PABBSI Papua. Tiga tahun lalu, Lisa masih tercatat sebagai atlet Papua. Kepindahannya ke Kal-Sel sempat dihalang-halangi pengurus daerah Papua. Namun, ibu Lisa, Ida Rumbewas, mantan lifter putri Papua, melihat kesempatan berprestasi bagi Lisa akan lebih besar jika berlatih di Kal-Sel.

Di Banjarmasin, ibu kota Kal-Sel, fasilitas dan masa depan Lisa terjamin. Ia mendapat tempat tinggal, makan, dan uang saku Rp 300 ribu setiap bulan. "Tekad saya sudah bulat terjun di dunia angkat besi," katanya. Karena itu, selepas SMP, dia tak lagi berniat melanjutkan sekolah. "Dari angkat besi bisa mendapatkan penghasilan," ujar ibu Lisa. Sejak Desember lalu, Lisa tergabung dalam Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) Olimpiade.

Adapun lifter putra yang paling banyak mengumpulkan emas sekaligus memecahkan rekor adalah Erwin Abdullah, atlet Sulawesi Selatan. Erwin, yang sebelumnya tercatat sebagai pemegang rekornas di kelas 69 kilogram, tiba-tiba tampil di kelas 77 kilogram. Akibatnya, tiga daerah, Lampung, Bengkulu, dan Kal-Sel, menghindarkan atletnya dari kelas tersebut. Benar saja, Erwin berhasil memperbaiki tiga rekornas di situ.

Para wanita dan pria perkasa ini sudah menunjukkan kekuatannya di rumahnya. Kini mereka harus bekerja keras agar bisa mencicipi panggung juara arena Olimpiade Sydney, akhir tahun ini, atau setidaknya SEA Games di Malaysia tahun depan.

Agung Rulianto dan Hendriko L. Wiremmer (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus