Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

BBM Tidak Naik, Penyelundupan Marak

25 Juni 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karena rendahnya harga BBM di dalam negeri, penyelundupan minyak berlangsung terus setiap hari. Apakah Anda termasuk yang tidak setuju dengan kenaikan harga BBM? Atau bahkan Anda ikut dalam aksi unjuk rasa untuk menentang kenaikan harga BBM? Hati-hati saja, barangkali secara tidak langsung Anda termasuk yang "diperalat" oleh para penyelundup BBM, yang ternyata punya jaringan luas dan melibatkan berbagai pejabat. Dari pelacakan wartawan TEMPO di darat dan lautan (lihat: Investigasi, halaman 45), penyelundupan BBM itu berlangsung marak dengan nilai miliaran rupiah hanya dalam tempo semalam. Penyelundup memanfaatkan selisih harga BBM yang kelewat rendah di Indonesia—karena memang disubsidi dengan uang rakyat. Harga solar di dalam negeri hanya Rp 280 per liter, sementara di Brunei harganya Rp 2.030, di Thailand Rp 2.092, di Malaysia Rp 1.513, di Singapura Rp 1.051, dan di Filipina Rp 2.045. Begitu pula bahan bakar lainnya seperti premium, di sini harganya Rp 1.000 per liter, sementara di Singapura Rp 6.457 per liter. Sebenarnya pemerintah secara resmi sudah pernah mengumumkan kenaikan harga BBM, dan itu sudah tecermin dalam APBN. Bahwa kenaikan itu akan memberatkan rakyat kecil, itu sudah diantisipasi pemerintah dengan cara memberikan subsidi silang kepada golongan masyarakat kelas bawah. Hanya, langkah pemerintah serba salah. Semula subsidi itu mau diberikan dengan sistem kupon, lalu dibatalkan karena khawatir kupon dipalsukan. Muncul ide subsidi diberikan dengan cara mengirimkan uang langsung ke lapisan masyarakat bawah. Itu pun mengalami kendala birokrasi. Sementara itu, aksi menentang kenaikan BBM berlangsung terus dengan dalih harga-harga akan ikut melonjak dan inflasi akan semakin tinggi. Pemerintah memutuskan menunda kenaikan harga BBM. Ini bukan saja memberatkan APBN, tetapi ternyata penundaan ini dimanfaatkan oleh para penyelundup yang berkolusi dengan oknum pejabat. Tragis sekali, sementara di beberapa daerah terjadi krisis BBM—terutama minyak tanah dan solar—di laut-laut lepas sejumlah tongkang melego minyak murah itu untuk dijual ke luar negeri. Pemerintah mestinya lebih arif lagi menjelaskan kepada masyarakat, kenapa harga BBM harus dinaikkan. Jika harga BBM dinaikkan, penyelundupan dengan sendirinya bisa ditekan karena selisih harga BBM di dalam negeri dengan luar negeri tidak jomplang benar. Menaikkan harga BBM berarti juga menyelamatkan APBN. Pencabutan subsidi seperti ini memang disarankan oleh IMF. Masalahnya adalah bagaimana pemerintah menyubsidi rakyat kecil dan pengusaha angkutan agar mereka bisa membeli BBM dengan harga yang "tetap murah". Kalau penyelundupan seperti ini yang terjadi, lagi-lagi yang diuntungkan hanya segelintir orang. Apalagi kalau jaringan penyelundup ini ikut bermain sedemikian rupa agar pemerintah terus-menerus menunda kenaikan harga BBM, dengan dalih kepentingan rakyat banyak. Ya, pemerintah harus tegas, BBM tetap dikurangi subsidinya, dan gantinya subsidi untuk masyarakat kelas bawah. Sedangkan penyelundupannya sendiri tetap ditekan sekecil mungkin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus