Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kesehatan atau Skandal

25 Juni 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGI Abdurrahman Wahid, melontarkan pernyataan berbau kontroversial bukanlah kebiasaan baru. Setelah ia mengalami stroke pada Januari 1998, ''tradisi" itu berlanjut hingga ia menjadi presiden. Namun, kala itu, tidak satu pun politisi yang menghubungkan dengan kondisi kesehatannya.

Belakangan, saat atmosfer politik berubah, mulai ada yang mengusik kaitan antara pernyataannya yang kontroversial dan kesehatannya. Faktor kesehatan itu menjadi tema polemik pekan silam, menyusul adanya usul dari Agung Laksono, pengurus DPP Golkar, agar MPR membentuk tim kedokteran independen untuk memeriksa Presiden. ''Kami khawatir, stroke yang pernah dideritanya berpengaruh pada cara berpikirnya," kata Agung.

Beberapa waktu lalu bahkan sempat terjadi demonstrasi menuntut hal yang sama. Mereka menganggap perilaku kontroversial Presiden Wahid selama ini erat terkait dengan stroke yang penah menimpanya.

Agung menyebut contoh, alasan Presiden Wahid tentang pemecatan Laksamana Sukardi dan Jusuf Kalla tidak konsisten. ''Kalau orang sudah terserang stroke dua kali, umumnya akan ada gangguan memori," katanya.

Saat ini memang sedang bergema suara-suara agar Presiden Abdurrahman Wahid diperiksa kembali kesehatannya. Selain itu, kondisi penglihatan mantan Ketua PB Nahdlatul Ulama ini juga tidak mengalami kemajuan yang berarti meski ia sudah berobat ke rumah sakit ternama di Amerika Serikat. Dikhawatirkan, keadaan itu akan mempengaruhi kemampuannya melaksanakan roda pemerintahan.

Tim dokter kepresidenan menepis keraguan itu. Evaluasi tim yang dilakukan selama ini menunjukan Presiden Abdurrahman Wahid sehat dan tidak tampak ada gejala sisa stroke. ''Bahkan, kondisi beliau saat ini lebih baik dibandingkan dengan kondisinya sebelum jadi presiden," kata Umar Wahid, adik kandung Presiden sekaligus ketua tim dokter kepresidenan.

Memang terasa aneh, sebelum diangkat menjadi presiden, kondisi cucu pendiri NU ini sudah seperti itu. ''Seharusnya, jika mau dipersoalkan, itu saat ia mau dicalonkan sebagai presiden," kata pakar hukum tata negara, Harun Al Rasyid. Tidak aneh jika usul Agung Laksono itu diduga mengandung udang di balik batu.

Presiden Wahid sendiri menganggap enteng usul tersebut. ''Saya sudah males dengan urusan yang begituan," ujarnya saat berada di Kairo, Mesir. Presiden juga melihat usaha mengungkit kesehatannya sangat terkait dengan adanya ambisi politik dari kelompok tertentu untuk mengusik dirinya.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR, Arifin Panigoro, menghubungkan hal itu dengan sidang tahunan MPR Agustus mendatang. ''Jelas sangat terkait dan itu senjata untuk mendongkel Gus Dur," katanya. Hal itu juga dilihat pengamat politik Arbi Sanit. ''Memang ada skenario politik untuk menjatuhkan Gus Dur melalui kesehatannya," katanya. Dan si pemegang skenario itu, menurut Arbi, adalah Golkar.

Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung membantah tudingan itu. Pernyataan Agung Laksono, menurut dia, adalah sikap pribadi, bukan suara partai. ''DPP Golkar tidak pernah membicarakan soal yang berkaitan dengan kesehatan Presiden," katanya. Sampai saat ini, kata Akbar, Partai Golkar masih ''menganggap" Presiden Wahid. ''Terlalu jauh menghubungkan usulan membentuk tim kesehatan dengan usaha mendongkel Gus Dur," kata Akbar.

Beberapa politisi lain melihat bahwa kesehatan Presiden Wahid adalah dalih yang kurang substansial untuk dipersoalkan. Ada sejumlah skandal yang lebih layak dipersoalkan, seperti kasus pembobolan uang Bulog dan sumbangan Sultan Hasanal Bolkiah dari Brunei.

Jika benar dan hasil pemeriksaan pihak aparat hukum menyatakan Presiden terlibat dalam skandal tersebut, bukan mustahil ia jatuh. ''Kalau gate-gate (skandal) itu dikupas terus dan menjadi permasalahan pidana, kita tidak bisa apa-apa untuk membela Presiden. Hukum harus ditegakkan," kata Arifin Panigoro.

Johan Budi S.P., Dwi Wiyana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus