Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Hidup Bijak Cara Bruce Lee

9 Juli 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUNGFU Shaolin tak hanya menempa tubuh dan jiwa sang tokoh legendaris, Bruce Lee (1940-1973), tapi juga mengasah pikirannya. Renungan-renungannya ia tuangkan dalam buku Striking Thoughts: Bruce Lee's Wisdom for Daily Living (Tuttle Publishing, Boston, Maret 2000). Materi buku yang disunting oleh John Little ini--Direktur Yayasan Pendidikan Bruce Lee—didapat dari catatan pribadi, juga obrolan, wawancara, dan korespondensi Bruce Lee dengan wartawan, teman dekat, serta teman kerjanya. Isinya mencakup 70 topik, antara lain tentang kehidupan, spiritualitas, iman, cinta, filsafat, dan juga tentang menjadi manusia.

Renungan-renungan itu ditulis pendek saja. Ia antara lain merenungkan secara kritis dan tajam sejumlah persoalan kehidupan yang dia alami. Juga renungannya atas pemikiran beberapa filsuf yang mengusik benaknya, misalnya "cogito ergo sum" ("saya berpikir, karena itu saya ada") Descartes. Sebagai alat bedahnya, Lee bersandar pada Zen Buddhisme dan Taoisme—dua filsafat yang merupakan roh kungfu Shaolin.

Tentang hidup, Lee menulis, "Kekosongan adalah awal segalanya. Jika ingin menikmati minuman di cawanku, Anda harus mengosongkan cangkirmu. Sahabatku, buanglah pandangan Anda sebelumnya dan bersikaplah netral. Anda tahu mengapa cangkir ini berguna? Karena ia kosong."

Selanjutnya, ia mengatakan, "Anda tidak bisa menapak di air yang sama dua kali, sahabatku. Seperti air yang mengalir, hidup adalah gerakan yang terus-menerus. Tidak ada yang pasti. Apa pun masalah yang akan Anda hadapi, ingatlah ia tidak akan menetap, tapi bergerak bersama daya hidup Anda. Jika tidak, Anda akan hanyut ke dalam kepalsuan dan semakin hanyut. Untuk menghindarinya, Anda harus berubah dan lentur. Ingat, kegunaan sebuah cangkir adalah kekosongannya."

Lee juga menulis tentang kematian. "Jangan sia-siakan hidup dengan menakuti kematian," tulisnya, "Anda ingin menjadi pemenang, tapi tidak siap untuk kalah. Untuk menerima kekalahan—mengenal kematian—kita harus terbebaskan dari rasa takut kalah. Jika bisa, Anda akan bebas dan menikmati hidup."

Meski mempelajari kungfu sejak muda, lelaki kelahiran San Francisco ini juga berminat pada filsafat. Karena itu, ia belajar di Fakultas Filsafat Universitas Washington. "Filsafat akan menunjukkan kepadamu tujuan hidup manusia," kata Lee dalam buku mengutip tutornya.

Dalam perjalanan hidupnya yang pendek, Lee telah menjadi inspirasi bagi banyak orang. "Aktualisasi diri adalah hal yang penting. Aku berharap orang bisa mencari dirinya sendiri untuk kemudian diungkapkan secara jujur," kata Lee.

KMN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus