GOL balasan Buana Putra ternyata sangat mengecewakan boss T.D.
Pardede. Empat pemain Pardedetex langsung diskorsnya untuk
jangka waktu tak ditentukan. "Mereka bermain tak serius. Dan tak
mengikuti instruksi," kata Pardede.
Keempat pemain itu -- Hamzah Arfah, Effendy Marico, Chaerul San
Siregar, dan Ismail Ruslan -- dianggap bersalah ketika
Pardedetex melawan Buana Putra. Pertandingan itu (di Medan, 14
Juni) berakhir seri, setelah Pardedetex unggul 1-0 waktu
istirahat. Itu merupakan pertarungan kedua mereka. Dalam
kompetisi Galatama 1980-81 Pardedetex semula mengalahkan Buana
Putra 6-0 di Jakarta.
Tapi apakah instruksi Pardede? Mereka diharuskan bermain all out
dengan sistem 4-24. Jika itu dipatuhi, Pardede memperkirakan
timnya akan menang sedikitnya dua gol. Buana Putra, suatu klub
papan bawah, memang sering dianggap enteng. Kepada penyerang
tengah Hamzah bahkan diberikannya instruksi khusus. "Tunjukkan
permainan terbaikmu. Sebab ada isu kau disuap dalam pertandingan
ini," ujar Pardede yang membakar semangat pemainnya.
Ternyata instruksi itu malah menjadi bumerang. Hamzah, pemain
andalan itu, jadi merosot. Dua kali ia gagal memanfaatkan
peluang emas. Sementara Ismail dan Chaerul yang menempati posisi
palang pintu juga bermain buruk. "Lapangan seperti jadi
keriting. Bola yang saya sepak tak jalan," kata Ismail. Gol
balasan Buana Putra memang terjadi akibat kesalahan tendangannya
yang dimanfaatkan dengan baik oleh lawan.
Ketika Pardedetex menghadapi Makasar Utama di Medan pekan lalu,
keempat pemain itu belum dipasang. Dan Pardedetex kembali
bermain seri 0-0.
Sejak skorsing itu hanya Chaerul yang masih tampak hadir
berlatih bersama pemain lain di kompleks pertekstilan Pardede --
12 kilometer dari Medan. Hamzah, Ismail, dan Effendy sama sekali
tak datang. "Kami diizinkan latihan. Tapi, menurut Pak Ketua
(Pardede), kami tak boleh berteman dengan yang lain," kata
Hamzah. "Bagaimana mungkin bisa main bola."
Hukuman ini bagi Hamzah, Ismail, dan Chaerul bukan yang pertama.
Semula mereka dihukum ketika Pardedetex dikalahkan Perkesa 5-0
di Surabaya -- juga dalam kompetisi Galatama 1980-81. Tuduhannya
sama tak loyal pada instruksi. Mereka setelah dua bulan
direhabilitasi lagi.
Kasus pemain yang tak mengikuti instruksi juga pernah terjadi
ketika (akhir Mei) tim PSSI Utama melawan Fiji. Pada
pertandingan Pra Piala Dunia di Suva itu, Kapten Zulham Effendy
"membangkang" terhadap instruksi pelatih Harry Tjong. Ia
menerapkan pola lain (4-3-3) di lapangan, menyimpang dari
instruksi pola 4-4-2. Tapi tak seorang pun pemain yang dijatuhi
hukuman oleh PSSI atas "pembangkangan" tersebut.
Hamzah dan Ismail juga merasa tak bersalah atas kegagalan
Pardedetex mengalahkan Buana Putra. Mereka bermaksud akan
mengadukan kasus ini pada PSSI. Tak disebutkan kapan.
Akibat empat pemain itu non-aktif, Pardedetex makin dilanda
krisis pemain. Dari 19 pemainnya yang terdaftar di Galatama
tinggal 12 yang bisa dipakai. Itu pun tak bisa dimanfaatkan
semua.
Tapi Pardede tampak pasrah. Kalau Galatama tak dapat menerima
daftar pemain tambahan yang disusulkannya maka ia cenderung
memberikan kemenangan WO (walk-over) pada lawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini