Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wajah Eidur Gudjohnsen langsung berubah. Pertanyaan wartawan membuat penyerang Chelsea ini tak enak hati. "Chelsea tak hanya terdiri dari Arjen Robben. Kami pasti bisa meraih gelar tanpa dia," jawabnya. Saat ini Robben belum pulih dari cedera yang didapatnya dalam per-tandingan melawan Blackburn Rovers, 2 Februari lalu. Pertanyaan pun menyerbu berkali-kali: tanpa pemain andalan ini, mampukah Chelsea meraih gelar juara Liga Inggris?
Robben adalah sebuah fenomena. Sebagai pemain muda, dia langsung memegang peran kunci di tim Chelsea. Dia berkali-kali jadi sumber inspirasi untuk kemenangan timnya.
Di kancah sepak bola Eropa, Robben tidaklah sendirian. Ada sejumlah pemain lain yang menjalani peruntungan sama: muda, berbakat, menjadi andalan, dan kerap jadi pahlawan saat timnya menghadapi kebuntuan. Inilah sosok mereka.
Arjen Robben (Chelsea)
Tak hanya kalangan pers, pelatih Manchester City, Kevin Keegan, juga mengakui kehebatan Arjen Robben. "Tanpa Robben, permainan mereka (Chelsea) tak lagi sama. Mereka solid dalam pertahanan, tapi tidak dalam penyerangan," katanya. Keegan berkomentar setelah timnya berhasil menahan imbang Chelsea, 6 Februari lalu. Saat itu Robben tidak tampil karena masih cedera.
Peran penting Robben, 21 tahun, bagi Chelsea juga bisa dilihat dari statistik. Sejak awal musim, tim asuhan Jose Mourinho tampil menawan, mengkoleksi lima kemenangan dan dua seri. Tapi kemenangan itu umumnya tipis saja, 1-0 atau 2-1. Perubahan kemudian terjadi pada Oktober lalu, saat Robben mulai memperkuat tim. Produktivitas Chelsea melonjak cukup tinggi. Kemenangan 4-0 atau 4-1 menjadi sesuatu yang biasa.
Pemuda asal Belanda itu dikenal serba bisa. Dia mampu bermain di sayap kanan atau sayap kiri. Tusukannya efektif, gerakannya cepat, dan operannya akurat. Kehadiran Robben dan pemain sayap Damien Duff membuat penyerang Chelsea dimanjakan dengan umpan matang. Robben juga memiliki naluri mencetak gol yang tinggi. Kini sudah 7 gol yang ia lahirkan di ajang Liga Inggris. Salah satunya gol tunggal yang jadi penentu kemenangan Chelsea atas Blackburn Rovers pada 2 Februari lalu, sebelum ia mengalami cedera.
Lahir di Bedum, Belanda, pada 23 Januari 1984, Robben mulai mencorong setelah bergabung dengan PSV Eindhoven. Sebagai pemain termuda di tim, dia mampu mencetak 12 gol. Dia lantas jadi rebutan klub elite Eropa dan Chelsea berhasil memboyongnya seharga 18 juta euro—sekitar Rp 216 miliar.
Wayne Rooney (Manchester United)
Semula banyak orang yang meragukan kehebatan Wayne Rooney, 19 tahun. Keraguan ini menjadi sirna setelah ia tampil konsisten dan menjadi andalan Manchester United. Mantan bintang Belanda, Marco van Basten, pun tak habis-habis memujinya. "Orang bertanya apakah dia bisa jadi pemain kelas dunia di masa depan. Menurut saya, dia justru sudah menjadi pemain kelas dunia saat ini," ujarnya. Bahkan, kata Basten, "Dia lebih hebat dibandingkan dengan saya saat berusia sama."
Kehebatan itu ditunjukkan Rooney saat timnya menghadapi Manchester City, 13 Februari lalu. Sebuah gol yang dibuatnya ikut mengantar kemenangan Manchester United 2-0, sekaligus tetap menempel Chelsea yang memimpin klasemen dengan selisih 9 poin. Di pertandingan itu Rooney memainkan peran sentral, menjadi striker tunggal menyusul cederanya Ruud van Nistelrooy dan Alan Smith. Peran itu dapat dijalaninya dengan gemilang.
Pemain yang dibeli Manchester United dari Everton seharga 27 juta pound (sekitar Rp 472 miliar) ini cukup produktif. Dia telah mengemas tujuh gol dari 18 penampilannya di MU. "Tiap pemain hebat bisa memberi bukti saat dibutuhkan, dan dia mampu melakukannya belakangan ini," kata Alex Ferguson, pelatih MU. Bagi rekannya, bek Rio Ferdinand, Rooney bersama dengan Christiano Ronaldo, 20 tahun, layak jadi tumpuan harapan MU. "Masa depan Manchester United aman bersama mereka," katanya.
Hanya satu kelemahan Rooney saat ini, sifatnya yang temperamental di lapangan yang kerap membuatnya mendapat kartu kuning.
Fernando Torres (Atletico Madrid)
Atletico Madrid memang tak mungkin meraih gelar juara La Liga Spanyol musim ini. Gelar itu kini jadi rebutan Barcelona dan Real Madrid. Atletico hanya berada di urutan kedelapan. Tapi klub ini justru bisa jadi batu sandungan bagi tim-tim yang tengah berebut gelar, terutama karena mereka memiliki se-orang Fernando Torres, 20 tahun.
Barcelona sudah jadi korbannya pada 6 Februari lalu. Di kandang sendiri, Ro-naldinho dan kawan-kawan takluk 0-2. Kedua gol Atletico lahir dari kaki aksi individu dan tendangan penalti Torres. Hasil itu membuat persaingan perebutan gelar menjadi lebih seru karena selisih nilai Barca tinggal tersisa empat poin saja dari Real Madrid.
Di usianya yang sangat muda, Torres sudah menjadi ikon bagi Atletico. Dia menjadi pemain termahal, kapten, dan andalan di lini depan. Sudah 10 gol dicetaknya di La Liga musim ini, atau selisih tujuh dari pemain Barcelona, Samuel Eto'o, yang jadi top scorer. Rabu pekan lalu, tendangan penaltinya juga memastikan timnya melaju ke babak semifinal Piala Copa del Rey (Piala Raja) setelah mengalahkan Numcia 1-0.
Lahir di Madrid pada 20 Maret 1984, Torres disebut-sebut akan menjadi pemain terhebat di Eropa. Pemain berjuluk golden boy ini dikenal kreatif, cepat, dan memiliki kaki yang kuat. "Dia adalah sosok seorang pemenang," ujar pelatih Atletico, César Ferrando.
Torres mengakui bahwa dirinya menyia-nyiakan peluang untuk bermain di Liga Champions dengan tetap berada di klub Atletico. Apalagi klub yang jadi dambaannya, Barcelona, sudah mengungkapkan ketertarikan padanya. "Akhir musim nanti mungkin saya akan pergi, tapi sebelumnya saya ingin mempersembahkan Piala Copa del Rey untuk para suporter di sini," katanya.
Kaka (AC Milan)
Akhir bulan lalu saat yang membahagiakan bagi Kaka, 22 tahun. Pemain Brasil bernama lengkap Ricardo Izecson Santos ini dinobatkan sebagai pemain terbaik di ajang Seri A Liga Italia tahun 2004. Sepanjang musim lalu, dia memang tampil gemilang bersama AC Milan. Sejak dibeli dari Sao Paolo pada 2003, ia langsung menggeser play maker kawakan Rui Costa dan membuat seniornya, Rivaldo, hengkang karena kehilangan peran. Musim itu dia berhasil mencetak 10 gol dalam 30 penampilannya dan ikut mengantar Milan meraih gelar juara Liga.
Musim ini, Kaka, yang lahir di Sao Paolo, Brasil, 22 April 1982, ini memang tak setajam sebelumnya. Dia baru menyumbangkan sebuah gol. Tapi peran sebagai pengatur serangan mampu dijalaninya dengan apik. Bersama Andrea Pirlo, ia jadi tumpuan Milan di lini tengah. Pelatih Carlo Ancelotti menilai, Kaka justru tampil lebih konsisten musim ini. "Tapi memang akan lebih baik bila dia banyak mencetak gol," katanya.
Presiden AC Milan, Adriano Galliani, menyebut Kaka sebagai sosok yang dibutuhkan Milan untuk merebut puncak klasemen dari Juventus. Saat ini Milan berada di urutan kedua di bawah Juventus dengan selisih dua poin. "Kaka masih muda, tapi mampu mengubah cara bermain Milan. Dia tidak egois dan permainannya terus berkembang," katanya.
Nurdin Saleh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo