Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Berita Tempo Plus

Wanita Penakluk Samudra

Seorang wanita Inggris menorehkan rekor setelah berhasil berlayar sendirian mengelilingi bumi dalam waktu 71 hari.

21 Februari 2005 | 00.00 WIB

Wanita Penakluk Samudra
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

DI Atlantik Selatan, badai itu menyergap. Angin menderu-deru, melempar gelombang setinggi gunung. Sendirian Ellen MacArthur terombang-ambing di atas perahu layar. Meski sudah kenyang pengalaman berlayar, wanita Inggris ini merasa tak berdaya. "Sangat menakutkan. Seluruh badan perahu bergoyang dan berderak-derak seperti mau pecah. Dan saya tak bisa melakukan apa pun, hanya berdoa," kata Ellen, 28 tahun.

Berjam-jam dikurung badai, ia tidak bisa beristirahat sama sekali. Kelelahan mencapai puncaknya karena, selama 48 hari sebelumnya, Ellen sudah bergulat mengatasi laut dalam berbagai kondisi.

Setelah gelombang mulai bersahabat, barulah semangatnya tumbuh lagi. Kendati keningnya terluka karena tertumbuk bagian kapal, ia berusaha memperbaiki generator kapal yang rusak parah. Ellen juga harus naik ke puncak tiang setinggi 30 meter untuk membetulkan layar. Butuh dua hari untuk membereskan semuanya. Kedua telapak tangannya sampai melepuh. "Rasanya saya sudah berada di batas kekuatan. Saya berusaha menenangkan diri dengan membaca pesan-pesan yang masuk lewat Internet. Tanpa sadar, saat itu saya menangis sendirian," ujarnya.

Semua penderitaan itu akhirnya ter-tebus. Pada 8 Februari lalu, ia berhasil mengakhiri pelayaran solonya mengelilingi bumi. Ellen mencapai garis finish di antara Ushant, Prancis, dan Lizard Peninsula di Cornwall, pantai selatan Inggris. Jalur sepanjang 42.000 kilometer ia tempuh hanya dalam waktu 71 hari, 14 jam, 18 menit, 33 detik.

Catatan yang luar biasa. Ellen merontokkan rekor milik atlet layar Prancis, Francis Joyon, selama 72 hari, 22 jam, 54 menit, dan 22 detik, yang ditorehkan pada Februari 2004. Padahal empat pria telah mencoba memecahkan rekor ini sebelumnya, dan semua gagal. Jangan heran jika Joyon kini mengagumi kehebatan Ellen. "Fakta bahwa dia mampu mengelilingi bumi sudah luar biasa. Tapi keberhasilannya memecahkan rekor sangat patut dipuji," katanya.

Di garis finish, Ellen langsung berpelukan dengan orang tuanya, Ken dan Avril MacArthur. Lalu dia menyulut dua kembang api dan berlarian di atas perahu layarnya. Ribuan orang yang menyambutnya ikut berteriak riang dan meneriakkan namanya di atas dermaga. Tak lupa, Ellen membuka botol sampanye dan menyemprotkan isinya. "Ini adalah perjalanan yang luar biasa berat secara fisik dan mental. Saya gembira akhirnya bisa menyelesaikannya dan mendapat sambutan begini meraih," ujarnya.

Tak hanya masyarakat, Ratu Inggris, Pangeran Wales, dan Perdana Menteri Inggris juga menyampaikan ucapan selamatnya. Kerajaan Inggris menganugerahinya gelar kebangsawanan dame (setara dengan knight untuk pria). Ellen jadi wanita termuda yang meraih gelar ini. Penghargaan lainnya datang dari Royal Navy, Angkatan Laut Inggris. Meski tak pernah menjadi tentara, ia berhak memakai pangkat letnan kolonel.

Ellen memulai pelayaran pada 28 November lalu, menggunakan kapal layar bernama B&Q Castorama. Berjenis trimaran, kapal ini memiliki panjang 22,9 meter, lebar 16,2 meter, dan berbobot 8 ton. Untuk bekal, dia membawa makanan beku dan kompor gas portabel untuk menghangatkannya. Untuk air minum, kapal layar itu memiliki alat pemurnian air laut.

Pelayaran bersejarah Ellen dimulai dari Falmourth, lalu memasuki Teluk Biscay, dan menyusuri lepas pantai Spanyol dan Portugal. Setelah melewati Pulau Canari, ia mengarungi Lautan Atlantik menuju Tanjung Harapan (Afrika Selatan) dan menyusuri bagian selatan Samudra Hindia. Dia kemudian menuju ke perairan di selatan Australia, memasuki Cape Horn (Amerika Selatan), ke barat daya menyusuri pantai Brasil, lalu ke Atlantik Utara untuk menuju kembali ke Teluk Biscay dan finish di Falmourth. Ia berlayar dengan kecepatan rata-rata 5,9 knot, sehingga dalam 24 jam dia bisa menempuh jarak 501,6 mil laut (927,9 km).

Selama perjalanan, Ellen hanya bisa tidur empat jam sehari. Saat tidur, dia mengandalkan diri pada radar beralarm yang berbunyi ketika kapalnya akan menabrak sesuatu. Dia juga dipandu pusat pemantauan cuaca di Jerman dan Amerika. Ellen pun terus berhubungan dengan tim pendukungnya di daratan yang memantaunya selama 24 jam lewat Internet dan telepon seluler.

Badai di Lautan Atlantik bukanlah satu-satunya yang harus ditaklukkan Ellen. Tak kurang dari delapan kali dia harus menghadapinya, termasuk pada hari Natal (hari ke-28), pada posisi 1,250 mil dari Cape Leeuwin, Australia. Dia pun mesti melewatkan hari Natal di tengah badai yang menerjang hampir sepanjang hari dan malam. "Saya sakit kepala, tak bisa tidur, dan merasa sangat tertekan," keluh wanita lajang ini.

Kerap kali pula ia mengeluh karena tidak ada angin sehingga perahunya sama sekali tak bisa bergerak. "Perjalanan itu sungguh sangat berat. Atlantik sangat tak bersahabat. Tiap kali saya serasa mau tumbang karena menanggung beban berat," katanya. Selama berlayar, Ellen berpapasan dengan tiga kapal, salah satunya terjadi di hari ke-56, yakni dengan kapal Angkatan Laut Inggris, HMS Endurance, di Atlantik Selatan. Di hari ke-63, perahunya juga hampir menabrak seekor ikan paus.

Lahir di Derbyshire, bagian utara Inggris, pada 8 Juli 1976, Ellen sudah menyukai laut sejak kecil. Keinginan untuk memiliki perahu muncul saat ia diajak bibinya berlayar pada usia empat tahun. Dia lalu menabung uang jajannya agar bisa membeli perahu sendiri. Impian ini terwujud ketika ia berumur 8 tahun. Sejak itu, kecintaannya pada pelayaran semakin mendalam. Dia mengaku menjadi anak aneh yang menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membaca buku-buku tentang pelayaran.

Saat berusia 18 tahun, Ellen telah mampu berlayar sendirian mengelilingi Inggris. Tapi tekadnya untuk terjun di kejuaraan yang lebih kompetitif terhalang soal dana. Sponsor susah didapat, sehingga dia harus menabung. Setelah berprestasi di beberapa kejuaraan, akhirnya ia mendapat bantuan 2 juta pound dari Kingfisher, sebuah kelompok bisnis di Inggris. Prestasi pun diraihnya. Empat tahun lalu, Ellen menjadi juara kedua pada kejuaraan layar dunia Vendee Globe Race. Saat itu dia menyelesaikan lomba selama 94 hari.

Upaya memecahkan rekor kecepatan mengelilingi dunia sudah ia lakukan sejak 2003, tapi gagal karena kapal layarnya hancur di tengah jalan. Juni lalu, de-ngan kapal layar yang sama, Ellen juga gagal memecahkan rekor pelayaran solo ter-cepat melintasi Atlantik karena waktunya masih terpaut 75 menit dari rekor lama.

Semua kegagalan itu terobati. Kini Ellen telah menjadi pelayar tercepat dalam mengelilingi dunia. Kendati begitu, ia belum puas. "Saya akan beristirahat untuk memulihkan tenaga, lalu segera bersiap memecahkan rekor melintasi Atlantik," ujarnya.

Nurdin Saleh

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus