Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Jadi promotor makin menarik

Beberapa promotor dalam tinju profesional di indonesia. yang masih aktif boy bolang, djhorgie, sriyanto, setiadi laksono, sonny.

28 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TINJU pro semakin mendapat angin Laik. Februari ini muncul lagi promotor baru, Amar Singh. Baru saja mendapat lisensi KTI (Komisi Tinju Indonesia), ia langsung menyelenggarakan Kejuaraan Nasional Kelas Super Bantam di Bulungan, Jakarta. Pertandingan akhir pekan ini ialah antara juara bertahan Iwan (Bandung) dan penantangnya Didik Mulyadi (Malang). "Kesempatan pertama ini saya selenggarakan di Jakarta. Tapi nanti saya rencanakan pula di daerah," kata promotor itu yang kini bekerja di bagian keuangan Gandhi Memorial School Jakarta. Ia menyebutkan Cirebon, Medan dan Jayapura sebagai tempat pertandingan nanti. "Tujuan saya untuk memberi entertainment (hiburan) bagi masyarakat di situ," katanya. Promotor yang keturunan India ini mula-mula menjadi manajer sasana (amatir) Nusantara Jakarta. Kini mengurus tinju pro, Amar Singh bekerja sama dengan Francis L. Moningka, bekas petinju pro yang dikenal sebagai Kid Francis di Sasana Scorpio, dan Ketua I KTI, O.P Koesno sebagai pelindung/penasihat. Untuk pertandingan pertama ia belum memikirkan cari untung. "Kami belum mendapat sponsor," kata Singh. Ia mengungkapkan biaya untuk pertandingan pertama ditanggungnya sendiri, dengan penjualan karcis Rp 7.500 (ring-side) dan Rp 2.000 (tribun). Amar Singh yang lahir di Medan tahun 1944 cukup berani. Promotor pribadi lain telah gulung tikar, seperti Haris Pangemanan dan Binanga Hutagalung. "Kematian promotor itu juga karena tidak dibina KTI," kata Rio Tambunan yang dulu sering menjadi sponsor unuk promotor Hutagalung. Kritik ini pernah dilontarkan Tambunan dalam Kongres KTI (yang memilihnya sebagai Ketua Bidang Organisasi KTI) di Bandung akhir Agustus 1980. Sejak Kongres itulah mulai baik iklim untuk dunia promotor. Lisensi Thommy Djhorgie, yang sempat dicabut KTI, diberikan kembali. Boy Bolang, rekan Djhorgie juga memperoleh lisensi. "Sementara ini ada seorang lagi telah minta lisensi. Kami telah berikan rekomendasinya kepada KTI Pusat," kata Wakil Ketua KTI DKI, Ramli Rikin. Syarat untuk perorangan mendapatkan lisensi KTI mudah saja, asalkan ia warganegara Indonesia, dewasa, berkelakuan baik, dan mempunyai rekening bank. Kalau suatu organisasi (Yayasan atau PT) yang minta, maka diperlukan surat keterangan data 3 pimpinan organisasi itu. Menurut Ketua Umum KTI, Drs. H. Legowo, yang belum pernah diganti sejak 1969, jumlah pemegang lisensi promotor di Indonesia ada belasan. Ada di Jakarta, Bandung, Semarang, Malan dan Surabaya. Yang paling aktif sekarang yakni Boy Bolang dan Djhorgie (Jakarta), Sriyanto (Malang), Setiadi Laksono (Surabaya) dan Sonny (Bandung). "Pernah promotor mandek sama sekali, sehingga KTI mendirikan Yayasan Prasadja Utama sebagai promotor di tahun 1975," cerita Legowo. Ini membuat KTI dikecam tahun lalu. "KTI memang tidak boleh menjadi promotor, karena tugasnya mengawasi keberesan pertandingan yang dilaksanakan promotor," ujar Legowo ketika hendak dilantik kembali oleh Dirjen PLSPO pekan lalu. Selain Pengurus KTI, dilantik juga suatu panitia khusus untuk mengawasi pertandingan Kejuaraan Dunia Kelas Welter Junior, Mei mendatang. Penyelenggaranya adalah BB Boxing, setelah YPPI (Yayasan Pemuda Pembangunan Indonesia) yang dikoordinir Menmud Abdul Gafur mengundurkan diri. "YPPI yang terdiri dari beberapa tokoh Angkatan 66 pernah minta lisensi sebagai promotor pertandingan untuk Thomas Americo itu," ungkap Legowo. Menmud Gafur konon sempat mengkoordinir beberapa pengusaha Angkatan 66, hingga BB Boxing merasa disaini dan khaw?tir. Namun dalam rapat 12 Februari dengan Menmud, disaksikan KTI, BB Boxing membuat pernyataan sanggup mencari sponsor sendiri. Keesokan harinya pers menyiarkan bahwa Gafur tidak akan ikut menangani langsung rencana pertandingan Thomas Americo. Direktur BB Boxing, Boy Bolang merasa lega. Pertandingan itu yang direncanakan 3 Mei, kata-Bolang, suatu bisnis besar yang "menyangkut bayaran US$ 300.000."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus