Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Limbah pertanian bisa berguna

Ida bagus agra meraih gelar doktor cum laude di ugm dengan disertasi berjudul pembuatan natriumbikarbonat & kalium khlorida dari ekstrak abu.

28 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NATRIUMBIKARBONAT (soda kue) rupanya tidak hanya mengembangkan roti tapi juga karir ilmiah. lni dialami Ir. Ida Bagus Agra pekan lalu ketika meraih gelar Doktor Cum Laude dari UGM, Yogyakarta. Ia berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Pembuatan Natriumbikarbonat dan Kaliumkhlorida dari Ekstrak Abu di depan tim penguji 12 orang, termasuk promotornya, Prof. Dr. Ir. Herman Johannes. Agra menjadi doktor ke-32 yang berpromosi di kampus UGM. Dua hari sebelumnya di tempat sama Bernardus Paulus Palus SH dan Drs. Moh. Idris Adrianata Kesuma juga meraih gelar doktor dengan predikat memuaskan. Agra dikenal sebagai peneliti yang tekun dan sederhana. Bersama disertasinya, karya ilmiahnya sekarang berjumlah 50 buah. Bermodalkan semangat. Agra masuk Fakultas Teknik UGM 28 tahun lalu. Ia ketika itu bersama 6 adiknya datang ke Yogyakarta. "Ya, waktu itu kadang-kadang makan jagung," tutur Agra. Sekarang semua berhasil dan menggondol gelar berbagai disiplin ilmu. Dari Benggol Mulai menjadi pegawai negeri ketika masih di tingkat III, Agra mengajar sebagai asisten di tingkat II Fakultas Teknik Kimia UGM. Setelah lulus di tahun 1958, Agra mengikuti latihan di berbagai universitas di Amerika Serikat. Di negeri itu Agra bertemu calon istrinya, Sri Warnijati, yang sekarang juga menyandang gelar insinyur. Sekarang mereka punya seorang putra yang bersekolah di tingkat SD. Sejak tahun 1974 ia menjabat Sekretaris Lembaga Penelitian FT-UGM. Setiap hari ia berkantor di laboratorium universitas itu. Ia bekerja keras mengembangkan lab itu. "Ada alat yang kami buat dari benggol," ucapnya, menjelaskan kesederhanaan di situ. Terdapat juga peralatan pirolisis bahan plastik. Agra membuatnya dari bahan yang ia beli di pasar loak. Alat itu secara sinambung bisa mengolah sampah plastik menjadi sejenis minyak bakar. Prosesnya diperkenalkan Agra melalui kertas kerja berjudul Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar (air dengan Pirolisis, yang diajukan dalam Simposium Polimer di Jakarta akhir tahun lalu. Agra juga membuat beberapa peralatan yang dibuat dari plastik tempat agar-agar yang harganya Rp 10 per buah. Tempat plastik itu dilengkapi pipa dan sekat logam hingga kemudian bisa mengolah natriumbikarbonat dan kaliumkhlorida dari abu limbah pertanian. Sarjana asal Bali ini tampaknya memanfaatkan segala yang murah dan biasanya dibuang orang. Sikap ini menjadi salah satu dalil disertasinya. "Dengan menerapkan prinsip yang tepat, suatu penelitian yang menggunakan bahan baku yang kurang berharga dan alat yang tidak mahal, pun dapat memberikan hasil yang mutu ilmiahnya dapat dipertanggungjawabkan." Dalil ini secara konsekuen ia terapkan dalam penelitiannya mengolah limbah pertanian menjadi pupuk dan lain bahan berharga. Agra menyadari bahwa sebagian besar pupuk sudah dihasilkan di dalam negeri, namun satu jenis -- pupuk kalium masih diimpor. Soalnya sumber mineral kalium yang berarti belum ditemukan di Indonesia. Tapi kalium organik itu bisa banyak dijumpai dalam limbah pertanian. "Sebagian besar sumber itu terbuang sia-sia dan bahkan sering menimbulkan pencemaran lingkungan," tandas Agra. Buat Indstri Gelas Limbah pertanian seperti kelopak batang pisang atau kulit buah kapuk dibakar Agra dalam penelitiannya hingga ia memperoleh abunya. Dengan peralatan sederhana abu ini direaksikan dengan air, garam dapur dan kemudian gas karbon dioksida hingga akhirnya menghasilkan natriumbikarbonat. Cairan induk yang bersisa dari proses itu diolah lagi dalam peralatan lain. Akhirnya Agra menghablurkan zat kaliumkhlorida yang terkandung dalam cairan itu hinga sekitar 72% dapat ia pungut dalam bentuk kristal dengan kemurnian 79%. Kaliumkhlorida ini bisa dipakai sebagai pupuk netral, sedang natriumbikarbonat juga banyak manfaat dalam berbagai bidang industri. Bahkan zat itu bisa dikalsinasikan hingga menjadi natriumkarbonat (soda abu), suatu zat yang terutama. bermanfaat di industri gelas dan sabun serta bahan pembersih lainnya. Seluruh proses kimia itu berswa-sembada panas, tidak membutuhkan penambahan panas dari luar. Hasil sampingan lain yang berguna masih ada: Sisa abu bekas, silika dan gas karbon dioksida. Abu bekas dapat dipakai sebagai campuran dengan semen portland atau kapur, menghasilkan berbagai bahan bangunan. Endapan silika berguna dalam proses pembuatan gelas dan zat kimia lainnya. Sedang gas karbon dioksida dapat dipadatkan menjadi es kering. Menurut penelitian Agra, kelopak buah kapuk paling layak sebagai bahan baku. Di Ja-Teng banyak terdapat kebun kapuk itu. "Di samping itu kulit buah itu tidak digunakan untuk keperluan lain," ucap Agra. Satu lembar kulit kapuk kering -- beratnya sekitar 200 gram -- bisa menghasilkan senyawa kalium K20 sebanyak 3,3% atau 6 gram lebih. Di Indonesia belum ada pabrik yang mengolah limbah pertanian itu menjadi pupuk kalium atau berbagai senyawa natrium. Menurut Agra, pabrik petro kimia di Jawa Timur sudah menyatakan kesediaannya melanjutkan hasil penelitiannya. Kini konon suatu studi kelayakan direncanakan berkemungkinan dalam kerjasama dengan PTP Kapuk Ja-Teng.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus