NATRIUMBIKARBONAT (soda kue) rupanya tidak hanya mengembangkan
roti tapi juga karir ilmiah. lni dialami Ir. Ida Bagus Agra
pekan lalu ketika meraih gelar Doktor Cum Laude dari UGM,
Yogyakarta. Ia berhasil mempertahankan disertasinya yang
berjudul Pembuatan Natriumbikarbonat dan Kaliumkhlorida dari
Ekstrak Abu di depan tim penguji 12 orang, termasuk promotornya,
Prof. Dr. Ir. Herman Johannes.
Agra menjadi doktor ke-32 yang berpromosi di kampus UGM. Dua
hari sebelumnya di tempat sama Bernardus Paulus Palus SH dan
Drs. Moh. Idris Adrianata Kesuma juga meraih gelar doktor dengan
predikat memuaskan.
Agra dikenal sebagai peneliti yang tekun dan sederhana. Bersama
disertasinya, karya ilmiahnya sekarang berjumlah 50 buah.
Bermodalkan semangat. Agra masuk Fakultas Teknik UGM 28 tahun
lalu. Ia ketika itu bersama 6 adiknya datang ke Yogyakarta. "Ya,
waktu itu kadang-kadang makan jagung," tutur Agra. Sekarang
semua berhasil dan menggondol gelar berbagai disiplin ilmu.
Dari Benggol
Mulai menjadi pegawai negeri ketika masih di tingkat III, Agra
mengajar sebagai asisten di tingkat II Fakultas Teknik Kimia
UGM. Setelah lulus di tahun 1958, Agra mengikuti latihan di
berbagai universitas di Amerika Serikat. Di negeri itu Agra
bertemu calon istrinya, Sri Warnijati, yang sekarang juga
menyandang gelar insinyur. Sekarang mereka punya seorang putra
yang bersekolah di tingkat SD.
Sejak tahun 1974 ia menjabat Sekretaris Lembaga Penelitian
FT-UGM. Setiap hari ia berkantor di laboratorium universitas
itu. Ia bekerja keras mengembangkan lab itu. "Ada alat yang kami
buat dari benggol," ucapnya, menjelaskan kesederhanaan di situ.
Terdapat juga peralatan pirolisis bahan plastik. Agra membuatnya
dari bahan yang ia beli di pasar loak. Alat itu secara sinambung
bisa mengolah sampah plastik menjadi sejenis minyak bakar.
Prosesnya diperkenalkan Agra melalui kertas kerja berjudul
Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar (air dengan
Pirolisis, yang diajukan dalam Simposium Polimer di Jakarta
akhir tahun lalu.
Agra juga membuat beberapa peralatan yang dibuat dari plastik
tempat agar-agar yang harganya Rp 10 per buah. Tempat plastik
itu dilengkapi pipa dan sekat logam hingga kemudian bisa
mengolah natriumbikarbonat dan kaliumkhlorida dari abu limbah
pertanian.
Sarjana asal Bali ini tampaknya memanfaatkan segala yang murah
dan biasanya dibuang orang. Sikap ini menjadi salah satu dalil
disertasinya. "Dengan menerapkan prinsip yang tepat, suatu
penelitian yang menggunakan bahan baku yang kurang berharga dan
alat yang tidak mahal, pun dapat memberikan hasil yang mutu
ilmiahnya dapat dipertanggungjawabkan." Dalil ini secara
konsekuen ia terapkan dalam penelitiannya mengolah limbah
pertanian menjadi pupuk dan lain bahan berharga.
Agra menyadari bahwa sebagian besar pupuk sudah dihasilkan di
dalam negeri, namun satu jenis -- pupuk kalium masih diimpor.
Soalnya sumber mineral kalium yang berarti belum ditemukan di
Indonesia. Tapi kalium organik itu bisa banyak dijumpai dalam
limbah pertanian. "Sebagian besar sumber itu terbuang sia-sia
dan bahkan sering menimbulkan pencemaran lingkungan," tandas
Agra.
Buat Indstri Gelas
Limbah pertanian seperti kelopak batang pisang atau kulit buah
kapuk dibakar Agra dalam penelitiannya hingga ia memperoleh
abunya. Dengan peralatan sederhana abu ini direaksikan dengan
air, garam dapur dan kemudian gas karbon dioksida hingga
akhirnya menghasilkan natriumbikarbonat. Cairan induk yang
bersisa dari proses itu diolah lagi dalam peralatan lain.
Akhirnya Agra menghablurkan zat kaliumkhlorida yang terkandung
dalam cairan itu hinga sekitar 72% dapat ia pungut dalam bentuk
kristal dengan kemurnian 79%.
Kaliumkhlorida ini bisa dipakai sebagai pupuk netral, sedang
natriumbikarbonat juga banyak manfaat dalam berbagai bidang
industri. Bahkan zat itu bisa dikalsinasikan hingga menjadi
natriumkarbonat (soda abu), suatu zat yang terutama. bermanfaat
di industri gelas dan sabun serta bahan pembersih lainnya.
Seluruh proses kimia itu berswa-sembada panas, tidak membutuhkan
penambahan panas dari luar.
Hasil sampingan lain yang berguna masih ada: Sisa abu bekas,
silika dan gas karbon dioksida. Abu bekas dapat dipakai sebagai
campuran dengan semen portland atau kapur, menghasilkan berbagai
bahan bangunan. Endapan silika berguna dalam proses pembuatan
gelas dan zat kimia lainnya. Sedang gas karbon dioksida dapat
dipadatkan menjadi es kering.
Menurut penelitian Agra, kelopak buah kapuk paling layak
sebagai bahan baku. Di Ja-Teng banyak terdapat kebun kapuk itu.
"Di samping itu kulit buah itu tidak digunakan untuk keperluan
lain," ucap Agra. Satu lembar kulit kapuk kering -- beratnya
sekitar 200 gram -- bisa menghasilkan senyawa kalium K20
sebanyak 3,3% atau 6 gram lebih.
Di Indonesia belum ada pabrik yang mengolah limbah pertanian itu
menjadi pupuk kalium atau berbagai senyawa natrium. Menurut
Agra, pabrik petro kimia di Jawa Timur sudah menyatakan
kesediaannya melanjutkan hasil penelitiannya. Kini konon suatu
studi kelayakan direncanakan berkemungkinan dalam kerjasama
dengan PTP Kapuk Ja-Teng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini