Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Juara dengan segala

Profil kesebelasan Persebaya yang berhasil menjuarai kompetisi perserikatan divisi utama pssi 1987-1988. Tak kurang dari rp 300 juta dihabiskan persebaya untuk bisa menjadi juara, serta "kebal" suap.

2 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEGITU wasit Zulham Yahya membunyikan peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan, semua pemain, ofisial, dan pendukung Persebaya berjingkrak gembira. Akhirnya, Persebaya Surabaya berhasil juga menjuarai Kompetisi Perserikatan Divisi Utama PSSI 1987-1988 dengan mengalahkan Persija. Peristiwa serupa pernah terjadi 11 tahun silam. Ketika itu Persebaya - masih diperkuat Abdul Kadir, Hadi Ismanto, Joko Malis, dan Wayan Diana - menggilas tim Ibu Kota yang didukung Anjas Asmara, Iswadi Idris, Oyong Lisa, dan Simson Rumahpasal, 4-3. Sebelumnya, Bond Kota Buaya ini pernah pula menjuarai kompetisi Perserikatan pada tahun 1951 dan 1952. Tekad Persebaya untuk merebut gelar tertinggi sepak bola Perserikatan ini sudah diincar sejak musim kompetisi tahun lalu. Setelah gagal meraih gelar juara karena di final dikalahkan tim PSIS Semarang, 1-0. Segala cara ditempuh oleh pengurus Bond Kota Buaya ini untuk bisa memenuhi ambisi juara. Bahkan melakukan "sepak bola gajah" pun mereka bersedia. "Kami sukses karena taktik dan strategi kami benar, orang boleh bersuara sumbang atau sinis, dan kami sudah menjawab suara mereka," ujar Mohamad Barmen, Penasihat Teknis Tim Persebaya, seusai pertandingan. "Ini perjuangan murni dan target sudah terpenuhi," tambahnya. Perjalanan tim arek-arek Suroboyo ini sampai ke tangga juara cukup panjang. Selama babak penyisihan 12 Besar wilayah Timur, Persebaya mengumpulkan 13 angka dari 10 pertandingan dengan sistem home and aay. Menang 6 kali: atas PSIS (2 kali), Perseman (2 kali), PSM dan Persipura, serta sekali seri dengan Persiba. Sedangkan di babak 6 Besar, Persebaya, yang tak terkalahkan, menempati urutan pertama mengumpulkan 8 angka dari 3 menang dan 2 seri. Prestasi yang sama juga dicatat saingan terdekatnya Persija Jakarta Pusat. Namun, Surabaya memiliki selisih gol lebih baik 10-5, dibandingkan saingannya, Jakarta, 7-2. Persebaya memang memiliki materi pemain yang pas untuk menghasilkan kesebelasan yang produktif. Tumpuan serangan terletak pada duet Syamsul Arifin dan Mustaqim. Dua penyerang itu sangatlah padu dalam mengoyak pertahanan lawan. Tak heran jika Surabaya mampu mencetak gol terbanyak: 13 gol hanya dalam 6 pertandingan. Kaki dan kepala pemain tertua, Syamsul Arifin, 33 tahun, membuahkan 9 gol selama kompetisi berlangsung. Ini menjadikan dia sebagai pencetak gol terbanyak. Gelar bintang lapangan juga pantas diberikan kepada Mustaqim, 24 tahun. Gerakannya sangat eksplosif, larinya kencang, dan memiliki teknik individual yang prima. Kepala dan kakinya sama baiknya dalam mencetak gol. Itu sebabnya, seusai kompetisi ia terpilih dalam barisan PSSI yang akan diterjunkan dalam babak penyisihan Piala Asia, di Jakarta, Juni mendatang. Sementara itu, di lapangan tengah, Persebaya diperkuat kuartet Budi Juhanis, Yongky Kastanya, Aries Sainyakit, dan Helly Maura. Budi dan Yongky lebih banyak berperan sebagai pengatur serangan. Sedangkan Aries dan Helly menjadi penjelajah yang memiliki napas kuda. Lini belakang Surabaya yang terdiri dari Subangkit, Muharom Rosdiana, Zaenal Suripto, dan palang pintu yang merangkap kapten Nuryono Haryadi, serta Putu Yasa di bawah mistar, membuat Persebaya menjadi kesebelasan yang solid dibanding 5 tim lainnya. "Sebagai tim mereka memang padu. Apalagi hampir semua pemain sudah lama bermain bersama di bawah panji Persebaya," komentar bekas kapten PSSI Sucipto Suntoro. Namun, Persebaya sempat punya "cacat" karena ,sengaja mengatur hingga dikalahkan 12-0 oleh Persipura Jayapura. Padahal, dalam pertandingan sebelumnya di Jayapura, Persebaya menggilas tuan rumah dengan skor 2-0. Melihat prestasi tim Persebaya selama babak penyisihan memang tak sepantasnya mereka melakukan praktek tak terpuji itu. Apalagi Surabaya sudah membuktikan keampuhannya dengan menyikat PSIS 1-0 di Semarang dan 3-1 di kandang sendiri di babak 12 Besar wilayah Timur. Menurut manajer tim Persebaya, Agil Haji Ali, apa yang dicapai Persebaya kali ini benar-benar melalui perjuangan sulit dan panjang serta mahal. Dari babak penyisihan sampai ke grand final ia menghabiskan dana kurang lebih Rp 300 juta. Dana itu dikumpulkan dari partisipasi pengusaha-pengusaha di Ja-Tim, ditambah dari hasil pemasukan karcis semasa menjadi tuan rumah. "Dan yang membuat saya lebih terharu, Rp 250 ribu dari dana itu hasil sumbangan Paguyuban Tukang Becak Surabaya," tutur Agil. Apa kunci sukses Persebaya tahun ini? Pengurus ternyata tidak hanya memperhatikan pemain saja. Keluarga pemain pun juga ikut dilibatkan. Sejak pemain masuk dalam pemusatan latihan, semua kebutuhan rumah tangga sehari-hari dicukupi. Saban bulannya, tiap keluarga pemain mendapat jatah beras 30 kilogram, 7 kilogram gula, 3 kilogram minyak goreng, dan uang belanja Rp 60.000,00. Ini belum terhitung biaya kesehatan yang juga ditanggung pengurus. Perlu dicatat, setiap pemain masih mendapat bonus. "Bayaran yang diterima pemain Persebaya saya jamin paling tinggi di antara tim yang ada," kata Agil berahasia. Rupanya, kiat itulah yang membuat Persebaya kali ini "kebal" suap. Rudy Novrianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus