YUSTEJO Tarik sudah mengalungi medali emas SEA Games X. Di
Semarang, ia kembali membikin kejutan, menyisihkan Atet Wiyono,
pemain yang semula diduga akan menjuara turnamen nasional tenis
1979. Dalam partai ganda, tetap bersama Hadiman, ia juga menyapu
Atet yang berpasangan dengan Gondo Wijoyo. Dari turnamen itu
dua pekan lalu, Yustejo memboyong Piala Presiden, dan
mengantongi hadiah Rp 80Q.000-Rp 600.000 dari nomor tunggal, dan
Rp 200.000 (setelah dibagi) dari partai ganda.
"Ia seorang pemain berbakat," kata Sugiarto Sutarjo, pelatih
yang menemukan sang juara. Menurut Yustejo, 26 tahun, darah
tenis itu mengalir dari ayahnya, Yusuf Tarik. Sang ayah
mempunyai lapangan sendiri di rumah.
Tapi bakat tenis itu tak menyentuh 3 saudaranya yang lain.
"Mereka main asal-asalan saja," komentar Yustejo tentang
adiknya. Dia sendiri, yang ingin menjadi pemain top, banyak
dipengaruhi oleh pemberitaan tentang kehidupan kampiun tenis
yang mendapat banyak uang. "Semangat saya makin menggebu
jadinya," katanya.
Dengan memakai raket produk Maruman, dari Jepang, Yustejo tahun
ini sudah mengantongi $ 2.500. Selain itu ia juga mendapat uang
dari berbagai turnamen tingkat daerah maupun internasional.
"Besarnya, tidak tentu. Tapi selalu ada," tambahnya.
Ia juga melatih. Tarif minimum yang dipungutnya Rp 7.500 perjam.
Tak heran, bila ia lebih tergoda mengayun raket tenis ketimbang
menongkrong di kantor Bulog. Ia menjadi karyawan Bulog tahun
1973, tapi minta berhenti 2 tahun kemudian.
Prestasi Yustejo--tinggi 178 cm dan berat 65 kg -- baru di
tingkat SEA Games. Ia ingin melangkah ke Wimbledon. Tapi mungkin
sudah terlambat untuk usianya kini.
Ketua PELTI, Jonosewojo, sesungguhnya sudah lama ingin
menyiapkan Yustejo untuk bertanding di Wimbledon. Kira-kira 5
tahun lalu, ia menyuruh anak asuhannya ini pergi ke Australia.
Tapi batal. Mengapa? "Kebanyakan pemain kita takut bila disuruh
berangkat ke luar negeri sendiri. Karena kemampuan bahasa
Inggeris mereka yang terbatas," kata Jonosewojo.
Yustejo, yang menyadari kelemahannya, kemudian mengikuti kursus.
Sekarang ia mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggeris.
Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Tinggi Olahraga sampai
tingkat III.
Menikah dengan Elfia Nizarwan, juga pemain tenis nasional,
tampaknya Yustejo cukup gembira dengan karirnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini