Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kejutan Yustejo

Setelah menjuarai sea games x, yustejo tarik memboyong lagi piala presiden dan mengantongi hadiah rp 800.000, dari nomor tunggal dan ganda, pada turnamen di semarang. (or)

20 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YUSTEJO Tarik sudah mengalungi medali emas SEA Games X. Di Semarang, ia kembali membikin kejutan, menyisihkan Atet Wiyono, pemain yang semula diduga akan menjuara turnamen nasional tenis 1979. Dalam partai ganda, tetap bersama Hadiman, ia juga menyapu Atet yang berpasangan dengan Gondo Wijoyo. Dari turnamen itu dua pekan lalu, Yustejo memboyong Piala Presiden, dan mengantongi hadiah Rp 80Q.000-Rp 600.000 dari nomor tunggal, dan Rp 200.000 (setelah dibagi) dari partai ganda. "Ia seorang pemain berbakat," kata Sugiarto Sutarjo, pelatih yang menemukan sang juara. Menurut Yustejo, 26 tahun, darah tenis itu mengalir dari ayahnya, Yusuf Tarik. Sang ayah mempunyai lapangan sendiri di rumah. Tapi bakat tenis itu tak menyentuh 3 saudaranya yang lain. "Mereka main asal-asalan saja," komentar Yustejo tentang adiknya. Dia sendiri, yang ingin menjadi pemain top, banyak dipengaruhi oleh pemberitaan tentang kehidupan kampiun tenis yang mendapat banyak uang. "Semangat saya makin menggebu jadinya," katanya. Dengan memakai raket produk Maruman, dari Jepang, Yustejo tahun ini sudah mengantongi $ 2.500. Selain itu ia juga mendapat uang dari berbagai turnamen tingkat daerah maupun internasional. "Besarnya, tidak tentu. Tapi selalu ada," tambahnya. Ia juga melatih. Tarif minimum yang dipungutnya Rp 7.500 perjam. Tak heran, bila ia lebih tergoda mengayun raket tenis ketimbang menongkrong di kantor Bulog. Ia menjadi karyawan Bulog tahun 1973, tapi minta berhenti 2 tahun kemudian. Prestasi Yustejo--tinggi 178 cm dan berat 65 kg -- baru di tingkat SEA Games. Ia ingin melangkah ke Wimbledon. Tapi mungkin sudah terlambat untuk usianya kini. Ketua PELTI, Jonosewojo, sesungguhnya sudah lama ingin menyiapkan Yustejo untuk bertanding di Wimbledon. Kira-kira 5 tahun lalu, ia menyuruh anak asuhannya ini pergi ke Australia. Tapi batal. Mengapa? "Kebanyakan pemain kita takut bila disuruh berangkat ke luar negeri sendiri. Karena kemampuan bahasa Inggeris mereka yang terbatas," kata Jonosewojo. Yustejo, yang menyadari kelemahannya, kemudian mengikuti kursus. Sekarang ia mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggeris. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Tinggi Olahraga sampai tingkat III. Menikah dengan Elfia Nizarwan, juga pemain tenis nasional, tampaknya Yustejo cukup gembira dengan karirnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus