Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Kanvas tiga dimensi

Grup nikolais dance theater dari amerika, pimpinan alwin nikolais, mentas di tim. tarian karya nikolais bertolak belakang dengan karya tari modern sebelumnya. ruang pentasnya, kanvas tiga dimensi. (tr)

20 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAMPU gedung dipadamkan perlahan-lahan, disusul lengkingan bunyi musik elektronik. Lantas layar terangkat. Sembilan penari terbagi dalam tiga kelompok masing-masing 3 orang, berkostum cerah warna-warni. Bentuknya ganjil: wajah dan tubuh terselubung semacam sarung kain elastis yang tertutup di kedua ujungnya. Hanya ada dua lubang kecil sebagai lubang mata. Masing-masing kelompok menari pada sebuah level berbentuk segi tiga, yang sudut depan merupakan garis lengkung. Dua penari berdiri di muka, yang ketiga di tengah belakang--pada level yang sedikit lebih tinggi dan dapat berputar. Ini sebuah gambaran karya Nikolais yang bersama rombongannya (Nikolais Dance Theatre) berpentas di Teater Terbuka TIM, 15 dan 16 0ktober kemarin. Nomor tersebut, Temple ( 1974), saya amati ketika grup ini berpentas di Macky Auditorium, Universitas Colorado 15 April 1976. Sebuah pertunjukan yang ganjil dan menarik dan memang patut diamati--bukan saja oleh kalangan tari tapi juga kalangan teater, musik, seni rupa dan lainnya. Sesudah generasi Martha Graham, Alwin Nikolais adalah sebuah nama besar dalam tari modern bukan saja di Amerika, tapi di dunia (Barat). Dia hadir mandiri dengan teater tarinya yang khas, bertolak belakang dengan konsepsi para penata tari modern pendahulunya. Ia menolak simbolisme Freudian, tema cerita, masalah sosial serta egosentrisme yang mendominasi karya tari modern sebelumnya. Secara tuntas Nikolais menjelajahi potensi abstrak ekspresionisme dan multi-media dalam teater. Ia membuktikan, bahwa 'gerak sebagai gerak' jika ditata dengan kecermatan dan kecerdikan--mampu menghadirkan dunianya sendiri yang memikat dan mengesankan. "Jika saya meng gerakkan tangan saya ke bawah dan ke atas dan sebaliknya selama dua jam, tanpa tujuan lain kecuali menggerakkan tangan, sungguh mati itu tentu akan sangat membosankan anda. Tapi itulah sebuah tarian," katanya suatu saat. Film Bisu Itulah sebabnya, dalam awal kariernya, banyak kritikus yang menolak karyanya sebagai tari. Karier pertamanya dalam dunia seni pertunjukan justru dimulainya sebagai pianis. Menginjak usia 15 tahun ia bermain piano untuk mengi ringi film bisu. Sementara itu juga belajar melukis, akting, penyutradaraan, disain dan tata lampu. Ketika film bisu mulai "bicara", Nik pindah mengiringi kelas tari. Namun ia memang tertarik pada banyak hal. Ia juga menjadi direktur scbuah eater-boneka. Dan saat itulah ia temukan konsep-teater yang kemudian ia kembangkan. "Rahasia teater boneka adalah gerak (motion). Walau boneka tidak punya syaraf dan bukan benda hidup, ia dapat digerakkan dan kita suruh melakukan hal-hal yang luar biasa," katanya. Tahun 1929, ia melihat konser tari Mary Wigman dari Jerman dan sangat terkesan. Dan sejak itu ia temukan dirinya. Ia belajar menari pada usia 23 tahun dan sadar keterbatasan bakatnya dalam bidang ini. Tetapi sebagai seniman pentas yang menguasai begitu banyak bidang, ia tak ada duanya. Nikolais bekerja berdasar konsep teater yang total: gerak, properti, bunyi, warna dan cahaya merupakan bahan ramuan yang memiliki peranan sama penting. Dia memang bukan hanya koreografer. Dan banyak karyanya ia menciptakan sendiri musik iringannya, menata sendiri kostum, pentas, cahaya serta peralatan pentas lainnya. Singkat kata karyanya selalu merupakan paduan yang utuh antara tari, musik dan berbagai elemen visual yang mungkin dapat ditampilkan. Tontonannya adalah tontonan visual yang mantap: mampu mengubah pentas menjadi dunia khayal yang tak pernah dibayangkan penonton. Baginya, ruang pentas adalah sebuah kanvas tiga dimensi yang harus digarap dengan berbagai macam media. Nikolais memang seniman pentas yang lengkap. Sal Murgiyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus