Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Mumpung sedang banyak duit

22 pemain dan 4 pelatih pssi akan dikirim berlatih ke brazilia selama 6 bulan. pemain diseleksi oleh pelatih dari abtf, alves miralha walter. (or)

20 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIM PSSI hampir selalu mengecewakan. Dari 3 periode kepengurusan --dalam 10 tahun terakhir ini-mereka hanya sekali berhasil menjadi juara, yaitu pada turnamen Piala Anniversary di Jakarta, 1972. Kenapa kalah dan gagal itu sekian lama Ketua Bidang Lembaga Sepakbola PSSI, Syarnubi Said, mencoba menjawab "Sudah saatnya kita memindahkan permainan bola dari dengkul ke kepala," katanya. Caranya? PSSI perlu mengirim 22 pemain berusia di bawah 23 tahun untuk berlatih di Rio de Janeiro, Brazilia, selama 6 bulan. Mereka akan dipetik dari Galatama, dan diseleksi langsung oleh Alves Miralha Walter, pelatih dari Associacao Brasileire de Teinadoes de Futebol (ABTF). Ia sekaligus akan menjadi manajer-pelatih selama tim PSSI ini memasuki pusat latihan klub Flamengo nanti. Bersama mereka juga akan turut para pelatih Sinyo AliaSutjipto Soentoro, Sartono, dan Jopi Timisela. Rupanya Brazilia dipilih untuk tempat berlatih supaya gaya permainan Indonesia lebih mendekati pola Amerika Latin. "Cuma pemain Indonesia masih kurang pakai otak," kata Walter. Ia melihat penampilan PSSI Utama dan Galatama Selection sewaktu melawan Cosmos (Amerika Serikat) di stadion utama Senayan, 3 dan 5 Oktober. Kritiknya, ialah para pemain Indonesia sering terlalu lama mempermainkan bola di kahi sendiri. "Adakala sampai 20 detik dia berputar-putar sebelum mengoperkannya kepada teman, dan itu pun kalau sudah kecapean. Bagaimana operan bisa tepat pada sasaran?" Dalam teknik memainkan bola, katanya, para pemain Indonesia lebih suka kutak-katik di tengah lapangan. "Bila bola dioperkan ke tengah lapangan, berarti pemain profesional sudah harus menciptakan gol," lanjut Walter. Di Brazilia nanti, Walter akan membcnahi faktor fisik dan teknik. Ia menilai bahwa jangka waktu 6 bulan sudah mencukupi. "Sekembalinya dari Brazilia, mereka pasti akan menjadi pemain kelas yang lebih tinggi," janji Walter. Pemusatan latihan PSSI jangka panjang dulu dirintis oleh Bardosono, Ketua Umum PSSI periode 1974-1977. Ia melaksanakannya di Salatiga, Jawa Tengah, dengan mengimpor Wiel Coerver dan Wim Hendriks, keduanya dari Belanda. "Sesungguhnya kita bisa berbuat lebih banyak dan lebih baik dengan proyek Salatiga," ujar Bardosono waktu itu, "kalau daerah-daerah mau mengirimkan pemain terbaik mereka." Pemusatan latihan itu gagal mengumpulkan pemain berbakat lantaran perserikatan umumnya lebih mementingkan kebutuhan daerah masing-masing ketimbang untuk nasional. Sekarang juga ada begitu. Bond PSIS, Semarang, menyatakan keberatan untuk melepaskan 6 pemain mereka yang terpanggil untuk mengikuti seleksi ke Brazilia. Namun Uteh Riza Yahya, Humas PSSI, mengatakan: "Tak ada kesulitan dalam mencari pengganti mereka." Ada golongan yang skeptis tentang pengiriman tim Bina Utama ini. Bekas pelatih nasional, drg. Endang Witarsa, tetap berpendapat bahwa tim yang tangguh bisa ditumbuhkan setempat melalui kompetisi, terutama Galatama. Ia menyebut latihan di luar negeri ini sebagaitindakan tambal sulam, dan hanya akan memberikan hasil sedikit. Witarsa juga mengeritik pengurus PSSI yang cenderung mempercayakan Tim nasional pada pelatih asing. "Belum tentu pelatih kita ini kalah, apabila sama-sama mendapat kesempatan dan fasilitas yang serupa," katanya. Walterpun sependapat. "Secara jujur saya katakan memang lebih baik memakai pelatih sendiri daripada menyewa dari negara lain," kata Walter kepada Max S. Wangkar dari TEMPO. Tampaknya PSSI sedang banyak uang. Biaya tim Bina Utama ke Brazilia itu ditaksir sekitar Rp 120 juta. Setelah itu, menurut rencana Syarnubi, akan dilanjutkan pembinaannya di Eropa. Cabang olahraga lain seperti panahan atau tenis meja juga ingin berlatih di luar negeri. Dulu bisa. Tapi sekarang KONI Pusat sudah memaklumkan untuk tidak akan mengirimkan atlit berlatih di negeri orang, kecuali dengan biaya dari top organisasi sendiri. Tiada satu pun induk organisasi, yang di luar PSSI, mampu untuk itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus