Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kevin Sanjaya Menangis Setelah Juara Asian Games, Ini Sebabnya

Kevin Sanjaya Sukamuljo tidak kuasa menahan air matanya setelah ia dan Marcus Gideon meraih medali emas ganda putra Asian Games.

30 Agustus 2018 | 14.49 WIB

Pebulu tangkis Indonesia, Fajar Alfian - Rian Ardianto (kiri depan), menyaksikan aksi selebrasi Kevin Sanjaya - Marcus Gideon dalam final bulu tangkis Ganda Putra di Jakarta, Selasa, 28 Agustus 2018. Kevin - Markus menang dengan skor 13-21, 21-18, 24-22. TEMPO/Amston Probel
Perbesar
Pebulu tangkis Indonesia, Fajar Alfian - Rian Ardianto (kiri depan), menyaksikan aksi selebrasi Kevin Sanjaya - Marcus Gideon dalam final bulu tangkis Ganda Putra di Jakarta, Selasa, 28 Agustus 2018. Kevin - Markus menang dengan skor 13-21, 21-18, 24-22. TEMPO/Amston Probel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kevin Sanjaya Sukamuljo tidak kuasa menahan air matanya setelah ia dan Marcus Gideon meraih medali emas ganda putra Asian Games 2018. Pasangan Marcus / Kevin menang dalam pertandingan All Indonesian Final melawan Fajar Alfian-Muhammad Rian Ardianto di Istora Senayan, Jakarta, Selasa lalu, 28 Agustus 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kevin jarang menangis meski sederet gelar juara sudah ia raih bersama Marcus, yang akrab ia sapa dengan Koh Sinyo. Sebut saja All England, turnamen bulu tangkis tertua dan paling bergengsi di dunia, yang dua tahun berturut-turut direngkuh pada 2017 dan 2018.

Kevin dam Marcus juga terpilih sebagai pemain putra terbaik 2017 versi Badminton World Federation berkat tujuh gelar juara superseries yang mereka peroleh.

"Iya, menangis karena dapat mukjizat dari Tuhan, ternyata Tuhan sebaik itu memberi hal yang nyaris mustahil. Harus menunggu empat tahun lagi kalau mau dapat emas Asian Games, itu juga belum pasti. Jadi hari itu benar-benar merasa bahwa mukjizat itu nyata," kata Kevin, seperti dikutip dari siaran pers resmi Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia, Kamis, 20 Agustus 2018.

"Saya sampai sudah tidak bisa ngomong apa-apa, cuma menangis. Ini pertama kalinya saya sampai menangis kayak gitu. Sebelumnya, saya tidak pernah menangis waktu juara," ujarnya.

Saat memainkan laga final, Kevin, yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur, ditonton langsung ayahnya, Sugiarto Sukamuljo.

"Waktu saya ke warming up court selesai pertandingan, Papa cuma peluk saya, bilang selamat dan terima kasih. Mama saya tidak bisa datang jadi kasih ucapannya via WhatsApp," ucap atlet bulu tangkis yang merupakan anak bungsu dari dua bersaudara itu.

Sepanjang 2018, Kevin dan rekan duetnya, Marcus, sudah meraih empat gelar juara sebelum mempersembahkan medali emas Asian Games 2018 untuk Indonesia, antara lain Indonesia Masters 2018, India Terbuka 2018, All England 2018, dan Indonesia Terbuka 2018.

Kevin mengaku begitu lega bisa menjadi juara dalam Asian Games 2018, gelar juara multievent yang ia raih bersama Marcus.

"Banyak yang bilang kami juaranya cuma turnamen superseries saja, tapi belum terbukti di major event," tutur penggemar Lin Dan itu.

Kevin-Marcus harus memainkan laga sengit untuk merebut gelar juara Asian Games 2018 dari teman asramanya, Fajar dan Rian.

Fajar dan Rian memberikan perlawanan kuat saat menghadapi ganda nomor satu dunia itu.

Kevin dan Marcus pun dibuat kerepotan dengan permainan mereka.

"Fajar-Rian benar-benar bermain pada peak performance mereka, malah melebihi. Fajar-Rian jarang membuat kesalahan sendiri dan benar-benar saling mengisi," kata Kevin.

Setelah berhasil menuntaskan pertandingan dengan kemenangan, mereka berempat berpelukan. Ia pun mengatakan sesuatu kepada ganda peringkat sembilan dunia itu.

"Saya bilang, ‘Terima kasih untuk hari ini, kami benar-benar hoki, kalian main sangat baik’," ujar Kevin, yang satu kamar dengan Rian di asrama pemusatan latihan nasional Cipayung.

Duet Kevin-Marcus selalu dipuji memiliki mental baja. Hal itu pun mereka buktikan saat nyaris kalah dari Fajar-Rian dan berhasil membalikkan keadaan.

"Kami selalu mencoba terus selama masih ada kesempatan. Jangan pernah menyerah sebelum lawan sudah menyelesaikan game karena tidak ada yang tidak mungkin," ucap Kevin.

Namun bukan berarti atlet kelahiran Banyuwangi, 2 Agustus 1995, itu tidak pernah terpuruk. Kevin pun pernah mengalami masa-masa sulit.

"Tiap atlet pasti pernah mengalami masa down. Saya juga pernah waktu di klub Djarum di Kudus. Dulu saya main di nomor tunggal putra dan dianggap kurang berpotensi. Lalu saya akhirnya memutuskan jadi pemain ganda. Padahal waktu kecil kan saya maunya main dua-duanya," tuturnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus