TIM PSSI Utama yang diasuh trio pelatih lokal ternyata dijadikan
tambang gol bagi lawan. Dari tiga kali penampilannya di
gelanggang Pra-Piala Dunia Grup I Asia-Oceania, tim Indonesia
ini kebobolan sembilan gol tanpa balas. Yaitu dari kesebelasan
Selandia Baru tujuh gol -- ketika main di Jakarta (11 Mei) dua
gol dan di Auckland (23 Mei) lima gol -- dan dari tim Australia
-main di Melbourne (20 Mei) -- dua gol.
Manajer tim Syarnubi Said konon hampir menangis. Kedua pemainnya
terkena kartu merah, dan tidak boleh bermain untuk dua
pertandingan. Adalah Kapten PSSI Utama Ronny Pattinasarany dan
Bambang Nurdiansyah yang diusir wasit dari lapangan di Auckland.
Ronny dinilai berlaku kurang ajar karena menendangkan bola ke
arah wasit Garca Oliva dari Portugal.
Oliva selalu berlaku berat sebelah, kata Ronny. "Siapa yang
tidak kesal." Ronny dikeluarkan pada menit ke-60 setelah gol
ketiga dari Selandia Baru.
Nurdiansyah dikeluarkan Oliva satu menit kemudian karena ia
hampir memukul seorang pemain lawan. "Baru berniat," katanya.
"Saya menyesal."
Setelah kekalahan beruntun, sebelum pulang ke Indonesia, PSSI
Utama masih akan memainkan satu pertandingan lagi. Yaitu melawan
tim Fiji di Suva, 31 Mei. Tanpa Ronny, dinamo tim. Itulah yang
menyedihkan Syarnubi. "Kita akan lebih malu jika gagal pula di
Fiji," ujar Syarnubi. "Bahkan lebih malu dibanding waktu
dikalahkan Brunei (di Kuala Lumpur, 1979) dulu."
Pelatih Harry Tjong menyatakan ia bertanggung jawab atas
kegagalan ini. Tapi disesalkannya klub tak mengirimkan pemain
terbaik mereka. Permintaannya akan Syamsul Arifin, Abdi Tunggal,
Dullah Rahim, Hadi Ismanto -- semuanya penyerang -- tidak
dikabulkan perkumpulan yang bersangkutan. Sedang Risdianto tidak
mendapat "restu" dari pengurus PSSI.
Boss Klub Jaka Utama Ir. Marzuli Warganegara membela
perkumpulan. Sebenarnya tim pemandu bakat PSSI tidak jeli
melihat pemain yang dipanggil untuk memasuki pelatnas, kata
Marzuli, sedang Jaka Utama punya pemain penyerang -- bernama
Sucipto -- yang cocok untuk pola 4-4-2 dari Tjong.
Bekas pelatih nasional drg. Endang Witarsa membenarkan penilaian
Marzuli. Ia malah juga mengincar Sucipto, 22 tahun, untuk
memperkuat Klub UMS 80, yang dilatihnya. Tapi Endang Witarsa
mengatakan kegagalan PSSI Utama bukan terletak pada pemain,
melainkan pada pelatih Tjong. "Ia tidak tahu kekuatan timnya."
Pola permainan (44-2) yang diterapkan Tjong dinilainya tak
banyak berpengaruh. "Kita sebetulnya belum siap untuk memasuki
kejuaraan ini," sela Ketua Dewan Pelatih PSSI, Maulwi Saelan.
Tjong mengatakan ia akan meletakkan jabatan sebagai pelatih PSSI
sekembalinya di Jakarta. Penggantinya? KONI Pusat mendatangkan
pelatih asal Jerman Barat, Ben Fischer, yang bertugas mulai 1
Juli dengan bayaran DM 12.000 (sekitar Rp 3,3 juta) per bulan.
Dibebankan padanya sasaran menjuarai SEA Games di Manila,
Desember. Fischer dikontrak PSSI selama dua tahun.
Sebelum Fischer menanganinya, PSSI Utama masih akan memainkan
empat pertandingan lagi dalam Pra- Piala Dunia Grup I. Melawan
Fiji (satu kali), Taiwan (dua kali) dan Australia (satu kali).
Dan mungkin pertandingannya melawan Selandia Baru diulang. Sebab
PSSI, setelah kekalahan menyolok di Auckland, menyampaikan
protes kepada Federasi Sepakbola Internasional (FIFA).
Alasannya: Pimpinan pertandingan di Auckland itu ternyata tak
semua berasal dari negara netral. Hakim garis Tony Boskovic
berasal dari Australia, misalnya, masih negara Grup I --
semestinya tak boleh.
Di Grup I, diperkirakan Selandia Baru menjadi juara. Saat ini
Selandia Baru menempati urutan teratas dengan 10 angka
kemenangan dari enam pertandingan. Tim lain tampak akan sulit
menggesernya. Kecuali jika Taiwan yang baru bermain sekali (dan
seri) memenangkan tujuh pertandingan sisa.
Juara Grup I masih akan bertarung dengan juara Grup II (Arab
Saudi), Ill (Kuwait), dan IV (RRC) kelompok Asia Oceania.
Pemenangnya akan dapat tiket Piala Dunia 1982 di Spanyol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini