PECAH lagi satu rekor nasional atletik. Yudhi Karmani
mengayunkan 54 kg badannya sejauh 5,74 m di nomor lompat jauh
putri. Itulah satu-satunya rekor baru dari Kejuaraan Atletik
Circuit Jawa III di Senayan pekan lalu.
Bekas pemegang rekor 5,63 m, Betty Sutoyo dari Jawa Barat kali
ini cuma melompat 0,22 m di bawah prestasinya tahun 1979. Ia
malah di bawah Irawati Subiono, spesialis lari gawang yang
menempati urutan kedua dalam lompat jauh (5,48 m).
Prestasi Yudhi Karmani, 22 tahun, agaknya wajar. Ia telah 3
bulan meninggalkan buku pelajaran komputer di (ASMI) Jakarta
untuk masuk pelatnas SEA Games. Kalau Betty Sutoyo cuma berlatih
sore di Bandung, Yudhi berlatih pagi dan petang. Dengan
bimbingan Pieter Noya, ia berlatih speed -- lari cepat 100 m --
selama 20 menit, kemudian latihan power (naik turun tangga atau
kotak) selama setengah jam, Latihan serupa itu kemudian
dirangkaikan dengan lari gawang selama setengah jam.
Gadis ini langsing setinggi 172 cm dan berkaca mata. Mulai
berlatih sejak usia 12 tahun, ia semula ingin menjadi atlet
lompat tinggi. Teknik sudah dikuasainya, tapi prestasi
lompatannya sudah lama tak bergerak naik dari 155 cm.
Bandingkanlah, Suwignyo, pemegang rekornas lompat tinggi putra
(199 cm), bisa melompat 34 cm lebih tinggi dari badannya.
Irawati Subiono sudah beberapa kali menembus rekor 15.7 detik
untuk lari gawang dalam latihan. Tapi larinya tak secepat itu
dalam kejuaraan resmi tadi. "Sepertinya ia kurang yakin
melompati gawang pertama dan kedua, sehingga larinya kurang
lancar, " keluh Pieter Noya.
Farbe Bupeno, yang melatih Mace Siahanaenia di tolak peluru
putri pun semula optimistis akan ada rekor baru 13 m. "Karena
kelewat percaya diri, Mace jadi kurang kontrol keseimbangan
badan sebelum menolak peluru," kata pelatih itu. Alhasil peluru
tolakan wanita asal NTT itu jatuh 10 cm di bawah rekornas 12,95
m.
"Dalam kejuaraan ini kita belum menuntut rekor-rekor baru. Nanti
di PON dan SEA Games," kata Bob Hassan, Ketua PB PASl (Persatuan
Atletik Seluruh Indonesia). Namun ia jelas membujuk diri setelah
melihat lambatnya perkembangan tolak peluru putra. Hasil tolakan
atlet nasional terbaik, Budi Dharma, masih kalah 1 meter dari
prestasi Mace Siahanaenia. Seorang pembina berpendapat bahwa
mungkin 4 tahun lagi rekornas 15,26 m yang dipatok Usman Effendi
sejak 1964 baru bisa dipecahkan.
PB PASI sudah mendatangkan pelatih dari Australia. Sementara itu
Macedan Budi Dharma serta 18 atlet lainnva dikirimnya berlatih 3
bulan di Jerrnan Barat, dengan harapan kelak mematok rekor lagi.
Kejuaraan se-Jawa pekan lalu itu berlangsung bersamaan dengan
Kejuaraan Terbuka Antar Klub DKI. Telah turut seluruhnya 1.112
atlet, melampaui peserta Kejurnas 1980. Dari jumlah itu mulai
tampak usaha pemassalan atletik. Dan ternyata PB PASI pun tidak
mengalami kesulitan mencari sponsor pertandingan. Bahkan
beberapa bank sudah menawarkan diri untuk membiayai atlet. "Dulu
Carolina (Rieuwpassa) sulit cari kerja sehingga harus ditampung
di Sekretariat PASI. Sekarang, bank-bank berebut cari atlet,"
tutur Bob Hassan.
Rupanya perlombaan olahraga antar bank (POR Bank) mulai ada
hikmahnya. Ketua Umum PASI DKI pun klni dipercayakan kepada
Direktur Utama BNI 1946, Widarsadipradja. Piala sumbangannya,
Widarsa Cup, menjadi rebutan antar klub atletik.
UMS, klub yang ditangani drg. Endang Witarsa dan Lelyana untuk
kedua kalinya pekan lalu memboyong Piala Widarsa, Namun ancaman
kini muncul dari klub Perkasa yang disponsori Bank Dagang
Negara. Dari ranking IV tahun lalu, Perkasa tahun ini jadi
runner-up. Ia menggeser Jayakarta, klub yang di biayai oleh
Yayasan Jaya Raya, yang didukung 40 perusahaan.
Bob Hassan menganjurkan kepada para atletnya agar jangan masuk
suatu perusahaan kalau tidak dapat gaji yang bagus dan
dispensasi waktu untuk berlatih. "Itu sudah kami dapat. Cuma
malu hati, kami yang di pelatnas datang ke kantor hanya untuk
ambil gaji," kata Yudhi Karmani. Atlet ini bergabung pada FMM,
suatu klub baru yang di sponsori PT Fajar Mas Murni yang punya
bisnis alat-alat besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini