Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kontrak Mahal Pelatih Andal

Pelatih lokal menjadi rebutan klub Divisi Utama Liga Indonesia. Nilai kontraknya menggiurkan.

2 Oktober 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUMAH berlantai dua di Karawaci, Tangerang, itu belum genap sebulan dihuni pemiliknya. Bau cat abu-abu muda yang membalut dinding rumah masih keras tercium. Panas matahari sore menyengat beranda karena belum ada satu pohon pun tumbuh di pekarangan. Tiga mobil dari merek berbeda-beda menjejali garasi. Sebuah skuter terjepit di pojokan.

Ketika Tempo mendatangi rumah itu, Rabu pekan lalu, Rachmad Darmawan membukakan pintu pagar. Sore itu, pelatih berusia 40 tahun yang sukses membawa Persipura Jayapura menjuarai Liga Indonesia 2005 ini sedang bercengkerama dengan istri dan kedua anaknya sambil menanti saat berbuka puasa.

Hawa dingin dari kotak penyejuk udara sesekali menyeruak ke luar ketika pintu rumah dibuka. Sebentar duduk di beranda, Rachmad mengajak Tempo berpindah ke bagian belakang rumah. Di teras kayu yang berada di atas kolam ikan, obrolan kembali dilanjutkan.

Rumah megah yang berdiri di atas tanah seluas 400 meter persegi itu, beserta mobil-mobil di garasi, merupakan bukti bahwa pelatih sepak bola Indonesia seperti Rachmad sudah ikut menikmati rezeki besar yang diputar dalam kompetisi olahraga terpopuler itu. Rachmad mendapat banyak rezeki setelah ia sukses membawa pasukan mutiara hitam Papua menjadi juara Liga Indonesia.

Pada musim kompetisi tahun ini, Rachmad menjadi rebutan klub papan atas. Persija, klub yang digasak Persipura di laga final, akhirnya menggaetnya dengan bayaran menggiurkan. Nilainya tak jelas benar, tapi ketika itu beredar dari mulut ke mulut julukan untuk dirinya sebagai ”Pelatih Satu Miliar.” Rachmad hanya tertawa lebar menjawab sebutan itu.

Bintang Rachmad tak pudar kendati pada musim kompetisi lalu Persija gagal menjadi juara liga. Padahal prestasi tim Macan Kemayoran di tangannya kurang bersinar dibanding musim sebelumnya. Klub asal Ibu Kota yang bertabur pemain mahal itu hanya mampu melangkah hingga babak delapan besar. Dalam ajang Copa Indonesia, Persija tak kuasa meladeni Persipura di babak semifinal.

Kegagalan itu membulatkan tekad Rachmad untuk mundur sebagai pelatih Persija. Tapi sawabnya sebagai pelatih andal ternyata tak serta-merta redup. Belum lagi surat pengunduran diri dibuat, tiga klub—PSMS Medan, Persebaya Surabaya, dan Sriwijaya FC—berebut memboyongnya sebagai pelatih. Ketiga klub yang serius mengincar gelar juara untuk musim 2007 itu mengiming-iminginya dengan tawaran kontrak kakap.

Rachmad akhirnya menerima pinangan Sriwijaya FC, klub yang bermarkas di Palembang, Sumatera Selatan. Tapi nilai kontak tetap menjadi misteri. Cuma terdengar kabar, bayaran Rachmad kali ini melonjak jadi Rp 1,5 miliar. Benarkah? Sayang, Rachmad tetap mengunci rapat mulutnya. Ia hanya berkomentar, tanpa membantah atau membenarkan. ”Bayaran itu wajar untuk pelatih saat ini,” itu katanya.

Bila benar kontrak Rachmad mencapai Rp 1,5 miliar, itu berarti hampir dua kali lipat melampaui bayaran Arcan Iuri Anatolievici, Pelatih Persib Bandung asal Moldova, yang mengaku dibayar Rp 850 juta. Padahal Arcan, pelatih Persija pada musim 2005, disebut-sebut sebagai pelatih asing termahal saat ini.

Laiknya pelatih kenamaan di liga-liga Eropa, Rachmad menyerahkan urusan negosiasi kontrak kepada agennya, Eddie Syah. Ketimbang terlibat dalam tawar-menawar kontrak, ia lebih memilih berkaraoke bersama keluarga di rumah. ”Lebih enak orang lain yang ngurusin,” kata marinir berpangkat kapten ini.

Perjalanan Rachmad di dunia sepak bola cukup panjang. Sebelum menjadi pelatih, ia pernah menjadi pemain dan memperkuat Provinsi Lampung di PON 1985. Seusai PON, ia direkrut Persija, dan bertahan selama tujuh musim. Ia juga pernah merumput di Liga Malaysia bersama klub Army Forces musim 1992-1993, sebelum kembali ke Persija. Sejak musim 1996, Rachmad bergabung dengan Persikota, klub yang ketika itu berada di Divisi II Liga Indonesia.

Setelah mundur sebagai pemain, lulusan Fakultas Olahraga IKIP Jakarta ini memulai karier kepelatihan di Persikota Tangerang. Mula-mula sebagai asisten pada periode 1998-2000, setelah itu menjadi pelatih kepala hingga musim 2004. Saat itu Persikota berada di peringkat lima besar Liga.

Di Persikota, Rachmad menyerap ilmu dari pelatih senior seperti Andi Lala dan Henk Wullem. Ia juga berulang kali ikut kursus kepelatihan yang diadakan FIFA, baik di dalam maupun di luar negeri. Kendati tergolong pelatih muda, Rachmad mampu menerapkan ilmu yang ia peroleh di lapangan. Dengan menyertakan Persipura dan Persija, Sriwijaya FC akan menjadi klub keempat yang ia tangani.

Bakat sebagai pelatih andal juga ada pada diri Subangkit. Pelatih berusia 50 tahun itu dianggap sukses mengangkat Persekabpas Pasuruan, Jawa Timur, dari Divisi Satu ke Divisi Utama musim 2005. Berkat tangan dinginnya, setahun kemudian Laskar Sakera bahkan mampu menembus empat besar Liga Indonesia.

Nilai lebih yang dimiliki Subangkit, klub yang ia komandani hampir tanpa pemain bintang. Prestasi itu membuat klub promosi seperti Pelita Jaya Purwakarta, Persiku Kudus, dan Persebaya Surabaya berebut ingin mengontraknya. Pelita Jaya telah resmi meminang dengan nilai kontrak Rp 450 juta. Persiku Kudus menawar Rp 475 juta. Adapun angka tawaran dari tim Bajul Ijo masih ia rahasiakan.

Tawaran kontrak yang menggiurkan itu membuat Subangkit oleng. Hatinya masih di Pasuruan, kota kelahirannya, tapi ia ragu untuk terus bertahan setelah kontraknya habis pada Desember mendatang. Maklum, di Persekabpas ia cuma mendapat bayaran Rp 300 juta selama satu musim. Subangkit akhirnya meminta klubnya menaikkan kontrak sampai dua kali lipat. ”Karena banyak yang menawar, saya minta (kontrak) segera dinaikkan,” ujarnya di rumahnya yang besar dan masih dalam tahap renovasi di Pasuruan.

Ia mematok tenggat kepada pengurus Persekabpas pada pertengahan Oktober untuk memberikan jawaban. Sambil menunggu, Subangkit kini banyak menghabiskan waktu dengan bermain bulu tangkis di lapangan kecamatan, dekat rumahnya. ”Bulu tangkis ampuh untuk menurunkan stres,” kata bapak dua anak yang sudah 14 tahun jadi pelatih itu.

Tentu angka kontrak tinggi lebih ampuh membabat stres.

Adek Media Roza, Rohman Taufiq (Pasuruan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus