ABURIZAL Bakrie gusar. Sebagai Ketua Yayasan Pelita Jaya -- yang menaungi beberapa cabang olahraga, antara lain tenis -- bos Bakrie Brothers ini mengirim surat ke PB Pelti. Isinya mempertanyakan dicoretnya Abdul Kahar M.I.M. dari tim nasional ke Piala Davis dan Asian Games Beijing. Inilah buntut dari pengumuman Ketua Umum PB Pelti Moerdiono, pekan lalu, yang menetapkan hanya empat nama untuk Piala Davis dan AG Beijing. Kedua turnamen ini kebetulan semuanya berlangsung di Cina, pada waktu yang berbeda. Keempat petenis itu adalah Suharyadi, Daniel Heryanto, Bonit Wiryawan, dan Benny Wijaya. Yang digusarkan Ical, begitu Aburizal biasa dipanggil, alasan dicoretnya Kahar MIM. "Kalau Kahar tidak punya kemampuan, itu lain. Abdul Kahar adalah juara nasional, juara PON, dia masih muda, jadi apa yang kurang?" kata Ical, agak keras. Ical mendengar kalau Kahar dicoret dengan alasan tidak disiplin berlatih. Memang, Kahar pernah sakit selama dua hari dan mangkir berlatih. Untuk sakitnya itu, ada bukti surat dokter. "Jadi, alasan tidak disiplin itu tidak bisa saya terima," kata Ical, tetap keras. Non-playing captain tim Indonesia, Tintus Arianto Wibowo, menyebutkan bahwa Kahar memang sakit. "Tapi yang menentukan masuk tidaknya Kahar itu PB Pelti Iho, bukan saya," kata Tintus pada Ahmad Taufik dari TEMPO. Tintus membenarkan bahwa Kahar dua kali tidak berlatih, kendati pelatih Peter Flatzer yang asal Austria itu sudah muncul di lapangan. Jadi, menurut Tintus, pencoretan Kahar semata-mata ihwal sakit itu. "Terakhir di pelatnas ia bagus. Tapi kalau sakit, ya, nggak bisa ikut," kata Tintus lagi. Adapun penggantinya, Benny Wijaya, 16 tahun, masih jauh di bawah Kahar. Tapi, "Dia kan pemain ketiga, kemungkinan jadi cadangan. Lagi pula, dia masih yunior, sehingga tidak bisa dibandingkan dengan Kahar," kata Tintus. Ketua Komite Pertandingan PB Pelti, Martina Wijaya, menilai bahwa masuknya Benny sudah dipertimbangkan Pelti. "Kita perlu mulai dari bawah, kalau perlu dari nol. Yang penting masa depan," ujar Martina, mengutip pesan Moerdiono. Martina sendiri mengakui ingin memasukkan Kahar, yang baru berusia 21 tahun itu, ke dalam tim. Namun, ia mendengar Kahar sakit serius. "Jadi, kondisi badan juga dipertimbangkan," ujarnya. Rupanya, selama ini tak ada kejelasan seberapa serius Kahar sakit. Pihak Pelita Jaya dan Kahar sendiri hanya mendasarkan pada keterangan dokter yang hanya butuh absen berlatih dua hari. PB Pelti memandangnya lain. Namun, Abdul Kahar memang sial terus. Ketika daftar anggota pelatnas Piala Davis dan AG Beijing diumumkan awal tahun ini, namanya tak tercantum. Pemuda Samarinda ini dinilai Pelti tak berkembang prestasinya. Ini menyengat Kahar. Lalu perebut medali emas PON XII yang di final mengalahkan Daniel Heryanto itu membuktikan masih berprestasi. Di turnamen Tenis Volvo Sirkit Asia Tenggara di Jakarta, Februari lalu, Kahar mengalahkan Benny Wijaya. Sejak itu, namanya kembali dimasukkan Pelti ke anggota pelatnas. "Saya sudah dipanggil lagi dan saya tak ingin membuang kesempatan bagus ini," ujar Kahar pada Bola, ketika itu. Saat itulah Kahar yakin akan terpilih ke Beijing. "Kalau cara pemilihannya fair, misalnya lewat seleksi sesama pemain di pelatnas, saya yakin akan terpilih," katanya. Yang terjadi sebaliknya. Ia justru out. Dan ia kecewa sekali. Setelah tahu tak terpilih, Kahar langsung meninggalkan mess klub Pelita Jaya di Bintaro. Ia pulang ke rumahnya di Bekasi. Aburizal Bakrie, yang sangat fanatik dengan hobi tenisnya ini, melihat dicoretnya Kahar akan berakibat buruk untuk klub-klub tenis. "Tindakan ini tidak merangsang klub-klub. Pembinaan pemain itu semua dibayari klub. Dan itu juga merusak pemain," kata Ical. Saking kesalnya, Ical sempat "menasihati" Kahar agar pindah klub saja -- ke klub milik pengurus PB Pelti. "Daripada kariernya hancur. Dia kan masih muda," ujar Ical agak menyindir. Ical tak hendak mencampuri otoritas Pelti dalam menentukan pemain. Hanya saja, ia tak bisa menerima alasan yang dikemukakan itu. Yang sangat disayangkan Ical "Pak Moer sampai mendapat laporan yang salah." Sebenarnya, kalaupun Kahar masuk dalam tim Piala Davis, kemungkinan turun bertanding melawan Cina di Beijing, 4-6 Mei nanti, juga kecil. Artinya, kemungkinan ia jadi pemain cadangan. Adalah lebih pas menurunkan Suharyadi di tunggal pertama. Heri, panggilan Suharyadi, pernah mengalahkan unggulan pertama Cina, Pan Bing, dua tahun lalu. Pan Bing ini pada Juli 1989 lalu, di turnamen Green Sands, pernah mengalahkan Daniel Heryanto dan juga Tintus. Lalu, yang turun di tunggal kedua tampaknya adalah Daniel Heryanto. Prestasi Kahar dan Daniel sebenarnya berimbang. Buktinya, di final PON XII Kahar mengalahkan Daniel. Cuma, kalau alasan sakitnya Kahar benar, memang agak riskan menurunkannya. Di Piala Davis nanti, akan dipertandingkan empat partai tunggal dan satu partai ganda. Dua pemain tunggal di kedua tim akan berhadapan silang. Kalau saja Kahar masuk tim dan bisa turun di tunggal kedua, memang Daniel Heryanto bisa konsentrasi di ganda bersama Bonit Wiryawan. Namun, Pelti rupanya memilih Daniel di tunggal kedua. Apa pun alasannya, Kahar tampaknya perlu dicoba lagi, tak usah "dibuang" begitu saja. Bukankah ia pemain jadi yang hanya perlu dipoles pengalaman bertandingnya. Seperti halnya kesempatan yang kini tengah diberikan pada Suzanna dkk. ke Eropa, atau juga Boniet dan Daniel ke Italia. Giliran Kahar kapan? Toriq Hadad, Liston P. Siregar, dan Ardian T. Gesuri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini