SIAPA pemilik hak siar drawing Piala Dunia 1994 di Indonesia? Jawabnya: TVRI dan RCTI. Maka, tidak usah heran jika kedua stasiun televisi itu menyiarkan acara undian tersebut bersamaan, Senin pekan lalu. "Siaran ini tidak eksklusif. Semua stasiun TV bisa menyiarkan asal membayar hak siarnya," kata M.P.P. Tampubolon, kepala seksi siaran olahraga TVRI. Cuma, jauh sebelum dibilang tak eksklusif itu, Europe Broadcasting Union (EBU), yang punya hak mendistribusikan dan menayangkan acara ini, menetapkan acara ini eksklusif. Maka, acara itu mula-mula ditawarkan pada empat stasiun di wilayah Asia Pasifik. Hak siarnya 2,5 juta dolar AS, atau masing-masing membayar 625 ribu dolar AS. Sebuah stasiun TV (bukan TVRI) di Indonesia siap membeli hak itu. Tapi, tiga stasiun TV di luar Indonesia tak sanggup membayar. EBU lalu banting harga menjadi hanya 15 ribu dolar AS, dan siapa pun boleh membelinya. Obral ini dicaplok TVRI dan RCTI. Hak siar acara undian terpisah dengan acara pertandingan Piala Dunia 1994. Tapi, pemirsa, jangan khawatir. Dari 52 pertandingan nanti, semuanya bisa Anda tonton langsung. Untuk wilayah Asia, hak siar itu diatur lewat ABU (Asian Broadcasting Union). Karena di Indonesia anggota ABU ada tiga, yaitu TVRI, RCTI/SCTV, dan TPI, hak siar diserahkan kepada anggotanya. Tarifnya sekitar Rp 30 juta, sekali tayang. TVRI, perintis berdirinya ABU, sesuai dengan kesepakatan, diminta mengatur jatah penayangan. "Piala Dunia 1994 ini kan sudah dibicarakan di ABU sejak 1990, sebelum RCTI jadi anggota. Jadi, wajar kalau TVRI dapat kehormatan itu," kata Alex Kumara, Vice President PT RCTI. Pembagiannya begini. TVRI menayangkan 20 kali, sedang RCTI/SCTV dan TPI masing-masing 16 kali. Untuk keperluan peliputan ini, RCTI akan mengirimkan 12 orang ke Amerika. Biayanya besar, tapi Alex mengaku belum menghitungnya. Yang pasti, Alex optimistis biaya itu akan tertutup sponsor. "Kalau tidak tertutup, ya, dari mana kami hidup," katanya. Berbeda dengan RCTI, TVRI justru sudah mematok biaya peliputan, kendati dananya masih di awang-awang, yaitu sekitar Rp 700 juta. "Kami akan mencari partisipan yang mau membantu," kata M.P.P. Tampubolon kepada Juwarno dari TEMPO. Kru yang dikirimnya enam orang. Sekadar gambaran, pada saat drawing, tiga reporter TVRI yang dikirim ke sana selama 10 hari menghabiskan biaya sekitar Rp 30 juta. Bentuk partisipasi masyarakat itu jelas bukan iklan. Dulu, tiap menonton siaran langsung terpampang kalimat "Acara ini terselenggara berkat kerja sama dengan Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah dan iuran Anda". Setelah SDSB diberangus, kini kalimat itu tentu berubah, misalnya, "Berkat kerja sama dengan Indocement." Dana dari iuran televisi jelas tak mencukupi. Siapa mau berpartisipasi? TVRI, antara lain, akan mendapat bagian menyiarkan acara semifinal dan final. Ia bermarkas di Dallas, kota yang dipakai ABU mendistribusikan penyiarannya ke berbagai stasiun TV penyewa. RCTI akan membuka studio mini di kantor perwakilannya di Los Angeles.Widi Yarmanto dan Sri Wahyuni
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini