Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Memancing minus umpan

Atlet balap sepeda merajai triatlon krakatau 1993. lomba internasional tanpa atlet asing. selain kurang promosi, hadiahnya dianggap impas saja.

1 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TRIATLON Krakatau 1993 di Bandarlampung, Minggu dua pekan lalu, minus atlet asing. Lomba yang terdiri tiga etape (renang, bersepeda, dan lari) ini memunculkan Fany Gunawan dan Selly Kuntari sebagai juara. Mereka masing-masing menerima hadiah Rp 5 juta. Keduanya juara Triatlon Madura 1992. "Ini penampilan saya terakhir dalam lomba triatlon," kata Fany, 36 tahun. Bekas atlet balap sepeda yang sembilan kali ikut triatlon ini sebelumnya meraih gelar juara di Triatlon Borneo 1993 di Malaysia, berhadiah Rp 10 juta. Dengan segudang pengalaman itu, Fany yakin bakal juara. Dalam nomor renang 3 km di laut sekitar Pulau Sulah, Fany tercecer di urutan ke-30. Pada etape bersepeda di jalan aspal dan tanah perkebunan sejauh 60 km, ia unggul. Dan Fany makin mantap untuk etape lari 10 km dalam Kota Bandarlampung. Total, Fany menempuh 3 jam 49 menit 02 detik. Pelatih balap sepeda yang juga menekuni bisnis sepeda ini menyiapkan latihannya dengan memprogramkan sendiri. Misalnya, tiap hari ia berlatih 1-2 jam, untuk lari, bersepeda, dan digabung renang. Di bagian putri, setelah menempuh waktu 4 jam 58 menit 39 detik, Selly Kuntari jadi juara. Atlet nasional balap sepeda ini mengaku berlatih rutin dibimbing ayahnya, Katam. "Meski tertinggal setengah jam dalam renang, saya yakin bisa mengejar di nomor sepeda," kata Selly, 20 tahun, mahasiswi ASMI Jakarta. Ia benar. Tapi, hadiah Rp 5 juta itu, menurut Katam, kurang memadai. Dengan empat anggota tim (Katam, Selly dan adiknya, Enty, sebagai atlet, serta seorang pelatih) jumlah itu jika dihitung- hitung biaya ke Lampung dan hadiahnya impas. Lomba ini diikuti 132 orang dari 192 yang mendaftar. Dan yang gugur karena tak memenuhi syarat kesehatan. "Kami tidak ingin ada peserta yang celaka," ujar Kolonel Marinir Soejanto, ketua pelaksana lomba. Ia tak ingin terulang ada peserta meninggal kena serangan jantung saat berenang, seperti di Triatlon Jakarta tahun 1991. Lomba di Lampung itu dianggap kurang semarak, sehingga niat mempromosikan tempat wisata sembari berprestasi tak dapat sambutan hangat. "Triatlon Krakatau 1993 kurang promosi, makanya peserta asing tidak ada," kata Soejanto kepada wartawan TEMPO Kolam Pandia. WY

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus