Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Olimpiade 1984: Bisnis & Politik

Pawai obor Olimpiade membangkitkan heroisme rakyat Amerika Serikat. Uni Soviet menuduhnya komersialisasi Olimpiade.

28 Juli 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA pembawa obor terakhir masuk Stadion Los Angeles Coliseum, menyulut cauldron, dan Presiden Reagan menyatakan bahwa Olimpiade XXIII secara resmi dibuka 28 Juli ini, maka dunia untuk pertama kalinya akan menyaksikan bagaimana pesta olah raga itu diselenggarakan dengan semangat entrepreneur Amerika yang tinggi. 

Belum pernah disiarkan secara terbuka berapa kerugian yang diderita kota- kota yang pernah menjadi tuan rumah selama ini. Yang jelas, Montreal yang menyelenggarakannya dengan semangat amatirisme, telah mengeluarkan US$ 1,5 milyar tahun 1976. Moskow, empat tahun kemudian, melemparkan US$ 9 milyar. Tetapi Los Angeles, yang tidak kecipratan bantuan keuangan pemerintah seperti tuan rumah sebelumnya, melainkan semata-mata digerakkan badan swasta, malahan akan panen uang.

Sebagai kota yang pernah menjadi tuan rumah tahun 1932, Los Angeles telah mewarisi fasilitas olah raga yang memang sudah lengkap, meskipun tampak sudah tua. Karena itu, Los Angeles Olympic Committee hanya memerlukan modal dasar sekitar US$ 505 juta untuk menyelenggarakan keramaian yang akan berlangsung selama 16 hari, hingga 12 Agustus mendatang itu. Kalaupun ada pembangunan gelanggang baru, hanyalah velodrome, untuk balap sepeda. Sedangkan itu merupakan sumbangan jaringan kedai P&D "7 eleven". Begitu pun kolam renang, yang juga berharga sekitar US$ 4 juta, dihibahkan jaringan restoran hamburger, McDonald.

Dengan sikap berhemat seperti itu, panitia penyelenggara, yang sepenuhnya swasta, barangkali tidak akan merugi. "Kami optimistis biaya yang tersediakan berlebih," kata George Broder, 29, juru bicara panitia penyelenggara kepada wartawan TEMPO Bambang Harymurti yang datang meninjau Los Angeles akhir Juni yang lalu.

Broder tidak mengunakan kata "keuntungan", melainkan kelebihan dana. Sebab, menurut dia, panitia bukan lembaga pencari keuntungan (nonprofit). Tetapi apapun namanya, dan hak siaran yang diberikan kepada jaringan televisi ABC, panitia sudah bisa menutup hampir separuh dari dana yang diperlukan. Besarnya hak siaran itu US$ 225 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Belum lagi dari 7,7 juta karcis yang disediakan, yang diperhitungkan akan mendatangkan keuntungan US$ 15 juta. Ditambah lagi dari 32 perusahaan raksasa yang menjadi sponsor. Tiap perusahaan menyetor sumbangan yang bergerak dari US$ 4 juta sampai US$ 13 juta, dalam bentuk uang tunai, baik jasa maupun barang. Produsen jin, Levi Strauss, misalnya, mendandani 700 atlet dan pelatih Amerika Serikat yang ambil bagian dalam Olimpiade itu. Begitu pula terhadap 40.000 tenaga staf panitia penyelenggara. Mulai dari ketuanya, Peter Ueberroth, sampai tukang parkir. Sementara itu, IBM mengirimkan 200 komputer lengkap dengan programmer-nya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semua keuntungan yang diperoleh panitia akan diserahkan kepada Komite Olimpiade AS dan badan-badan yang mengurus olah raga amatir. Komite Olimpiade Internasional memperoleh setoran sebesar sepertiga dari hasil penjualan hak siaran kepada ABC.

Buat Kota Los Angeles, Olimpiade ini jelas membikin kehidupan lebih semarak. Tujuh puluh ribu lapangan kerja baru terbuka gara-gara pesta olah raga ini. Kota yang bersempadan dengan Hollywood itu diperhitungkan akan memperoleh keuntungan ekonomis US$ 3,3 milyar.

Tetapi Olimpiade sekali ini tidak hanya berarti uang buat Amerika. Dia juga ternyata berhasil membuka pintu kembali kepada rakyatnya untuk menunjukkan heroisme mereka. Uang dan heroisme kelihatannya memang membaur dalam upacara arak-arakan membawa lari api Olimpiade dari New York ke Memorial Coliseum di Los Angeles.

Api Olimpiade itu disulut di reruntuhan Olympia di Yunani, dan tiba di New York dua belas jam kemudian setelah diterbangkan pesawat jet tempur AS bulan Mei lalu. Cuaca ketika obor itu akan dilarikan dari depan gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa memang agak melesukan. Angin kencang disertai gerimis dan kabut. Dari situ obor itu dilarikan secara beranting menembus jarak 15.000 kilometer dan memintasi 33 negara bagian AS. Upacara obor ini berlangsung selama 82 hari.

Estafet melarikan obor Olimpiade ini disponsori perusahaan telepon AT&T. Dalam karavan mobil yang disediakan perusahaan itu terdapat 200 pelari. Tetapi AT&T juga memberikan kesempatan kepada penduduk setempat untuk melarikan obor yang beratnya sekitar 2 kg itu. Tetapi mereka harus membayar US$ 3.00 untuk satu kilometernya. Sedangkan uang itu nantinya akan diserahkan kepada berbagai organisasi olah raga pemuda-pemudi. "Saya pikir tak apalah," kata seorang kakek di Tioga Texas. "Patriotisme. Anda sudah sulit menemukannya," katanya pula. 

Demikianlah. Terkadang sekelompok masyarakat di suatu kota kecil membayar sumbangan US$ 3.000, sementara yang melarikannya adalah seorang pelari buta atau tuli. Jay Rowell, 14, dari Texas, memperoleh donor, seorang pedagang mobil. Orang inilah yang membayarkan sumbangan. Untuk si Rowell yang lumpuh itu kemudian dibuatkan kursi roda khusus. Dia sendiri berlatih pada malam menjelang gilirannya membawa obor itu. "Saya mendorong dan berputar di blok tempat tinggal saya empat kali, yang keseluruhannya berjarak tiga mil, supaya badan saya siap," katanya bangga.

Ke mana saja obor itu lewat, rakyat menyambut di tepi jalan. Mereka melambaikan bendera, terkadang diikuti kumandang lagu kebangsaan. Kalau malam hari, orang-orang keluar membawa lilin dan melambai-lambaikannya kepada pelari. Sering pula yang menonton spontan melompat ke jalan dan berlari beriring-iringan dengan pembawa obor. "Obor ini telah membakar hati negeri ini," tulis seorang wartawan.

Tetapi jauh dari pantai Amerika, patriotisme itu memperoleh gambaran lain. Uni Soviet, yang memimpin 13 negara pendukung yang berada dalam orbitnya, menuduh sebagai komersialisasi Olimpiade. Sikap ini menurut Soviet bertentangan dengan piagam Olimpiade. Soviet juga menuduh panitia mengeruk keuntungan dari peserta. Dia menuduh panitia telah mengambil keuntungan dari uang yang disetorkan peserta untuk ongkos penginapan. Uang itu dimasukkan panitia ke bank, katanya, dan panitia memetik bunganya. 

Tuduhan itu merupakan rangkaian dari banyak alasan Uni Soviet untuk menyatakan tidak akan ambil bagian dalam Olimpiade Los Angeles. Tetapi yang terpenting adalah tuduhannya bahwa Los Angeles telah membuka ancaman keamanan langsung kepada atletnya dengan membiarkan kelompok emigran melancarkan sikap anti-Soviet.

Kelompok itu adalah kelompok koalisi dari organisasi anti-Soviet yang dipimpin oleh David Balsiger, seorang pimpinan perusahaan periklanan. Kebenciannya terhadap Uni Soviet meluap setelah pengalaman tahun 1968. Saat itu dia sedang berkeliling di daerah perkampungan Uni Soviet dan menemukan pengalaman pahit ketika dikejar seorang petani dengan garpu rumput, hanya karena dia seorang Amerika.

Sasaran organisasi ini adalah membujuk atlet Uni Soviet atau blok Timur lainnya untuk membelot ke dunia bebas di Barat. Balsiger merencanakan memasang plakat besar dengan tulisan raksasa: "Mau membelot, telepon ...." Kabarnya, sekitar 500 rumah penampungan untuk mereka yang membelot sudah pula disiapkan. Organisasi anti-Soviet ini juga merencanakan berdemonstrasi di 100 gelanggang Olimpiade. Dan merencanakan sekitar 200 orang membelot dari blok Soviet ke Barat.

Tetapi rencana organisasi ini kemudian menjadi pukulan berat terhadap Amerika. Dengan alasan keamanan, Soviet, Mei lalu, menyatakan memboikot pertemuan olah raga empat tahun sekali itu. Sekaligus membalas aksi boikot Amerika Serikat terhadap Olimpiade Moskow 1980. Ketika itu AS memboikot karena serbuan tentara Uni Soviet ke Afghanistan.

Pemboikotan terhadap Olimpiade Los Angeles tercatat sebagai peristiwa kelima kalinya bagi gerakan olah raga itu secara berturut-turut dicemari virus politik. Darah mengucur di Meksiko tahun 1968 ketika satuan keamanan menembak kaum demonstran yang menentang pesta olah raga yang berlangsung dengan mewah, sementara kehidupan rakyat serba pahit.

Kemudian teroris PLO membantai atlet Israel di Munich tahun 1972. Negara-negara Afrika empat tahun kemudian melancarkan boikot terhadap Montreal karena diterimanya Selandia Baru, yang mengadakan kunjungan keliling di Afrika Selatan (Afrika Selatan dikeluarkan dari Olimpiade karena politik perbedaan warna kulitnya). Tahun 1980 AS memboikot Moskow. Dan sekarang AS menerima balasannya.

Jotosan Soviet ini tidak hanya mengenai Presiden Reagan yang ingin melihat Los Angeles sukses besar, sehingga prestisenya naik menjelang pemilihan preslden akhir tahun ini. Begitu besarnya keinginan Reagan sampai-sampai ada wartawan yang berkelakar, dia rela mengganti lagu resmi Los Angeles Rhapsody in Blue menjadi Rhapsody in Red.

Panitia penyelenggara juga kena getah. Begitu mendengar Soviet memboikot, jaringan televisi ABC menuntut perundingan kembali mengenai hak siaran. "Mereka telah membayar 160 juta, dan sedang merundingkan yang 65 juta dolar lagi," kata George Broder dari panitia penyelenggara.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan sponsor juga mendengar keputusan Soviet itu bagaikan gempa. Mereka menganggap, minat terhadap Olimpiade pasti menurun. "Gelanggang itu bagaikan perdebatan dengan sebuah kursi kosong," komentar Robert Buchanan, wakil direktur perusahaan periklanan J. Walter Thompson. Tetapi kemudian dia menambahkan pula dengan penuh harapan. "Mungkin patriotisme akan mengakibatkan orang Amerika bersatu di sekitar Olimpiade. Kontroversi sering menarik publik yang lebih besar," katanya. Siapa tahu dia bisa benar. Sebab, dari jumlah peserta, Los Angeles mencatat rekor peserta terbanyak: 142 negara dengan jumlah atlet sekitar 8.000.

Negara-negara peserta tidak merasa terhambat dengan aksi boikot Uni Soviet. Mereka (terutama negara Asia Afrika) juga tidak entar dengan ancaman kaum superrasialis Ku Klux Klan yang mengancam akan membunuh atlet-atlet kulit berwarna kalau mereka berani berdefile di Stadion Memorial Coliseum: "Sejak zaman kuno, Olimpiade adalah untuk kulit putih. dan jika kulit hitam atau kuning muncul di Los Angeles, mereka akan digantung atau ditembak," begitu surat ancaman Ku Klux Klan yang diterima Komite Olimpiade RRC, Jepang, Filipina, Senegal, Malaysia, Singapura, Zimbabwe, Korea Selatan, Hong Kong, dan Sri Lanka.

Surat itu bercap pos Maryland, AS, dengan gambar anggota Ku Klux Klan berjubah putih, sedang menunggang kuda dan membawa salib yang sedang terbakar. AS menganggap surat ancaman itu merupakan kampanye Uni Soviet untuk mengalihkan perhatian dunia. Ketika ditanya wartawan menteri luar negeri AS, George Shultz, yang sedang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Jakarta untuk berdialog dalam pertemuan tahunan menlu-menlu ASEAN awal Juli, menyebutkan bahwa surat itu adalah kampanye disinformasi. Beberapa hari kemudian kementerian luar negeri AS menuduh Soviet berada di belakang surat-surat itu. Tapi Soviet membantahnya dengan mengatakan, tuduhan itu "tak bisa dimaafkan". 

Sekarang, ketika permusuhan politik sudah begitu merasuk dalam gerakan Olimpiade, muncul beberapa gagasan untuk menyelamatkannya. Tak lama setelah Moskow menyatakan memboikot Los Angeles pada bulan Mei, Yunani mengulangi usul yang pernah dilontarkannya untuk menjadikan negara itu sebagai tempat penyelenggaraan permanen Olimpiade. Sebagaimana yang telah dilakukannya selama 1.000 tahun dalam babakan Olimpiade Kuno yang berakhir tahun 393.

Tetapi Juan Antonio Samaranch, ketua Komite Olimpiade Internasional, dan beberapa pejabat teras di badan itu menolak. Sebab, sebagai anggota NATO sulit untuk dikatakan bahwa negara itu benar-benar netral. Ada pula yang berpikiran untuk menyelenggarakannya di Swiss. Tapi pikiran ini juga sulit mendapat dukungan, karena dikhawatirkan gerakan Olimpiade justru akan menonjolkan netralitas Swiss, sehingga cita-cita Olimpiade sendiri tersisih.

Pun ada pikiran untuk mempreteli cabang olah raga. Tiap cabang menyelenggarakan pestanya sendiri, seperti yang sudah dilaksanakan atletik melalui kejuaraan atletik dunia di Helsinki, pertengahan tahun silam.

Di sana atlet Amerika dan Soviet bisa bertanding dan berangkulan dalam suasana sama sama didorong slogan Olimpiade yang berbunyi: Lebih Cepat, Lebih Tinggi, Lebih Kuat (Citius, Altius, Fortius). Tapi ini menyimpang dari cita-cita untuk mempersatukan pemuda dari seluruh dunia dalam satu atap yang besar.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Olimpiade 1984: Bisnis & Politik"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus