Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Lawatan Bola Rotan

Sepak takraw baru dikenal di indonesia tahun 1971. di malaysia sejak 1945. pemain indonesia dalam uji coba di malaysia tampak belum kompak. indonesia akan mengikuti kejuaraan asean dan seap games.(or)

20 November 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPAKTAKRAW (permainan bola rotan) bukanlah sesuatu yang asing bagi Indonesia. Olahraga yang di sini lebih populer dengan nama sepakraga itu telah lama menjadi bagian seni permainan anak negeri. Di Sulawesi Selatan permainan sepakraga dulu hampir selalu dipertunjukkan dalam setiap perhelatan kaum bangsawan. Di kalangan rakyat sendiri pun tak kurang digemari. Pemain legenda sepakbola nasional, Ramang pada awal karirnya dikenal sebagai pemain sepakraga yang jempolan di Ujung Pandang (d/h Makassar). Tapi sepakraga yang dikenal masyarakat di masa lalu berlainan dengan permainan sepaktakraw sekarang. Dulu lapangannya berbentuk lingkaran manusia. Dan ketrampilan seseorang itu diuji dari kelihaiannya mempermainkan bola rotan itu tanpa menyentuh tanah. Di Semenanjung Malaysia, seni permainan sepakraga serupa tercatat dimainkan rakyat sejak abad ke-l 5 . Sebagaimana olahraga yang lain sepakraga juga mengalami evolusi dalam perkembangannya. Di tahun 1945, Malaysia mulai mengintrodusir penggunaan jaring (net) dan peraturan permainan sepakraga secara umum. Sehingga permainan anak negeri ini bisa dipertandingkan seperti lazimnya olahraga. Di tahun 1965 keseragaman permainan ini pun diperluas di kawasan Asia. Dan sekaligus diresmikan terbentuknya Federasi Sepaktakraw Asia yang dipelopori oleh Laos, Thailand, Singapura dan Malaysia. Selepas itu sepaktakraw pun masuk menjadi mata acara pertandingan dalam South East Asian Peninsular Cames. Tanpa Alas Di Indonesia perubahan sistim permainan sepakraga yang diperkenalkan Malaysia bersama negara semenanjung lainnya ternyata tidak begitu dikenal luas. Di Sulawesi Selatan masyarakat tetap bermain dengan cara lama. Adanya rerubahan sistim permainan sepakraga ini baru dikenal Indonesia ketika tokoh olahraga Malaysia, Mohamad Khir Johari mengadakan eksibisi di sini, tahun 1971. Dan pada waktu itu tercapailah kesepakatan antara Khir Johari dan Dirjen Olahraga (sekarang Irjen P & K), Soepardi untuk juga mengembangkan sepakraga secara massal di Indonesia. Dua pekan selepas Indonesia mengenal sistim permainan sepakraga baru ini, undangan pun dilayangkan oleh panitia Pesta Sukan (1971) di Singapura untuk ikut ambil bagian di sana. "Ketika itu team Indonesia tak berhasil meraih satu angka pun dari lawan", cerita Soepardi di depan majelis jamuan makan malam di "Holiday Inn", Kuala Lumpur, akhir Oktober lalu. "Itu dulu. Kini, 5 tahun berselang kami datang kembali untuk memperlihatkan kepada saudara-saudara kemajuan yang kami capai atas hasil pembinaan bersama dengan Malaysia". Di tahun 1974 Indonesia mendapat bantuan seorang pelatih dari Malaysia untuk masa 1 1/2 bulan. Apa yang diperlihatkan ketiga regu Indonesia -- team I: Andri, Muslimin, dan Buhala team II: Kahar, Wahab, dan Musa team III: Syaiful, Sukemi, dan Hatta -- di balai serbaguna Datuk Keramat, Selangor, Selasa 26 Oktober petang boleh dicatat menggembirakan dibanding hasil 1971 lalu. Sekalipun mereka belum berjaya mencetak kemenangan regu I kalah 15-7 dan 15-8, regu II mencatat seri 15-10 dan 11-15 (pertandingan lanjutan tidak diteruskan) dan regu III kalah 15-6 dan 15-6. Namun sore itu pemain-pemain Indonesia telah memberikan perlawanan yang berarti. "Kemajuan yang dicapai Indonesia memang terlihat dibandingkan dulu", komentar Wakil Ketua Persatuan Sepaktakraw Selangor, Achmad Tajudin bin Shahabudin tampak berbasabasi. "Kekurangannya pun masih kelihatan banyak. Terutama dalam penguasaan bola, serve, kerjasama yang kompak, dan beberapa hal lain." Ingin Lebih Baik Dari ketiga regu itu, ketrampilan perorangan yang berkesan di mata Achmad Tajudin --juga beberapa pengamat sepaktakraw di Alor Setar, Penang, mau pun Singapura -- adalah kebolehan yang diperlihatkan apit kiri, Andri. Dalam 4 kali pertandingan memang Andri lah yang boleh dikatakan menunjukkan kehebatannya dibandingkan rekannya yang lain. "Saya percaya di masa depan Andri akan jadi pemain sepaktakraw yang baik", ujar Mohamad bin Kassim, pengurus sepaktakraw Singapura. Permainan sepaktakraw modern -- dilakukan di atas lapangan seluas dan sama bentuknya dengan lapangan bulutangkis --memang menuntut kerjasama yang terjalin rapi antara ketiga pemain -- tekong, apit kiri, dan apit kanan. "Itulah yang masih kurang sekali dalam regu Indonesia", kata pelatih nasional Malaysia, Azmi. "Lihatlah, baik dalam waktu defence (bertahan) maupun menyerang kekompakan itu tak tampak sama sekali". Oleh karena secara perorangan materi pemain Indonesia dapat disusun menjadi team yang kuat, tidakkah pantas dicoba menyusun team gabungan? Materinya: tekong, Mohamad Hatta (Sumatera Utara) apit kiri, Andri (Sulawesi Selatan) apit kanan, Muslimin (Sulawesi Selatan) atau Wahab (Riau). "Idealnya memang bisa dilakukan begitu. Tapi waktu terpendek sekali. Sehingga sulit untuk mempersiapkan team gabungan yang baik", kata pelatih, Rachman Daud. Lawatan team sepaktakraw Indonesia memang bukan muhibah untuk mencari kemenangan. Tapi dalam rangka menjajagi sudah sejauh mana ketrampilan anak-anak Indonesia mengenal permainan sepaktakraw -- olahraga ini merupakan projek dari Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga. Sebab dalam waktu dekat ini kehadiran Indonesia sudah ditunggu dalam 2 turnamen: Kejuaraan Sepaktakraw Asean dan SEAP Games. "Kalau di tahun 1971, Indonesia menempati urutan 3 besar dari 3 negara peserta, dalam turnamen selanjutnya kami ingin mencapai prestasi yang lebih baik", lanjut Chef de Mission, Soepardi dalam setiap pertemuan di Malaysia maupun di Singapura. Adakah niat Soepardi itu bakal kesampaian? Semua itu tergantung pada tekad dan kerja keras pemain, pelatih. dan pembina, tentunya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus