IA telah lama meninggalkan kehidupan marong. Juga tak lagi
mencat kukunya dengan warna-warni. Tapi tingkah lakunya masih
saja angin-anginan seperti terjadi di pelatnas pekan lalu.
Asal-mulanya ialah PBSI mengumumkan anggota tim Piala Thomas
untuk pertandingan pertama. Nama Iie Sumirat tidak tercantum
Pemain berusia 29 tahun itu masih dianggap berpotensi. Toh ia
langsung angkat kaki dari pelatnas.
Dalam suratnya kepada Ketua Bidang Pembinaan PBSI, Sumarsono,
ia cuma mengatakan minta izin pulang ke Bandung untuk suatu
urusan keluarga. Ia tidak menjelaskan kapan akan kembali. Para
pembina maupun kawan-kawannya risau, sebab "tenaganya masih
dibutuhkan." kata Christian Handinata.
Sumirat selain kuat bermain tunggal, juga punya potensi dalam
partai ganda. Dalam partai tunggal ia pernah mengalahkan Tang
Hsien Hu dan Hou Chia Chang, keduanya raksasa dari RRC, serta
menjuarai Invitasi Bulutangkis Asia 1976 di Bangkok. Di nomor
ganda, prestasinya pun tak mengecewakan. Ia, berpasangan dengan
Christian, pernah menjadi runner up di All England 1974.
Bagaimana sekarang? "Dalam latihan hanya Liem Swie King yang
bisa mengalahkannya," kata pelatih Tahir Jide. Tapi waktu
seleksi di Istora Senayan, Jakarta, 7 s/d 11 Mei lalu ia cuma
mencatat 3 kali menang dari 7 partai yang dipertandingkan. Hasil
itu menempatkannya di urutan ke-6 dari 8 peserta. Prestasinya
sebetulnya bisa lebih dari itu. Misalnya, ketika melawan Dhany
Sartika, ia mungkin menang asalkan tidak tergoda oleh
kekurangtelitian penjaga garis.
Tahir Jide menyesalkan juga ketidak-cermatan penjaga garis itu.
Tapi, "Iie harus melihat kejadian itu dari sudut yang lain,"
katanya. "Bukan tidak mungkin dalam pertandingan sesungguhnya
nanti, peristiwa serupa akan terulang." Maksudnya, itu latihan
mental buat dia. Ujian itu ternyata datang terlalu cepat, dan
Sumirat minggat.
Koordinator Komisi Teknik PBSI Jaya, Syamsul Alam tak ingin
melihat kasus ini dari sudut pemain saja. "Sudah tahu temperamen
Iie seperti itu, mengapa para pembina di pelatnas tidak lebih
dulu menjelaskan persoalan padanya dan baru kemudian mengumumkan
anggota tim pada pers?" katanya. Sumarsono mengakui bahwa ia
memang tidak menjelaskan persoalan lebih awal kepada pemain yang
tak terpilih.
Akhir pekan lalu, 4 hari kemudian, setelah dibujuk oleh Ketua
Komisi Teknik PBSI Jawa Barat, Toto Hanafiah, 'si anak aneh' ini
kembali ke pelatnas. Masih ada kemungkinan ia terpilih. Sebab,
sebagaimana kata Sumarsono, tim sekarang belum mutlak diturunkan
untuk pertarungan berikutnya. Masalahnya kini terpulang pada
keseriusan Sumirat dalam latihan. "Ia telah berjanji akan
berlatih sebaik mungkin," cerita Hanafiah.
Perhitungan lain yang memperbesar peluang bagi Sumirat untuk
terpilih adalah kesehatan King yang agak terganggu -- pekan lalu
masih flu dan batuk. "Kalau King nanti ingin menghemat tenaga
(maksudnya, di final), maka orang seperti Iie diperlukan untuk
tim," ujar Christian.
Tapi Sumirat, selain angin-anginan, diketahui jarang memenangkan
pertandingan dalam nomor beregu, yang justru perlu untuk Piala
Thomas. Tak tahu sebabnya. Ketika dipasang melawan Muangthai di
babak semi final Piala Thomas 1976 di Bangkok, misalnya, Sumirat
gagal meraih kemenangan dari Bandid Jaiyen yang ketrampilannya
jauh di bawah Tang Hsien Hu atau Hou Chia Chang.
Entah, itu pun kalau ia terpilih, kali ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini