Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bintan Atau Kuala Tanjung

Lokasi proyek alumina direncanakan di Bintan & Kuala tanjung (asahan) kedua lokasi tersebut. Masih dalam perdebatan, demikian pula dengan masalah kontraktor asing dan biaya yang harus dipikul. (eb)

26 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENAMBANGAN bauksit di Bintan, Kepulauan Riau dewasa ini kritis. Cadangan bijih bauksit kwalitas ekspor yang dikuras sejak 1935 kini tinggal 7 tahun lagi. Sesudah itu kegiatan penambangan bauksit akan terpaksa disetop bila tidak segera dibangun proyek alumina yang mengolah bauksit berkadar rendah. Untuk kelanjutan umur pertambangan tersebut, kini ada 2 daerah lokasi proyek alumina yang telah selesai dilakukan studi kelayakannya, masing-masing di Bintan dan Kuala Tanjung (Asahan). "Kedua okasi itu ada plus minusnya," kata Hadianto Martosubroto Dir-Ut PT Aneka Tambang kepada Tim Komisi VI DPR yang meninjau ke sana baru-baru ini. Komisi VI DPR tampaknya cenderung memilih Bintan sebagai tempat lokasi proyek. "Idealnya di Bintan, apalagi kalau dikaitkan dengan program pengembangan wilayah dan proyek Batam," kata Jakob Tobing Ketua Komisi VI. Adalah Kaiser Engineers dari Amerika Serikat yang diserahi tugas oleh PT Aneka Tambang untuk mengadakan studi kelayakan proyek alumina Bintan pada 1974, dengan pembiayaan dari Bank Exim Amerika. Kapasitas produksi pabrik alumina ketika itu sebesar 500.000 ton. Kemudian untuk memungkinkan gambaran ekonomi yang lebih baik Kaiser meningkatkan kapasitas pabrik menjadi 600.000 ton setahun. Untuk pelaksanaan pembangunannya pemerintah RI menawarkannya kepada Rusia. Tapi karena kesulitan teknis serta jadwal waktu untuk pembangunan proyek ini tidak jelas, Juli 1977 pemerintah memutuskan tidak menggunakan kredit Rusia. Terakhir proyek ini ditawarkan kepada perusahaan Klockner dari Jerman Barat dengan Alcoa sebagai kontraktor umum. Tapi hasil studi kelayakan yang disodorkan Klockner dan Alcoa itu pun ditolak pemerintah. "Biayanya 36% lebih tinggi dari perkiraan Kaiser Engineers," ucap ir. Abdulmajid, Direktur PT Aneka Tambang. Misalnya untuk membangun kantor proyek saja mereka sodorkan biaya sampai $ 1 juta, padahal, menurut Hadiyanto "cukup dengan biaya $ 100 ribu saja." Namun demikian masalahnya bukanlah itu. Bila proyek alumina ini didirikan di Kuala Tanjung banyak biaya yang harus dikeluarkan. Yang menguntungkan, menurut pejabat Aneka Tambang, hanyalah tersedianya listrik yang cukup dari proyek Asahan. Meskipun begitu masih dibutuhkan tenaga uap 50-70% dari kebutuhan listrik untuk memproses alumina itu. Tanah tempat lokasi pabrik berawa-rawa, perlu pengurukan dan tiang pancang. Untuk pembongkaran bauksit di Kuala Tanjung perlu pula investasi tambahan untuk pelabuhan. Selain itu juga diperlukan armada kapal laut untuk mengangkut sebanyak 1,7 juta ton bauksit setahun. Juga tempat pembuangan kotoran pencegah polusi. Tapi yang memusingkan Dirut Aneka Tambang adalah soal dana. Diperkirakan kalau proyek ini diteruskan di Bintan akan menelan investasi $ 400 juta. "Dari mana dananya belum terbayang oleh saya," katanya. Dana yang demikian besar tidaklah mungkin diperoleh dari hasil ekspor bauksit sendiri. Dengan harga $ 8,33 per ton tahun 1977 hanya diperoleh devisa senilai $ 9,5 juta. Meskipun tahun lalu harganya naik menjadi $ 9,83'setiap ton f:o.b. pelabuhan Kijang, total nilai ekspornya hanya $ 9,6 juta. Dan mulai April 1979 lalu harganya naik lagi menjadi $ 10,85 per ton f:o.b. pelabuhan Kijang di Bintan. Tingkat harga ini masih di bawah harga yang dianjurkan Asosiasi Bauksit Internasional (IBA) untuk Indonesia sebesar $ 15 per ton f.o.b . Jakob Tobing mengungkapkan "sulit untuk dipikul APBN dalam 5 tahun ini." Artinya, sekalipun semua pihak sepakat pabrik alumina itu harus menjadi kenyataan, namun soal kapannya masih merupakan tanda tanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus