TERNYATA raket Indonesia dan Cekoslowakia serupa: sama-sama bisa bikin kejutan. Hanya kelas (bukan nasib) yang membedakannya. Cekoslowakia juara. Sedangkan Indonesia, yang dipuji-puji "hebat", sudah puas masuk 16 besar dunia - dengan mengalahkan Inggris 2-1 -- dalam Piala Federasi yang berakhir di Melbourne Minggu pekan lalu. Memang, ini bukan arena sebergengsi Wimbledon. Tetapi inilah kejuaraan tenis beregu putri tingkat dunia, seperti Piala Davis untuk beregu putra. Hanya, belakangan, tak banyak petenis terkenal yang suka bertempur di situ, karena kejuaraan ini tak menjanjikan uang. Maka absenlah Steffi Graf, Grabiela Sabatini, Martina Navratilova, juga Chris Evert, atau Pam Shriver. Pemain berperingkat terbaik yang ikut serta adalah Natalia Zvereva, nomor tujuh dunia. Mungkin karena Zvereva berasal dari Uni Soviet. Jadi, belum terlalu terbius uang. Pemain seangkatan Yayuk Basuki ini pernah mengalahkan Yayuk di semifinal Wimbledon Yunior, lalu juara -- bersama Larissa Savchenko yang urutan ke-16 dunia, mengangkat pamor regu Uni Soviet untuk juga berjaya di dunia tenis. Maka panitia pun menempatkan Soviet sebagai unggulan pertama. Dari awal perjalanan, Soviet mulus. Hanya di semi final mereka mendapat tantangan Jerman Barat. Tanpa diperkuat Steffi Graf, Jerman sudah diduga akan kalah. Namun tak mudah. Sylvia Hanika berhasil mengajak Savchenko untuk bermain paling lama dalam kejuaraan itu -- 2 jam 32 menit -- sebelum menyerah. Claudia Kohde-Kilch yang jangkung malah mempecundangi Zvereva, 7-5 dan 6-1 saja. Tapi Soviet yang menang. "Inilah negara keenam yang bakal merebut Piala Federasi," kata para pemerhati. Tapi tunggu dulu. Cekoslowakia menunggu di final, sehabis menjungkirkan Kanada. Memang, Ceko hanya unggulan keempat. Tetapi mereka pernah empat kali juara, dan punya Helena Sukova. Sukova yang berpengalaman, dan juga jangkung, kini menantang Zvereva. Ternyata pertarungan tak sesengit yang diduga. Dengan cepat Sukova mengakhiri set pertamanya 6-3, dan memimpin dulu 3-0 pada awal set kedua. Sampai di sini, Zvereva sepertinya hendak bangkit. Ia bisa mengejar ketinggalannya menjadi 3-3. Namun Sukova kembali menguasai kendali. Dengan ace -- servis yang tak terkembalikan -- ia mengakhiri pertarungan, 6-4. Berjayalah Ceko. Sebab Radna Zrubakova, hanya urutan ke-32 dunia telah lebih dulu mengalahkan Savchenko. Apa pun hasilnya partai ganda -- meski ternyata kemudian kalah -- Ceko juara. Indonesia? Para pemain kita gemilang, meskipun hanya bertumpu pada si nomor 284 dunia, Yayuk Basuki. Seperti halnya tim Asia lain -- Jepang, Filipina, Taiwan, dan Korea Selatan-- Indonesia dianggap tak masuk hitungan. Yayuk, Suzanna, dan Waya Walalangi dianggap bukan lawan seimbang bagi regu Inggris. Yayuk baru berusia 18 tahun. Suzanna, 25 tahun, baru 18 minggu melahirkan. Waya memang kalah mutlak dari Clare Wood. Tapi Yayuk gigih melawan Sara Gomer yang berperingkat jauh di atasnya, dan -- mengagetkan -- berhasil menang. Lalu pasangan Yayuk-Suzanna, juara Asian Games Seoul 16, bertarung. Menghadapi Clare-Julie Salmon, angka bersaing ketat pada set pertama. Tapi mereka menang, 7-5. Lebih mudah lagi pada set kedua, 6-2. Terpekiklah kegembiraan mereka. Publik di Australia pun berdecak. Pers Inggris menyemprot keras regu mereka. Seorang murid SMA dan ibu yang baru saja melahirkan mempecundangi Inggris, juara Piala Federasi beberapa kali, kata mereka. Indonesia, satu-satunya wakil Asia yang masuk babak kedua. Walaupun kemudian dibantai Spanyol 3:0. Kesimpulan semua pihak: para pemain Indonesia kalah kelas dan pengalaman, karena jarang bertanding di arena internasional. ZU
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini