Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Goyang Latin, Goyang Menang

Klub nacional dari uruguay memenangkan piala toyota IX setelah mengalahkan psv (eindhoven) di tokyo, jepang. Santiago javier ostolaza terpilih sebagai pemain terbaik. psv klub terkuat di eropa.

17 Desember 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA jam yang menegangkan. Tiga jam yang mengasyikkan. Tiga jam. Bukan 2 X 45 menit plus istirahat 15 menit. Memang itulah waktu yang tersita sebelum akhirnya klub Nacional (Uruguay) memastikan sebagai juara dunia antarklub, mengalahkan PSV (Eindhoven) dalam perebutan Piala Tovota IX. yang berlangsung Ahad lalu di Stadion Nasional, Tokyo, Jepang. Dan dalam tiga jam itulah Santiago Javier Ostolaza, 26 tahun, mengangkat dirinya sebagai pemain sepak bola yang kini dianggap memiliki kepala yang paling berbahaya di dunia. Dari jidatnya, ia melahirkan dua gol untuk klub Nacional. Berkat dialah klub dari Kota Montevideo itu sempat unggul duluan 1-0, hanya 7 menit setelah wasit Jesue Dias-Palacios (Kolombia) meniup peluit tanda dimulainya pertandingan. Ketika Nacional ketinggalan 1-2 dari PSV di perpanjangan waktu (karena skor imbang 1-1), lagi-lagi gelandang elegan itu mampu mematok bola dengan kepalanya bagaikan ular kobra dan bersarang di gawang Hans van Breukelen, hanya semenit menjelang berakhirnya pertandingan. Skor 2-2. Tak terelakkan lagi terjadilah duel adu penalti. Lima kali pertama, skor 5-5. Dan nasib menggiring PSV harus menerima kekalahan yang menyesakkan -- setelah pernah merasakan manisnya kemenangan adu penalti ketika menggulung Benfica (Portugal), 6-5 di final Piala Champions, Mei lalu, di Stuttgart. Berry van Aerrle, pemain PSV kesepuluh yang mendapat giliran, gagal mengeksekusi karena tendangannya berhasil diblok penjaga gawang Jorge Sere. Sedang tendangan Gomez (Nacional), yang mengarah ke sebelah kiri penjaga gawang van Breukelen, gagal ditepis kiper nasional kesebelasan Belanda itu. Maka total skor menjadi 9-8 untuk Nacional, yang diperkuat oleh 8 pemain nasional Uruguay itu. Kunci kemenangan Nacional memang kipernya, Jorge Sere. Pria berusia 26 tahun, dengan postur badan yang agak kecil, itu ternyata punya antisipasi yang tepat. Ciri khasnya saat menantikan eksekusi lawan: tubuhnya selalu bergoyang ke kiri dan ke kanan. Tampaknya ia hendak mendikte lawannya yang justru harus terkecoh. Namun Oztoloza punya pandangan yang agak lain. "Kami hanya lebih mujur," tuturnya dengan nada merendah. Memang, tim yang dihadapi Nacional bukanlah klub sembarangan. Kini PSV Eindhoven bukan lagi klub amatiran yang cuma sekadar iseng-iseng diongkosi perusaahan elektronik terbesar di Belanda. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, PSV sudah menjelma menjadi klub terbesar dan terkuat di Eropa. Klub inilah yang mencetak Ruud Gullit menjadi pemain termahal di dunia, ditransfer dengan ongkos US$ 8,5 juta ke klub AC Milan, Italia, pada tahun 1986. Dan di klub PSV inilah bercokol 9 pemain nasional Belanda. Padahal, tim Oranye ini baru saja terpilih sebagai Kesebelasan Terbaik di Dunia tahun 1988, pilihan majalah bergengsi World Soccer yang diterbitkan di London, Inggris -- setelah Belanda menjuarai Piala Eropa 1988. Bahkan seolah masih tak cukup dengan pemain bintang yang masih tersisa, PSV mendatangkan lagi 2 pemain nasional Denmark (Soren Lerby dan Jan Heintze) dan kapten kesebelasan Belgia, Eric Gerets. Lebih hebat lagi, klub ini baru saja memboyong striker Brasil, Romario Faria -- pencetak gol terbanyak di Olimpiade Seoul dengan 7 gol. Ia dibeli dari klub Vasco da Gama dengan harga US$ 5 juta rekor transfer terbesar untuk pemain Brasil. Toh upaya itu ternyata tak cukup kuat untuk mengangkat ambisi PSV menjadi klub ketiga asal Belanda -- setelah Ajax dan Fejenoord -- yang mampu meraih juara dunia antarklub. Lain halnya dengan klub Nacional yang punya tradisi lebih panjang di lapangan hijau. Tujuh tahun yang silam, klub yang berdiri sejak tahun 1899 itu pernah merayakan sorak sorai kemenangan yang sama di kancah Piala Toyota. Ketika itu, untuk pertama kalinya, juara klub Benua Eropa diadu dengan kampiun Daratan Amerika di bawah bendera Piala Toyota. Nacional sukses membungkam klub Inggris Nottingham Forest lewat gol tunggal ciptaan Victorino. Dan bila waktu itu Victorino yang terpilih menladi pemain terbaik, maka di Piala Toyota IX giliran Si Ular Kobra Oztolaza yang mendapatkan predikat yang sama. Ia memperoleh piala dan hadiah khusus, berupa sedan Toyota warna merah keluaran paling akhir dari panitia penyelenggara. Ternyata masih ada pemain yang menyimpan kenangan lama itu. Dialah Hugo De Leon, 30 tahun, yang kini menjadi kapten kesebelasan. Pemain yang berewokan ini sudah memperkuat Nacional memenangkan Piala Toyota I di tahun 1981. Bahkan di tahun 1983, ia sempat mengantarkan klub Gremio (Brasil) menjuarai Piala Toyota IV, setelah di final mengalahkan Hamburg, 2-1. Kini rasanya makin syur saja untuk mengatakan kiblat persepakbolaan dunia masih tetap Amerika Latin. Di final Piala Dunia 1986 di Meksiko, Argentina -- tetangga Uruguay -- menjadi kampiun dunia setelah menundukkan kesebelasan Jerman Barat, 3-1. Latin, goyang terus. AKS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus