IA ceking. Wajahnya penuh guratan dan jarang pula tersenyum
sehingga memberi kesan seorang yang serius, angkuh, dan
pemurung. Tapi begitu ia mengayunkan raket simpati penonton
beralih kepadanya. Itulah Ivan Lendl, 21 tahun, pemain tenis
asal Cekoslowakia yang sekarang menempati urutan ke empat di
dunia.
Dari empat pemain tenis asing yang mengikuti turnamen Bir
Bintang di Senayan, pekan lalu Lendl jauh menonjol dari
lawannya. Di final, ia dengan mudah mengalahkan pemain tenis
asal Polandia Wojtek Fibak, nomor 16 di dunia. Skor akhir 6-1
dan 7-6. Diakui Fibak, lawannya memang jauh lebih baik dari
dirinya. Untuk kemenangan ini Lendl mengantungi Rp 12 juta.
Siapakah Lendl? Ia adalah anak tunggal keluarga pencinta tenis
dari kota tambang Ostrava. Ayahnya, Jiri, seorang pengacara dan
ibunya, Olga, di waktu muda adalah pemain nomor 3 di Ceko. Dari
mereka itulah Lendl mengenal tenis.
"Saya tak ingat kapan mulai latihan," kata Lendl pada wartawan
The New York Times. Ia mengaku sudah mulai bertanding pada usia
delapan tahun, dan kalah. Tahun berikutnya jadi juara anak-anak
di kotanya.
Piala Davis
Kini Lendl, tinggi 185 cm jarang kalah. Raja-raja tenis dunia
mulai ditaklukkannya. Tahun 1980, Bjorn Borg, juara Wimbledon
lima kali, dikalahkannya di Toronto (Kanada) dan Basle (Swiss)
dalam rangkaian Sirkuit Grand Prix (GP). Begitu pula John
McEnroe di Prancis. Selain itu ia ikut mengantar tim
Cekoslowakia ke semifinal Piala Davis 1981. Borg mengakui Lendl
adalah "maha bintang hari esok".
Tenis bagi Lendl adalah "bisnis dan kesukaan". Tahun 1978 ia
masih pemain terbaik junior amatir di Wimbledon (Inggris),
Prancis Terbuka dan Italia Terbuka. Masuk prof tahun berikutnya
tak pernah mencapai final, tapi sudah mengumpulkan hadiah uang
US$ 77.401 (Rp 49 juta). Tahun lalu bonusnya melonjak US$
519.906, separuhnya diperoleh sebagai runner-up GP di bawah
McEnroe. Tahun ini ia juara GP.
Sirkuit GP meliputi 92 turnamen di dunia. Lendl ikut 33
turnamen, jauh melampaui jumlah yang diikuti saingan-saingannya.
Borg, misalnya, cuma ikut 24 turnamen. Mengapa? "Sewaktu muda,
saya latihan untuk meningkatkan kemampuan. Tapi itu tak cukup
untuk jadi yang terbaik dunia. Saya perlu pengalaman," kau Lendl
kepada TEMPO.
Setelah Lendl memenangkan kejuaraan berhadiah US$ 300.000 di
Tokyo, akhir Oktober ia ikut turnamen berhadiah US$ 100.000 di
Kalkutta, dan kemudian ke Jakarta mengikuti pertandingan yang
berhadiah "cuma" US$ 45.000.
Alasannya ke Jakarta? Borg pernah kemari. Lapangan di sini
baik, publik pun sudah sangat mengerti tenis," jawab Lendl. Borg
main di Jakarta! Maret.
Di Jakarta Lendl juga berhadapan dengan pemain Indonesia. Tapi
cuma dalam partai ganda. Ia berpasangan dengan Fibak berhadapan
dengan Justedjo/Tintus. Pasangan Lendl/Fibak kalah 3-6. Tapi
penonton tahu pertunjukan satu set itu cuma eksibisi. Pasangan
Yustedjo/Tintus, menurut Lendl, masih perlu belajar banyak.
Prestasi sekarang dicapai Lendl berkat kerja keras dan disiplin
terhadap diri. Ia berlatih lima jam sehari, tidak merokok dan
meneguk minuman kera Dan ia tak pernah pula ke disko.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini