HENNY Maspaitella mulai disegani di kawasan Asia. Pada invitasi
internasional Smgha Beer di Bangkok, pekan lalu, ia secara
meyakinkan menyabet medali emas dalarn lomba lari 100 m dan 200
m. Waktunya 12 detik (rekor nasional 11,7 detik) dan 25,2 detik
(24,47 dctik). Dan ia juga menjadi tulang punggung lari
beranting 4 x 200 m medali emas ketiga bagi Indonesia. Menurut
pelatih nasional Jootje Gosal, sebetulnya Henny punya peluan
untuk mempertajam rekor nasional lari 100 m dan 200 m -- dibuat
Carolina Riewpassa sembilan tahun silam. Ia gagal karena
lintasan lari yang dipakai kurang memenuhi syarat. "Kayak lari
di comberan," kata Jootje Gosal. Ia Optimistis Henny akan
memecahkan kedua rekor itu dalam SEA Games di Manila, Desember.
"Henny punya power dan kemauan yang tinggi."
Sejak berlatih di Jerman Barat selama tiga bulan (dari Juni
sampai Agustus) Henny memang maju pesat. Dalam invitasi Singba
Beer, ia mengalahkan pelari top Usanee Laopinkarn dari Muangthai
dan Zhao- Lie. Wei dari RRC. Prestasi ini dicapainya berkat
latihan pagi-sore -masing-masing dua jam. Ia cuma istirahat
Sabtu.
'Saat ini waktu terbaik buat Henny untuk berprestasi," kata
Ketua Bidang Pembinaan PASI Moh. Sarengat. Asalkan ia mau
mengorbankan sekolahnya untuk beberapa tahun. Sarengat pernah
melakukan itu untuk prestasi nasional 100 m (10,4 detik) yang
belum terpecahkan sampai sekarang. Untuk itu tiga kali ia harus
tinggal dikelas yang sama di SMA.
Apakah Henny akan mau berbuat demikian? "Nggak usah dah,"
katanya. Ia ingin berprestasi sambil sekolah.
Dari sembilan negara yang ikut invitasi Singha Beer, Indonesia
menduduki tempat ke-4--mengumpulkan 3 medali emas, 6 perak dan
11 perunggu. Tiga tempat teratas diduduki RRC (13-2-1) Muangthai
(7-0-11), dan Jepang(4-2-2). Yang tidak kebagian medali adalah
Malaysia.
Prestasi RRC di invitasi Singha Beer memang luar biasa. Dari 19
atlet yang diikutsertakan, hampir semua kebagian medali. Apa
kelebihan RRC? Sarengat tak melihat kelebihan apa-apa dari segi
teknis. Yang menonjol dari mereka cuma fisik--rata-rata tinggi
mereka di atas 170 cm baik putra maupun putri.
Pelatih Jootje Gosal melihat keistimevaan lain: otot kaki atlet
RRC tak kelihatan menonjol bila tak bertanding. Tapi begitu lari
otot itu menjadi kencang dan menyembul. Jootje yang coba
menguping dari mereka gagal memperoleh rahasia itu. Tapi menurut
wartawan The Strats Times Hakikat Rai, kelebihan atlet RRC
dikarenakan mereka latihan teratur.
Itu berarti mereka bukan hanya mengandalkan bentuk tubuh yang
ideal, tapi juga latihan yang tekun. Di sini, atlet pelatnas,
banyak yang kedodorar bila digenjot dengan program berat.
Misalkan untuk menjalani program latihan Jerman Barat, pagi 2
jam sore 2 jam, "mereka loyo sore harinya," kata seorang
pelatih.
Di RRC olahraga memang bukan sekedar cari keringat. "Sport di
Cina sudah membudaya," kata pelatih RRC Xu Tiquan. Ia
menambahkan, olahraga merupakan keharusan di sekolah, dengan
mata pelajaran wajib: senam dan atletik.
Atlet top seperti Zou Zhenxian yang tercatat sebagai 7 Besar
dunia untuk lompat jangkit putra, Shen Mao-mao juara lempar
lembing Asia, dan peloncat tinggi putri Zheng Dazhen (1,92 m)
adalah nama-nama yang dihasilkan dari program atletik masuk
sekolah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini