MENCARI 18 pemain sepakbola berbakat di Indonesia yang dihuni
oleh 147 juu jiwa ternyata tak mudah. Sigit Soeharto, boss Klub
Arseto, yang diserahi tugas mempersiapkan tim junior nasional
untuk Piala ASEAN sempat tujuhkeliling dibuatnya. Galasiswa,
liga sepakbola pelajar, yang semula diharapkannya menjadi tulang
punggung kesebelasan remaja tak memenuhi keinginannya. "Mereka
belum matang," kata Ismet Tahir, Wakil Penanggungjawab Proyek
PSSI junior.
Ismet pesimistis waktu yang tersedia untuk mempersiapkan tim tak
akan mampu mengatrol ketrampilan pemain Galasiswa. Turnamen
Piala ASEAN diselenggarakan di Bangkok, Juli 1982.
Untuk keluar dari kesulitan itu, PSSI menugasi Penanggungjawab
Proyek PSSI Junior menyelenggarakan invitasi sepakbola remaja di
bawah umur 19 tahun. Tercatat 17 klub yang mendaftarkan diri.
Setelah diseleksi yang lolos cuma delapan perkumpulan: Assyabab
(Surabaya), Bintang Selatan (Medan), Bina Taruna (Jakarta), Bina
Taruna (Samarinda), Hisbul Wathon (Yogyakarta), Yunawati
(Bogor), Angkasa (Bandung), dan Beringin Muda (Manado).
Invitasi antarklub remaja, diselenggarakan di Yogyakarta,
OktobeE untuk pertama kalinya diadakan. Ismet berniat untuk
melanjutkannya di masa datang. "Kalau diterima semua pihak, maka
akan dilembagakan," kata Ismet. Ia menambahkan invitasi ini akan
saling mengisi dengan kompetisi tahunan Piala Suratin--juga
untuk remaja.
Tentang hasil Invitasi Nasional Sepakbola Junior 1981, menurut
Ismet, hasilnya memuaskan. Sigit yang semula cuma berharap
menemukan tiga sampai empat pemain saja berhasil mengumpulkan 18
orang. Mutunya pun lebih baik dibanding hasil pembinaan
Galasiswa. Dasar pemilihan pemain yang dipersiapkan untuk Piala
ASEAN, menurut Ketua Tim Pemandu Bakat Yuswardi, meliputi
intelejensia, postur tubuh, dan ketrampilan mengolah bola.
Pemain terpilih disyaratkan punya tinggi minimal 170 cm.
Kecuali, "bila ia berbakat betul," kata Yuswardi.
Di antara pemaun berbakat, tapi tingginya kurang dari
persyaratan minimal, tercatat Mohamad Sofi, 17 tahun, dari Klub
Assyabab. Ia yang menempati posisi kiri luar terpilih sebagai
Pemain Terbaik versi SIWO/PWI Yogyakarta. "Anak itu hebat
sekali," kata Yuswardi. Ia menambahkan Sofi kalau dipoles dengan
baik lebih hebat dibanding Abdul Kadir, kiri luar PSSI, di tahun
1970-an.
Ketrampilan Sofi, menurut Ketua Assyabab Mohamad Barmen, adalah
dalam menendang bola. Ia tak membutuhkan ancang-ancang seperti
Kadir. Dan, "setiap pertandingan, Sofi selau mencetak gol,"
kata Barmen. Ia tak menyebutkan jumlah gol yang dicetak Sofi.
Yang diingatnya cuma bahwa Sofi belum pernah mendapat kartu
kuning --tanda peringatan dari wasit.
Sofi, tinggi 169 cm dan berat 56 kg, sekarang duduk di bangku
kelas dua SMPP jurusan IPA. Ia menyatakan gembira sekali dirinya
terpilih. "Peristiwa ini merupakan tonggak bagi karir saya untuk
menjadi pemain nasional," kata Sofi. Yuswardi meramalkan Sofi
akan cepat meloncat ke tingkat senior. Apalagi saingannya untuk
posisi kiri luar bisa dihitung dengan jari.
Tak hanya Sofi yang dipuji dari Invitasi Nasional Sepakbola
Junior 1981. Juga Doni Erikson Latuperisa, 18 tahun, kiper Klub
Bintang Selatan. Keahliannya adalah memetik bola di udara. Ia
mengingatkan banyak orang pada penaga gawang nasional Judo
Hadianto dimasa jaya -- di tahun 1972. Menurut Bahrumsyah
Nasution, manajer tim Bintang Selatan, sudah banyak orang yang
mengincar Doni untuk memperkuat klubnya.
Doni, tinggi 176 cm dan berat 67 kg, saat ini duduk di bangku
kelas satu STM Dwi Warna. "Cita-cita saya ingin menjadi kiper
yang top," kata Doni.
Menurut Yuswardi, yang juga merangkap pelatih, semua pemain
terpilih masing-masing punya kelebihan sendiri. Ia optimistis
bisa membangun kesebelasan yang tangguh dari materi ini.
Para pemain hasil panduan dari Invitasi Nasional Sepakbola
Junior 1981, menurut Ismet, akan dipelatnaskan di Jakarta mulai
pekan depan. Walau Turnamen Piala ASEAN diselenggarakan delapan
bulan lagi, tim akan tetap dilatih selama dua tahun. "Mereka
disiapkan untuk jadi pemain nasional di masa depan, "kata Ismet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini